Bongkar Hoax "Energi Al Maidah 51" yang Dibuat Atas Nama KH Musta'in Syafii Jombang
Cari Berita

Advertisement

Bongkar Hoax "Energi Al Maidah 51" yang Dibuat Atas Nama KH Musta'in Syafii Jombang

Rabu, 07 Desember 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Lagi, hoax telah membuat opini massa ngeri-ngeri sedap. Kali ini yang jadi sasaran adalah KH Ahmad Musta'in Syafii, dari Jombang. Sejak 3 Desember 2016, broadcast berjudul energi Al Maidah 51 tersebut dibuat oleh oknum tidak bertanggungjawab yang mengatasnamkan kiai NU untuk dibenturkan lagi dengan kiai NU. Begitulah cara kerja kaum sumbu pendek pendukung aksi sableng 212.

Dalam artikel tersebut, Kiai Mustain disebut-sebut menuduh secara sindiran kalau oknum kiai PBNU adalah apara kiai seni yang lunak kepada kafir, tapi beringat kepada muslim. Ini tuduhan yang sangat keji.

"Mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yg tidak jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih ;"RAHMATAN LIL 'ALAMIN", Tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN"." Tulis BC hoax tersebut.

Bahkan, BC htersebut juga menyinggung pendirian NKRI sebagai milik Allah, khas HTI. "Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih didirikan oleh teriak "Allah Akbar" ketimbang "Haliluya"". Begitu provokasi murahan BC tersebut.

Setelah viral selama 3 hari, akhirnya, klarifikasi datang dari Kiai Mutain. Dalam beberapa grup WhatsApp beredar kalau tulisan berjudul "Energi Al Maidah 51" tersebut adalah tidak benar. Ini screenshoot kabar hoax yang mengadu domba antar kiai NU dari pendukung aksi sableng 212 tersebut:

KlarifikasiSurat Terbuka KH Mutain Syafii
Dalam klarifikasi tersebut, PAC Ansor Jombang langsung datang melakukan tabayun kepada Cak Masrukhin yang merupakan asisten pribadi KH Mutain Syafii. Adapun surat terbuka yang beredar tersebut lengkapnya sebagai berikut:

=================
Dari Jombang 
Untuk Para Pemimpin PBNU

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH:51


Oleh: DR.KH Ahmad Musta'in Syafi'ie

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur

Sekian lama kiai toleransi sengaja, "menyembunyikan-mu", wahai al-Maidah: 51. Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-Nya sendiri Dia bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar. 


Kita petik hikmahnya :


1. Aksi 411 and 212 adalah bukti bhw Allah SWT itu ada dan kehendakNya tidak bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah terpaksa harus mengalah, padahal sebelum nya Jokowi sudah pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi doa. Ternyata malah punya daya tarik yg luar biasa. Seluruh negeri menyambut dengan nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.


Negara jg terpaksa mengeluarkan dana sangat besar utk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan terpaksa harus menyesuaikan diri dg menggunakan simbol-simbol islam. Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala. Lucu (?). 


Mungkin Tuhan sedang menjewer telinga kita, agar selalu "putih" dlm mengemban amanat.


2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih didirikan oleh teriak "Allah Akbar" ketimbang "Haliluya". Umat islam yg selama ini diam, kini sebagian kecil berani menunjukkan jati dirinya secara alamiah dan sangat militan. Inilah yg disebut "silent majority". Maka jangan coba-coba mengusik "air tenang" jika tidak ingin hanyut.


3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa: tasamuh, tawazun, tawassut yg dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yg tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yg tidak jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih ;"RAHMATAN LIL 'ALAMIN", Tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN".


Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, memaaf. Jika agama dinista, beliau marah besar. Beberapa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, "asyidda' 'ala al-kuffar, ruhama' bainahum" 

(Al-Fath:29). 

Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, "asyidda' 'ala al-mukminin, ruhama' bain al-kuffar". (?)


4. Gus Mus yg membid'ahkan shalat jum'at di jalan raya dan kiai Sa'id yg menghukumi tidaak sah sekarang diam soal shalat jum'at di Silang Monas. Wonten punopo kiai?. Begitulah bila fatwa ber aroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. 


Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqih untuk kepentingan politik. Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yg ketepatan lewat. Setelahnya , ada masalah sangat besar bagi umat islam pada umumnya. Masalah inilah yg tidak beliau lihat. Lagian, tradisi kita sudah biasa menutup jalan utk majlis dzikir, istighatsah, termasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.


Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid'ahkan, tapi sekarang ganti membid'ahkan sesama muslim, "bid'ah besar". Ternyata, amunisi bid'ah yg ditembakkan Gus Mus ini lebih besar dibanding bid'ah yg ditembakkan nonnahdliyin.


Sekedar membaca sejarah, bahwa zaman Khalifah Umar ibn al-Khattab, tentara islam shalat jum'at di jalan sebelum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum'at di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmniyah berdiri. Sekali lagi, orang 'alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat "bid'ah" sesaat.


Hadana Allah
======================

Hati-hati atas broadcast yang bersifat provokasi, yang mengajak revolusi, boikot, lempar-lemparan jumrah dan lainnya, bisa dipastikan berasal para pendukung aksi demo 212 bersumbu pendek jika berkaitan dengan "indahnya monas pada 212". Luar nampak damai, tapi dalam hati mereka, berkecamuk ingin perang. Tunggu laporan berikutnya. [dutaislam.com/ ab]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB