DutaIslam.Com - Setelah dibully oleh netizen akibat ulahnya menghina KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Pandu Wijaya (Probolinggo) bersama dua orang lainnya, yakni Bahtiar (Tegal) dan Hasan Albetas, sowan ke rumah beliau di Leteh Rambang, Jumat (25/11/2016) sore.
Ini berita penghinaan Pandu Wijaya: Menghina Gus Mus "Bid'ah Ndasmu", Karyawan Adhi Karya Ini Diburu!
Dalam sehari, Gus Mus menerima tamu yang telah menghinanya. Ya, ketiga nama di atas tercatat pernah melakukan penghinaan kepada Gus Mus di media sosial. Jika Pandu Wijaya menghina secara kasar menggunakan bahasa Jawa, "Bid'ah Ndasmu", maka Hasan Albetas menyebut "Mukamu aja bidah mus" dalam akun Facebooknya. Ini cepretan status Hasan Albetas:
![]() |
Status Hasan Albetas yang menhina Gus Mus |
Begitu juga dengan Bahtiar Prasojo. Anak Tegal ini datang sowan ke Leteh karena mengaku salah telah menghina Gus Mus, tokoh sangat dihormati warga NU seluruh dunia. Dalam akunnya, ia menyebut kasar Gus Mus sebagai orang yang tidak layak disebut kiai dan gus. Ini status kasarnya.
![]() |
Status Bahtiar Prasojo yang menghina Gus Mus |
Kendati Gus Mus sendiri tidak ingin menuntut apa-apa dari Pandu, Bahtiar dan Hasan Albetas, bahkan menganggap tidak ada yang perlu dimaafkan, Pandu dkk. tetap datang sowan untuk meminta maaf. Bagi Gus Mus, kesalahan Pandu dkk. mungkin hanyalah menggunakan "bahasa khusus" yang digunakan di tempat umum. Ini tweet Gus Mus:
![]() |
Tweet Gus Mus memaafkan Pandu Wijaya |
Melihat Abahnya yang tabah ke penghinanya itu, Ning Iyah hanya mengucap, "ya Allah.....Abah". Sepertinya, Ning Iyah sedang melihat Abahnya sedang memberikan teladan baik kepada siapa pun.
Bukan hanya itu, Gus Mus juga bersedia foto selfie bersama Pandu Wijaya dan kawan-kawan yang telah menghinanya. Foto-foto ini didapatkan dutaislam.com dari beberapa group santri yang beredar serta dari akun Facebook M Dhofarul Muttaqqiin. [dutaislam.com/ab]
![]() |
Sedeku: Pandu Wijaya (kiri) sedang mendengarkan dawuh Gus Mus |
![]() |
Minta Maaf: Bahtiar (dua dari kiri) sowan ke Gus Mus |
![]() |
Dari kiri: Pandu Wijaya, Gus Mus dan Hasan Albetas |
