Habib Luthfi: Yang Pertama Ditanyakan di Alam Kubur Bukan “Man Robbuka”
Cari Berita

Advertisement

Habib Luthfi: Yang Pertama Ditanyakan di Alam Kubur Bukan “Man Robbuka”

Selasa, 01 November 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com – Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan mengaku salut dan angkat topi atas digelarnya acara Maulid Kebangsaan Baiat 1000 Santri Cinta NKRI di Tengguli, Bangsri, Jepara pada malam Jumat (27/10/2016).

Tema cinta NKRI dianggap penting karena menurutnya, urusan mahabbah (cinta kasih) sudah meluntur pada generasi muda. Baik cinta kepada Nabi maupun cinta kepada bangsa dan tanah airnya, keduanya sama-sama penting ditanamkan.

Dalam ceramahnya, Maulana Habib Luthfi menyebut bahwa mahabbah kepada Nabi Muhammas shallahu alaihi wa sallam beserta para istri, sahabat, keturunan maupun pewaris-pewarisnya, sangat menentukan keimanan seseorang, yang kelak, ujarnya, menentukan keselamatan di dunia dan akhirat.

Saking pentingnya urusan mahabbah ini, beliau mengutip dua kitab (Sa’adatud Daroin dan Afdlolus Shalawat) yang menyebutkan sebuah hadits bahwa besok yang ditanyakan pertama kali di alam kubur bukanlah “man robbuka” tapi “anni”, tentang aku Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam.

“Seberapa besar selaku umat Nabi, kita kenal beliau, apa hanya sekedar kenal sebagai utusan Allah yang harus kita imani? Mestinya harus lebih jauh dari itu, karena kanjeng Nabi diciptakan Allah sebagai afdlolul kholqi alal ithlaq (paling utamanya makhluk secara mutlak),” jelas Habib dalam acara yang digagas  oleh Sarkub Jepara dan Ansor Tengguli ini.  

Mereka juga akan diminta pertanggungjawaban, sejauh mana cintanya kepada tanah air dan bangsanya di akhirat. Kata Habib Luthfi, perhatian orang yang memiliki mahabbah itu berbeda dengan yang tidak memilikinya. Orang yang tidak punya mahabbah akan lebih cenderung membuka aib orang lain.

“Tidak hanya kepada orang lain, bahkan sedulurnya sendiri yang kakak-adik, kalau di antara mereka sudah putus rasa saling mencintai, cara menghina dan menghardiknya bisa diwarnai kebencian penuh mulai dari ubub-ubun sampai telapak kaki.  Kalau kepada saudaranya sendiri sudah begitu, apalagi kepada orang lain. Itu penyakit,” terang Habib.

Dalam kebencian yang membara, persaudaran (baik seagama maupun sebangsa) tidak ada artinya. Cacat saudarnya yang beda agama namun masih satu bangsa akan mudah dikeluarkan demi memenuhi nafsunya sendiri.

Permisalan yang diutarakan Habib Luthfi saat itu adalah terpaksanya Raden Fatah yang harus berperang melawan saudara seibu beda ayah, Raden Husain, karena diadu domba.  Inilah yang dikuatirkan oleh Habib Luthfi. Jangan sampai hanya karena kebencian kita mau diadu domba.

Tentu yang akan bertepuk tangan adalah orang lain jika antar tokoh sebangsa setanah air berhasil diadu domba. Semoga saja 4 November 2016 bukan sejarah kembalinya kehancuran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Bersambung. [dutaislam.com/ badri
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB