Ketum PBNU Siap Layani Tantangan Debat Publik Majelis Mujahidin
Cari Berita

Advertisement

Ketum PBNU Siap Layani Tantangan Debat Publik Majelis Mujahidin

Rabu, 28 September 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Tidak terima disebut organisasi berbahaya bagi negara, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) melayangkan surat tantangan berdebat secara terbuka kepada Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Sirajd (21/9). 

Surat yang ditandatangani 6 petinggi MMI itu dibuat atas tanggapan pernyataan Kang Said di media soal semua teroris di Indonesia merupakan jebolan institusi wahabi. 

“Untuk itu, kami Majelis Mujahidin mengajak Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirajd, M.A melakukan transparansi publik dalam uji sahih debat ilmiah akademik sesuai koridor hukum dan perundang-undangan tentang ‘Majelis Mujahidin Organisasi Membahayakan NKRI’,” katanya dalam surat bertanggal 7 September 2016 itu.

Apabila yang bersangkutan tidak mau, menurut surat itu, berarti telah sengaja melakukan pecah belah dan fitnah di kalangan umat Islam. “Kami bersama umat Islam akan melakukan perlawanan melalui saluran konstitusi dan langkah-langkah yang dibenarkan oleh syariat Islam. Kami menunggu respon surat ajakan debat publik ilmiah ini dalam waktu 7 hari setelah surat ini diterima,” katanya.

Gayung pun besambut, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan kesiapannya melayani tantangan MMI untuk debat secara ilmiah tentang radikalisme dan kebangsaan. “Ayo kapan, saya siap, siap, siap,” katanya seperti dikutip duta.co di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/9).

Ini berita yang terdapat pernyataan Kiai Said di Duta Islam: PBNU Usul ke Kapolri Segera Bubarkan HTI

Melayani tantangan ini dengan niat baik dan demi kebaikan tidak ada masalah bagi lulusan pondok pesantren Krapyak Yogyakarta ini. “Pokoknya selama untuk kebaikan saya siap,” katanya.

Seperti diketahui, saat menandatangani MoU tentang Penanganan Konflik Sosial dan Ujaran Kebencian (hate speech) bersama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kang Said mengingatkan supaya memantau sejumlah institusi yang mengatasnamakan Islam di Indonesia namun menjadi penyebar paham radikalisme. 

MMI dan Jamaah Takfir Wal Hijrah di antaranya. Mereka yang terindikasi itu, kata Kang Said, selangkah lagi menjadi gerakan terorisme yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

“Ada 20 pesantren, semuanya wahabi. Wahabi memang bukan teroris, tapi ajarannya ekstrim. Kita ini semuanya dianggap bid’ah dan musyrik karena menurut mereka Maulid Nabi itu bid’ah, Isra’ Miraj bid’ah, ziarah kubur musyrik, haul musyrik, dan semuanya masuk neraka. Kami khawatir murid mereka memahami kalau begitu boleh dibunuh dong orang ini, karena kerjaannya musyrik semua,” kata Kang Said.

Sementara Itu
Menurut laporan Tempo.co (7/10, 2014), Wakil Amir Majelis Mujahidin, Abu Jibril, tercatat pernah ditangkap aparat keamanan Malaysia 21 Juni 2001 ketika akan memberikan ceramah pengajian di Shah Alam, Selangor. 

Ketika itu, Abu Jibril dituduh melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan dalam negeri Malaysia karena aktif dalam kelompok Mujahidin Malaysia. MMI juga sempat tercatat mempunyai hubungan dengan Abu Bakar Ba’asyir sebelum mendekam di penjara.

Nama Abu Jibril juga pernah disebut-sebut dalam tragedi bom bunuh diri di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, keduanya di Jakarta, pada 2009. Salah satu anaknya, yaitu Muhammad Jibril Abdurrahman alias Ricky Ardan, divonis lima tahun penjara karena terbukti melakukan pidana terorisme.


Putranya yang lain, Muhammad Ridwan, telah tewas di Suriah ketika bergabung dengan kelompok An-Nusra, cabang kelompok teroris Al-Qaeda sebagaimana ISIS. Ridwan atau yang dikenal sebagai Abu Omar itu dikabarkan tewas akibat terkena peluru tank di Kota Idlib – Suriah, pada  26 Maret 2015. 

Karena itu, Abu Omar tidak termasuk di antara 531 kombatan Indonesia yang pulang ke tanah air seperti disebut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius.

Pria yang kerap bersurban putih di kepalanya ini juga dikenal sebagai penceramah di sejumlah tempat. Di Kompleks Witanaharja, Pamulang, Tangerang Selatan misalnya, warga setempat menganggap pengajian yang dipimpin Abu Jibril terkesan eksklusif dan hampir menguasai mayoritas Masjid Al Munawaroh yang ada di dalam perumahan itu.


Selain itu, dalam setiap ceramahnya, Abu Jibril lebih menekankan jihad secara Islam. ”Volume suaranya keras, materi ceramahnya juga keras,” kata Widiyanto, salah seorang warga setempat seperti dikutip Tempo.co (26/8, 2009). [dutaislam.com/ ab]

Source: islamindonesia.id (ys)
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB