DutaIslam.Com – Ada tiga faktor yang membuat doa seseorang
mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Ketiga faktor tersebut adalah orangnya, waktu
berdoanya dan pilihan tempat berdoa. Ketika yang mendoakan ikhlas, doa yang
terucap insyallah mudah terpenuhi walau cara mengucapkan doanya dalam bahasa
Arab kurang fasih, misalnya.
Waktu juga menentukan mustajabnya sebuah doa. Usai shalat (ba’dal maktubah), antara dua khotbah Jum’at
(bainal khutbataini), antara Maghrib
dan Isya (bainal isya’aini) dan
tengah malam (nisful lail) adalah waktu
dimana berdoa sangat dianjurkan karena masuk waktu keutamaan berdoa.
“Sayangnya, kadang waktu tengah malam sering dibuat waktu
ngopi dan ngerumpi ke warung sego kucing (angkringan, red) di pinggir-pinggir
jalan,” kata KH Mustamir Wildan dalam ceramah pertemuan rutin keluarga besar
Bani Sadiyo di Rumah Rubiah, Teluk Manggis, Rt. 04 Rw. 01, Welahan, Jepara
Jumat Pon (05/08/2016) siang.
Dalam acara yang dirangkai dengan pamitan pemberangkatan
haji tuan rumah itu, Kiai Mustamir juga menegaskan Makkah dan Madinah sebagai salah
satu tempat yang menurut hadits Nabi masuk kategori mudah terkabul ketika dibuat
untuk berdoa. “Tempat juga menentukan cepat terkabulnya sebuah doa. Ini faktor
ketiga,” terangnya.
Tradisi pamitan dalam berhaji itu ada dasarnya. Kiai
Mustamir yang juga guru di Pesantren Raudlatul Mubtadiin Balekambang itu menjelaskan
sebuah hadits Nabi yang menceritakan kepergian sayyidina Umar r.a ke Makkah untuk
melaksanakan ibadah umroh. Ketika pamit umroh, Rasulullah mengatakan kepada
Umar, “ya umaru, asyrikni fi duaika/ hai umar, sertakan aku dalam doamu”.
Dalam bahasa orang Jawa, menurut Kiai Mustamir, kalimat
Kanjeng Nabi tersebut diterjemahkan dengan “undangen aku pas ning kono yo, yu,”
atau “katutke aku yo yu pas dunga ning Mekah.”
Karena itulah, dalam tradisi pamitan safar (berpergian), utamanya dalam perjalanan panjang semacam haji
dan umroh, tujuannya adalah meminta doa restu kepada keluarga dan meminta doa
keselamatan lahir batin.
“Yang didoakan dan yang mendoakan sama-sama mendapatkan
barokah,” papar Kiai Mustamir kepada ratusan hadirin menggunakan bahasa Jawa.
Tapi kalau ketika haji masih saja rutin nyego kucing lama-lama tengah malam di
warung kopi Arab, ya semoga saja tetap terkabul karena dapat keutamaan tempat
begadang baru. [dutaislam.com/ ab]
Dimuat juga di SantriMenara.Com
