Foto: Mbah Warso, Jondang, Kedung, Jepara. |
DutaIslam.Com - Sekitar
15 tahun yang lalu, Mbah Warso (50), warga Desa Jondang Rt. 03 Rw. 03 Kecamatan
Kedung, Kabupaten Jepara, pernah didatangi seorang habib yang tidak ia kenal
sama sekali. Nama habib tersebut adalah Sayyid
Ja’far Shadiq. Ia mengaku berasal dari Dukuh Mbak Mati, Ngelak, Bondo,
Kecamatan Mlonggo, Jepara.
Habib Ja’far itu hanya
silaturrahim saja ke rumah Mbah Warso. Sebagaimana lazimnya tamu, obrolan keduanya
berjalan santai membahas hal-hal sepele hingga seperti saudara sendiri.
Dilengkapi kopi, rokok dan jajanan ringan, Warso yang berprofesi sebagai pemborong
mebel, akrab melemparkan guyonan kepada Habib Ja’far dan sering terjadi ungkapan
saling ledek khas orang Jawa desa.
Karena sudah tiga kali main ke rumah Warso di Desa Jondang,
Habib Ja’far itu meminta Mbah Warso berkunjung balik ke rumah habib di Mbak
Mati, Mlonggo. Jika ditempuh menggunakan motor, perjalanan dari Jondang ke
Mlonggo (arah utara) bisa menelan waktu sekitar 1 jam bila lalulintas lancar.
Siang itu, bersama rombongan 10 motor, Mbah Warso berniat
membalas kunjungan. Sampai ke dukuh Mbak Mati, ternyata warga setempat tidak
ada yang mengenal sama sekali ada seorang Habib bernama Ja’far yang mukim di
sana. Sampai ke ujung dekat bangunan PLTU, Warso dan rombongan bertemu seorang
nenek.
“Tidak ada nak di sini rumah seorang habib. Tapi kalau makam
habib, ada. Itu loh yang cungkupnya tinggi. Datang saja ke situ, kalian sudah
ditunggu,” jawab nenek tersebut sebagaimana ditirukan oleh Mbah Warso dalam
sebuah obrolan dengan Duta Islam, Sabtu (06/08/2016) di Rembang. Ia tidak
sempat menanyakan nama perempuan tua itu karena penasaran atas jawabannya yang
mengagetkan. Warso cukup menyesal.
Ketika sampai ke lokasi yang ditunjukkan sang nenek tak
dikenal, Warso dan rombongan bingung karena yang ada di hadapannya adalah tanah
dengan gerumbulan rumput-rumput besar penuh kotoran anjing berserakan di
sekitarnya. Di tengahnya itulah, Habib Ja’far dimakamkan. Masyaallah.
Pengalaman spiritual Mbah Warso ini tidak mengada-ada.
Baginya, Sayyid Ja’far yang dimakamkan di Mbak Mati, Bondo, Mlonggo adalah
seorang wali yang sengaja menemui dirinya yang jauh dari lokasi makam dengan
maksud yang ia sendiri tidak berani menafsirkan. “Saksi ada, yang buat kopi Habib
Ja’far pas di rumah juga masih hidup,” tegas Warso.
Setelah kejadian itu, ia sering ziarah ke makam Habib Ja’far
tersebut. Dan kini, makam tersebut sudah dibangun oleh warga sekitar.
Pengalaman lain yang tidak bisa dilupakan oleh Mbah Warso
terkait makam wali adalah ketika ia sedang memancing di sekitar Pulau Panjang Jepara,
sekitar 15 tahun lalu. Malam hari, di tengah asyik mancing bersama beberapa
orang lainnya, kedua matanya tiba-tiba seperti keculek (terkena kotoran) entah barang apa, tidak tahu.
Karena tidak tahan atas rasa sakit di bola matanya yang
terus memerah, akhirnya Warso lari meninggalkan area mancing mencari tempat
untuk istirahat. Teman-temannya lain masih di area pemancingan yang berbeda,
tidak mengetahui kelilipan mata yang dialami oleh Mbah Warso.
Tanpa pikir panjang, ia masuk ke sebuah rumah kecil yang
ditemukan, lalu tidur pulas. “Bangun tidur ternyata saya ada di sebelah makam,”
akunya kepada Duta Islam. Setelah bangun,
lanjutnya, Warso kemudian ziarah meminta maaf karena tanpa sengaja telah
berbuat salah ngeloni (memeluk sambil
tertidur) di kuburan pemilik makam tanpa ijin.
Beberapa tahun kemudian, ia baru mengetahui kalau makam yang
dulu ia gunakan tidur malam itu adalah makam wali besar bernama Habib Abu Bakar bin Yahya, datuk Habib
Luthfi bin Yahya Pekalongan.
Setiap tahun, ribuan warga Jepara rela menyebarang ke pulau
Panjang untuk menghadiri haul Habib Abu
Bakar tersebut. Jika Anda ingin ziarah ke sana, sekarang sudah ada kapal
khusus yang mengangkut para peziarah dari bibir pantai Kartini Jepara. Perjalanan
sekitar 15 menit. [dutaislam.com/ab]