Yang Berbeda di Hari Raya Idul Fitri dari Tarim, Hadramaut, Yaman
Cari Berita

Advertisement

Yang Berbeda di Hari Raya Idul Fitri dari Tarim, Hadramaut, Yaman

Jumat, 08 Juli 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Moh Nasirul Haq

DutaIslam.Com - Pada Hari raya idul fitri kali ini adalah ketiga kalinya bagi saya selama kuliah di Yaman. satu kali berada di kota Mukalla dan dua kali di desa Tarim yang keduanya berada di provinsi Hadramaut, Yaman.

Kalau di Mukalla biasanya syiar takbir hari raya begitu syahdu terdengar sepanjang malam dari berbagai masjid. Masjid asrama kami misalnya, yakni "Masjid Imam Syafi'i", menurut informasi yang kami dapatkan merupakan masjid terbesar yang ada di Hadramaut. Di Masjid Syafii, sepanjang malam mengumandangkan takbir guna "ihya lailatil ied" (menghidupkan malam idul fitri) serta qiyamul lail sebagaimana anjuran Nabi, hingga waktu sholat tiba.

Berbeda dengan Kota Mukalla, Desa Tarim yang klasik memiliki tradisi lain. Masyarakat Tarim lebih banyak mengisi malam harinya dengan qiyamul lail dan sholat tasbih, qasidah, serta dzikir-dzikir kepada Allah S.W.T. Adapun takbiran dilantunkan tanpa pengeras suara. Barulah sehabis shalat subuh dikumandangkan, takbir disemarakkan dengan pengeras suara.

Pembayaran zakat juga ramai diberikan pada faqir miskin, sehari sebelum pelaksanaan sholat ied.  Kemarin saat saya ketika akan membayar zakat fitrah, setiap orangnya diminta biaya 500 real untuk beras yang kualitas rendah, 700 real beras kualitas menengah, dan 1000 real untuk beras unggulan.

Beberapa masjid yang terkenal di Tarim melaksanakan sholat ied dengan ragam yang berbeda. Misalnya masjid fenomenal dengan menara tanah liat tertinggi di Yaman, yaitu "Masjid al-Muhdlor". Nampak para jemaah yang sholat disini terlihat lebih khusyu' dan tenang. Jamaah yang hadir ada yang sejak subuh duduk bersama, bertakbir dan berdzikir kepada Allah s.w t. Adapun yang menjadi khotib adalah dari keluarga bin Syihab yang terkenal di sana.

Begitu juga di "Al-Fath". Masjid yang didirikan oleh Imam Abdulloh al-Haddad itu nampak tidak jauh berbeda dengan masjid al-Muhdlor. Hanya saja jika solat di masjid ini kita bisa melihat ornamen hiasan kaligrafi dan lampion bergaya eropa. Kita pun bisa mengunjungi tempat peribadatan Imam Abdulloh al-Haddad dan melihat artefak peninggalan dakwah beliau. Adapun yang menjadi imam dan khotib di masjid fath adalah dari keluarga al Haddad.

Pada hari raya 2016 ini, kebetulan kami ingin merasakan suasana yang berbeda. Saya pun melaksanakan sholat ied di "Jabbanah", yaitu masjid yang berada di sebelah kanan makam Zambal dan Furait. Di sana, sepanjang jalan menuju Jabbanah, banyak orang menjajahkan mainan anak-anak, batotis, sambossa, makanan ringan dan manisan hari raya.

Bila dibandingkan, Jabbanah berbeda dengan masjid lainnya, sebab di sini banyak sekali anak anak kecil yang sengaja diajak orang tuanya untuk membeli mainan dan kuliner hari raya. Dengan mengenakan aneka pakaian ala cinderella arab dan dandanan jambul rambut bermacam macam, anak anak itu kelihatan makin nampak lucu dan menggemaskan. Karena saya orang Indonesia, saya terperajat melihat kecantikan dan ketampanan gadis dan bocah Arab tersebut.

Sholat ied di masjid Jabbanah dipenuhi ribuan masyarakat dan santri dari Universitas Al Ahqof, Rubath Tarim, dan Universitas Imam Syafi'i. Sementara yang menjadi imam dan khotib adalah dari keluarga Al Khotib.

Selepas sholat ied, para jamaah berziarah ke makam para ulama wal auliya' di Zambal serta makam Syuhada Perang Badar, sementara sebagian lainnya masih asyik berbelanja dan menikmati kuliner disekitar masjid Jabbanah.

Nah, Darul Mustofa pesantren asuhan Habib Umar memiliki cara sendiri dalam melaksanakan hari raya. Darul Mustofa yang terkenal sebagai pesantren yang mencetak da'i kelas dunia itu, ribuan santrinya menggunakan pakaian jubah dan imamah lengkap.

Kemudian segenap santri Darul Musthofa, Ma'had Idrus, Ma'had Nur dan masyarakat sekitar kompleks Aidid bergerak melakukan arak arakan dari Markas Musholla Ahlul Kisa' menuju Masjid "Ar-Raudloh" yang berjarak sekitar 500 M. Arak arakan ini dipimpin langsung oleh beliau Habib Umar Bin Hafidz dan putranya Habib Salim Bin Hafidz.

Arak-arakan ini sangat meriah sebab di depan dibawakan 4 empat atribut bendera habaib serta tabuhan genderang berirama klasik penghangat suasana. Teriakan "allohu akbar walillahil hamd" dan qosidah "Ala Ya Alloh Binadzroh Minal Aini Rohimah" memecah tangisan kerinduan kepada bumi pertiwi Indonesia serta mengingatkan pada masa kejayaan Islam dibawah bendera Rosululloh S.A.W.

Sesampainya di masjid Raudloh, para jamaah langsung melaksanakan shalat Idul Fitri dan yang menjadi imam adalah dari keluarga Bin Syech Abu Bakar Bin Salim. Biasanya, selepas sholat ied segenap santri dan mahasiswa bersalam-salaman dan selfie bersama sambil melepas kerinduan dengan keluarga di rumah.

Yang berbeda, khutbah Idul Fitri di Tarim menggunakan rujukan dari kitab karya ulama Tarim yang telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.

Seorang dosen saya, Al Qodli DR Abdullah Balfaqih menuturkan: "khutbah di tarim memiliki ciri khas dari segi keistimewaan sastranya yang tinggi, keluhuran pesan moralnya, serta tidak pernah mengabaikan aspek dzikrulloh mengingat Alloh Swt. Maka jangan heran meskipun disaat suasana bahagia kalian akan menemukan khotibnya menangis tersedu-sedu saat mengingatkan mengenai kematian, dunia yang hanya sementara dibanding kekalnya kehidupan akhirat."

Dan itu terbukti saya pun beserta jamaah lainnya turut menitikan air mata saat mendengarkan khutbah yang dibacakan oleh khatib.

Dihari pertama hari raya, banyak dari kalangan santri dan mahasiswa yang melaksanakan Halal bi Halal dan Uzumah dengan menyewa suggah (losmen) atau di masbah (kolam renang) dan bertemu teman kerabat yang berbeda institusi. Lalu, hi hari kedua, biasanya kami melaksanakan puasa Syawalan hingga tanggal 7 syawwal. 

Demikianlah beberapa hal yang menjadi khas Idul Fitri di kota Farim. Semoga bermanfaat dan selamat Hari Raya Idul Fitri "Minal Aidzin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin." [dutaislam.com/ ab]

Tarim, 1 Syawal 1437 H

Moh Nasirul Haq, mahasiswa Universitas Imam Syafi'i Yaman

Source: KBAswaja
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB