DutaIslam.Com –
Untuk mencapai sukses dunia akhirat, ada standar yang harus dilakukan oleh tiap
orang, yakni sakha’ (dermawan), al-afwu (gampang memberikan ampunan),
dan ihtimal (bersabar).
Itulah salah satu point yang disampaikan oleh KH Baihaqi
Turmudzi kepada ratusan hadirin dalam Halal bi Halal ke-17 keluarga Besar Bani
Kartodiran, di Rumah Sawidi, Manyargading, Brantak-Sekarjati, Welahan, Jepara
pada Sabtu (9 juli 2016) siang.
Acara halal bi halal yang dirangkai kirim doa kepada ratusan
ahli kubur keluarga seperti yang dipraktikkan pada acara tersebut, menurut Kiai
Baihaqi, adalah bagian dari cara menghormati orang tua atau leluhur yang lebih
dulu wafat. “Nabi berpesan, jangan kalian sakiti orang-orang yang sudah
meninggal di antara kalian. Wala tu’dzuu
mautakum,” tuturnya.
Hal itu sangat disyari’atkan karena kebaikan orang tua
kepada anak selamanya tidak akan bisa disepadankan dengan kebaikan anak kepada
orang tua. Kelas orang yang bersikap baik kepada orang tua (birrul walidain) dalam Al-Qur’an itu
diletakkan setelah perintah bertauhid kepada Allah.
“Dan sembahlah Allah dan jangan bersekutu dengan apapun dan
dengan kedua orang tua, berbuat ihsan-lah,” kata Kiai Baihaqi mengutip Surat
An-Nisa’ ayat 36.
Karena itulah, ada anjuran untuk puasa Senin-Kamis.
Menurutnya, pada hari Senin dan Kamis, amal anak Adam dievaluasi oleh Allah.
Orang tua yang sudah meninggal akan melihat perbuatan keturunannya pada kedua
hari itu. Di alam barzakh, orang tua setiap manusia akan sedih jika amal perbuatan
anak turunnya tidak baik.
Kesunnahan puasa Senin-Kamis dimaksudkan juga agar ketika
amal anak adam dievaluasi, ia dalam keadaan berpuasa atau tirakat. Ini adalah
bagian dari birrul walidain kepada
orang tua yang sudah meninggal. Dengan berpuasa Senin Kamis, kita akan menempuh
standar sukses dunia akhirat. [dutaislam.com/
abdullah]
