Muhammad Ali Meninggal Dunia, Ini Perjalanan Karir Tinjunya
Cari Berita

Advertisement

Muhammad Ali Meninggal Dunia, Ini Perjalanan Karir Tinjunya

Minggu, 05 Juni 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
muhamad ali islam

DutaIslam.Com - Innalillahi, petinju dunia legendaris Muhammad Ali meninggal dunia. Ali menutup mata di rumah sakit di Phoenix pada Jumat, 3 Juni waktu setempat. "Setelah 32 tahun berjuang melawan penyakit Parkinson, Muhammad Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun. Petinju yang tiga kali menjadi Juara Dunia Kelas berat meninggal malam ini," ujar juru bicara keluarga, Bob Gunnel kepada NBC News, Sabtu (4/6/2016).

Sebelumnya, mantan juara tinju kelas berat dunia Muhammad Ali dilaporkan dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit di wilayah Phoenix. Ali dilarikan ke rumah sakit di Phoenix pada Kamis, 2 Juni malam waktu setempat karena mengalami masalah pernapasan.

Juru bicara keluarga Ali mengatakan, pria berumur 74 tahun itu tengah dirawat tim dokternya dan dalam kondisi stabil. "Diperkirakan akan tinggal di rumah sakit sebentar," demikian statemen pihak keluarga sebelumnya.

Namun media-media setempat hari ini melaporkan, kondisi pria berumur 74 tahun itu terus memburuk dengan cepat. Bahkan menurut sumber yang dekat dengan keluarga Ali seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (4/6/2016), kematian Ali tinggal menghitung jam. "Sangat luar biasa buruk. Ini cuma masalah jam," tutur sumber yang telah berbicara dengan istri Ali, Lonnie tersebut.

"Kemungkinan lebih dari dua jam, namun tidak akan lebih lama lagi. Pengaturan pemakaman tengah dilakukan," katanya. Ali telah menderita penyakit Parkinson selama lebih dari tiga dekade. Salah satu figur paling terkenal abad ke-20 itu, tak banyak muncul ke publik beberapa tahun terakhir.

Penampilan terakhir di depan publik adalah pada April lalu saat "Celebrity Fight Night" di Arizona, acara amal yang dananya disalurkan untuk organisasi Muhammad Ali Parkinson Center. Ali dilahirkan di Louisville, Kentucky, dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr. Dia kemudian berganti nama pada tahun 1964 setelah memeluk agama Islam.

Muhammad Ali dan Karir Tinju
Muhammad Ali lahir 17 Januari 1942 dengan nama Cassius Marcellus Clay Gepen- K Bane Jr., dari ayah Cassius Marcellus Clay, Sr., seorang pelukis billboard (papan iklan) dan rambu lalu lintas dan ibu Odessa Grady Clay, seorang pencuci pakaian.

Pada usia 12 tahun, Clay, jr. melapor kepada polisi bernama Joe Martin, bahwa sepeda BMX barunya dicuri orang. Joe Martin, yang juga seorang pelatih tinju di Louisville, mengajari Clay kecil cara bertinju agar dapat menghajar si pencuri sepeda. Clay kecil sangat antusias berlatih tinju di bawah bimbingan Martin.

Pada tahun 1960, ia meraih medali emas kelas berat ringan Olimpiade di Roma, Italia. 29 Oktober 1960, Ali memulai debut pertama di ring profesional. Menang angka 6 ronde atas Tunney Hunsaker hingga pada 25 Februari 1964 berhasil merebut gelar juara dunia kelas berat dengan menang TKO ronde 7 dari 15 ronde yang direncanakan atas Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat. Liston mengalami cedera pada leher yang membuatnya mengundurkan diri dari pertandingan.

Segera setelah menang atas Liston, Clay memproklamirkan agama dengan nama barunya, Muhammad Ali dan dia dalam kelompook Nation of Islam yang kontroversial. (Pada buku biografi Ali yang diluncurkan pada tahun 2004, Ali mengaku sudah tidak bergabung dengan NOI, tapi bergabung dengan Jamaah Islam Sunni pada tahun 1975.

Tanding ulang antara Ali melawan Liston pada 25 Mei 1965 memunculkan kontroversi. Pukulan Ali yang begitu cepat menimbulkan spekulasi di kalangan tinju yang menyebut pukulan Ali sebagai 'phantom punch'. Pukulan itu begitu cepat, sehingga tidak tampak mengenai Liston yang roboh. Banyak isu yang berkembang, termasuk suap dan ancaman orang-orang NOI terhadap Liston dan keluarganya, tapi Liston membantah semua itu dengan menyatakan pukulan Ali menghantamnya dengan keras.

Antara tahun 1967 hingga 1970 Ali diskors oleh Komisi Tinju karena menolak program wajib militer pemerintah Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Ungkapannya yang terkenal dalam menolak wamil ini, "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!"

Setelah kalah angka dari Joe Frazier pada 8 Maret 1971 di New York, Ali harus menyerahkan gelarnya. Namun, pada 30 Oktober 1974 Ali merebut kembali gelar juara kelas berat WBC dan WBA setelah menumbangkan George Foreman di Kinsasha, Zaire pada ronde ke 8.

Presiden Ferdinand Marcos memboyong pertandingan Ali vs Fraizer III ke kota Manila, Filipina. Ali menang TKO ronde 14 dalam pertandingan yang sangat seru dan menegangkan, bahkan disebut sebagai salah satu "pertandingan tinju terbaik abad ini". Frazier yang kelelahan akhirnya menyerah dan tidak mau melanjutkan pertandingan pada istirahat menjelang ronde ke-15. Itu terjadi pada  1 Oktober 1975.

Setelah itu, saat akan wawancara dengan televisi, Ali terjatuh karena kehabisan tenaga; setelah istirahat beberapa menit, wawancara bisa dilakukan, tapi Ali harus duduk di bangku karena sudah kehabisan tenaga. Pada  15 September 1978, Ali mengalahkan Leon Spinks dengan angka 15 ronde di New Orleans. Ali mengukuhkan diri sebagai petinju pertama yang merebut gelar juara kelas berat sebanyak 3 kali.

Muhammad Ali menyatakan mengundurkan diri dari tinju pada 6 September 1979, dan gelar dinyatakan kosong hingga ia kembali lagi ke ring tinju pada 2 Oktober 1980 melawan bekas kawan latih tandingnya, Larry Holmes, yang menjadi juara dunia kelas berat dalam pertandingan yang diberi judul "The Last Hurrah".

Dalam pertandingan yang berat sebelah, Ali tidak mampu berkutik, sedang Holmes tampak tidak tega 'menghabisi' Ali yang tak berdaya. Ali menyerah dan mengundurkan diri pada ronde 11, Holmes dinyatakan menang TKO. Disebutkan, dalam laporan medis yang dilakukan di Mayo Clinic, Ali dinyatakan menderita gejala sindrom Parkinson seperti tangan yang gemetar, bicara yang mulai lamban, serta ada indikasi bahwa ada kerusakan pada selaput (membran) di otak Ali.

Namun Don King merahasiakan hasil medis ini, dan pertandingan Ali vs Holmes tetap berlangsung. Sebelum pertandingan melawan Larry Holmes ini, Dr. Ferdie Pacheco, dokter pribadi yang telah mendampingi Ali selama puluhan tahun, dengan terpaksa mengundurkan diri karena Ali tidak mau mendengarkan nasehatnya untuk menolak pertandingan melawan Holmes, dan lebih memilih bertanding melawan Holmes.

Dalam salah satu buku biografi Ali, Pacheco mengemukakan bahwa selama latihan Ali sempat kencing darah akibat kerusakan ginjal terkena pukulan, dia juga mengemukakan bahwa Ali sudah memiliki gejala sindrom Parkinson sejak sebelum pertandingan ini. Setelah pertandingan tersebut, dilakukan cek medis ulang, dan hasilnya menguatkan hasil sebelumnya.

Ali tetap melanjutkan karir tinjunya hingga pada 11 Desember 1981, ia mencoba melawan Trevor Berbick di Bahama dalam pertandingan yang diberi tajuk "Drama in Bahama". Dalam kondisi renta, Ali mampu tampil lebih bagus daripada saat melawan Holmes, walaupun akhirnya kalah angka 10 ronde. Setelah pertandingan ini, Ali benar-benar pensiun dari dunia tinju. [dutaislam.com/ ab]

Source: diolah dari wikipedia dan detikcom
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB