Makam Kiai Kathi di Kecapi, Tahunan, Jepara. (Foto: dutaislam.com/ab) |
DutaIslam.Com - Ada sejarah yang tidak banyak orang tahu tentang
keterkaitan Jepara dengan dakwah Nabi Muhammad SAW. Dulu, kabupaten di pesisir
utara itu pernah jadi perhatian Nabi waktu masih hidup. Ada 41 sahabat yang
diutus beliau untuk lawatan politik dan dakwah ke nusantara. Sayyid Jafar bin
Abi Thalib adalah nama yang diutus ke kerajaan Ratu Shima kala itu.
Sahabat Ali bin Abi Thalib yang jadi salah satu utusan pun sempat
mampir dan menginjakkan kaki ke tanah Jepara sebelum kembali pulang ke Madinah
bersama 40 rombongan lain. Ketika berkuasa, Khalifah Muawiyah pun pernah
mengutus delegasi ke Jepara, yang kemudian bisa mempengaruhi Ratu Shima
menerapkan hukum potong tangan. Namanya Abi Saffan.
Sejarah itu diungkapan oleh KH. Hisyam Zamroni, dalam
sambutan sebagai wakil ketua PCNU Jepara pada acara haul Kiai Kathi, di Komplek
makam Kiai Kathi, Jl. Kiai Kathi, Dusun Telahap, Desa Kecapi Rt. 12 Rw. 02, Tahunan, Jepara, Rabu (11/05/2016) malam.
Apa yang disampaikannya itu ternyata membuat Habib Musthafa
al-Aydrus dari Bangilan, Tuban, Jawa Timur, yang kala itu jadi pembicara,
mengaku ikut tertarik membincang sejarah Nabi, sahabat, hingga sejarah NU dan
bangsa Indonesia.
Habib Musthafa mengapresiasi perhatian pengurus NU Jepara
yang mau ikut mendukung dan nguri-nguri tradisi ulama salaf semacam acara haul Kiai
Kathi. Jika pengurus NU mau mengawal hal-hal laiknya haul dan lainnya, itu
bagian dari kecintaan NU kepada wali Allah.
Kepada ribuan hadirin, Habib Musthafa menantang warga NU
Jepara untuk membuat spanduk besar bertuliskan “Kami warga NU Jepara Menolak
Wahabi”. Menurutnya, spanduk itu penting untuk menyatakan sikap agar warga NU
tidak mudah disusupi oknum wahabi yang sering merusak tradisi leluhur.
Ia juga menghimbau kepada warga NU yang benar-benar mengaku
NU agar memasang foto Hadzratussyaikh KH Hasyim Asy’ary di tiap-tiap ruang tamu. Gunanya, ketika ada
misionaris wahabi datang, ia akan putar balik sendiri, pulang tanpa diantar.
Jika NU sudah dimasuki wahabi, bukan tidak mungkin Indonesia
akan hancur. Sebab, dari dulu NU adalah penjaga tradisi yang hingga kini terbukti
membentuk karakter umat Islam di Indonesia dan menjadi bangsa Indonesia 100
persen.
“Merusak tahlilan seperti yang dilakukan wahabi berarti
merusak Bangsa Indonesia. Karena Indonesia sudah mengenal tahlilan dan
shalawatan sebelum Indonesia merdeka. Dan yang mengamalkan itu semua adalah NU,”
ujar Habib Musthafa. [dutaislam.com/ ab]