DutaIslam.Com - Maraknya
gerakan makar ideologis yang dilakukan oleh kalangan anti Pancasila dan NKRI
seperti HTI, Wahabi dan situs-situs pendukung mereka, tidak sigap ditanggapi
oleh aparat, utama TNI, bukan tanpa alasan. Baik Polri maupun TNI, paham detail
ancaman terencana terhadap keutuhan negara. Ini catatan pensiunan tentara soal TNI,
Polri, Wahabi dan paham Islam transnasional yang mengancam NKRI:
(1) Bicara soal ancaman terhadap NKRI dari aspek ideologi
sesungguhnya TNI sama-sama detail dan peka terhadap "ekki" dan
"ekka". Dalam terminologi TNI disebut sebagai "ancaman terencana".
Sejarah membuktikan hal itu.
(2) Dalam konteks dengan kohesi integrasi nasional, walaupun
pihak luar/ reformasi alergi, TNI tetap dengan pisau analisa SARA = Suku,
Agama, Ras dan Antargolongan. Metoda ini ternyata masih valid dan kontekstual.
(3) Aspek agama, seperti Wahabi, Syiah, HTI, dan lain-lain
memang riuh sejak akhir-akhir ini. Bila TNI dan intelejen dianggap kurang
peduli, ada benarnya. Sebab, paham agama apapun sepanjang masih pada tahap perbedaan
tafsir amaliyah dan tidak menyentuh aspek politik/ideologi/khilafah, yang
merongrong Pancasila. TNI tidak dalam kapasitas untuk itu. Apalagi UU dan
perangkat hukum yang ada tidak membenarkan diambil langkah represif sampai
secara basah melakukannya. TNI baru bersikap utk memadamkan dan tetap haram
menindak siapapun yang baru tahap berpikir dan merencanakan kebakaran.
(4) Di kalangan TNI juga resah dengan penetrasi aliran
keagamaan dalam tubuh prajurit. Banyak Pati (Perwira Tinggi) harus berakhir
karirnya karena itu.
(5) Pertumbuhan aliran Islam yang aneh-aneh itu lebih pesat
di Polri daripada di TNI. Namun, pada perkembangan selanjutnya, di tubuh TNI
relatif mampu diatasi.
(6) Kenapa TNI tidak garang menentang ancaman terencana?
Monggo ditanyakan kepada UU, para politisi dan reformasi. Yang pasti karena TNI
tidak ber-dwifungsi lagi. Dulu TNI bagian dari "kekuatan sospol" negara.
Pemerintah macam-macam, TNI langsung tiup peluit karena dirinya juga pemain.
Sekarang, TNI "alat" negara, yang hanya bisa siap atau menonton walaupun
pemerintah berbuat macam-macam. [dutaislam.com/ab]
