Mbah Manaf, Kiai 65 Tahun yang Mahir Corel Untuk Memaknai Kitab Kuning
Cari Berita

Advertisement

Mbah Manaf, Kiai 65 Tahun yang Mahir Corel Untuk Memaknai Kitab Kuning

Kamis, 05 Mei 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com – Sudah sejak 2005, Mbah Abdul Manaf bin Zuhdi (65), yang kini tinggal di Desa Margoyoso Rt. 07 Rw. 03, Kalinyamatan, Jepara, tiap hari selalu di depan laptop memaknai kitab kuning menggunakan Corel Draw, satu-satunya sistem perangkat lunak yang mudah digunakan olehnya untuk menulis arab pegon miring. Dia membereskan baris demi baris kitab kuning agar mudah dipahami para santri dan dai.

Selama 11 tahun menulis itu, kini Mbah Manaf berhasil ngasahi (memaknai gandul arab pegon miring) 5 judul karya ulama klasik hingga berjilid-jilid. Semua kitab yang digarap bertema tentang kewalian, hikmah dan sufisme thariqah. Berikut judulnya:
  1. Jamiul Ushul fil Auliya karya Syeikh Muhammad Zliyauddin Musthafa al al-Kamsyakhanawi an-Naqsyabandi. Kitab aslinya ada 380 halaman, namun setelah digunduli Mbah Munif jadi 4 jilid. 
  2. Karomatul Auliya karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani (Lahir 1256 H). Jumlah halaman: 383. Jadi 3 jilid setelah dicorel Mbah Manaf.
  3. Kitab Kasfudz Dzunnun karangan Haji Kholifah. Halaman aslinya berjumlah ribuan. Baru rampung jadi 2 jilid.
  4. Jawahirul Khomsah karya Syeikh al-Imam al-Allamah al-Hamam Sayyid Muhammad bin Khotiruddin bin Bayazid bin Khowajah. Jadi 2 jilid.
  5. Jauhar Ma’aani, manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani karya Syeikh Jauhari Umar Pasuruan.
  6. Risalah al-Ghazali (dalam proses garap)
Jumlah halamannya bisa berjilid-jilid karena untuk membuat makna gandul pegon, harus ada spasi lumayan lebar. Satu halaman dibuat Mbah Manaf jadi 9 baris. Padahal, aslinya, -sebagaimana pada Jami’ul Ushul fil Auliya,- per halaman terdiri atas 28 baris. Dari satu halaman kitab asli, jadi 3 halaman setelah dimaknai utawi iki iku.

Memilih Versi Corel
Tentu banyak jalan terjal harus ditempuh. Ketika menggarap Kasyfudz Dnunnun misalnya, ada kendala teknis yang membuat stres. Lafadz Allah, kata Mbah Manaf, hilang huruf “Ha”-nya ketika di-print. Padahal hasil ketikan dalam file Corel, mulai Alif, Lam hingga Ha’, utuh semua hurufnya. Penggarapan berhenti hanya 2 jilid karena hal ini.

“Masalahnya ternyata karena saya pakai Corel Draw 14 dengan sistem operasi Windows Seven. Font Traditional Arabic tidak bisa dipakai di sana. Padahal, font lain seperti Arial, Transparent bisa saya pakai. Saya memilih Traditional Arabic karena nyaman dibaca,” tutur Mbah Manaf di rumahnya, Selasa (3 Mei 2016), malam.

Atas pengalaman tersebut, Mbah Manaf menginstal Windows XP untuk menggarap kitabnya. Corelnya tetap pakai versi 14. Cepat loading katanya. Pernah mencoba pakai Corel 17 tapi berat. Windows XP dipilih karena menurutnya lebih bersahabat dengan font arab.

“Misalnya ketika menulis huruf wawu yang digandeng dengan mim atau lainnya. Di Windows Seven terlihat terlalu rapat. Kalau di XP bisa tampak jelas dan kayak ada spasinya gitu, kelihatan bagus jadinya,” terang Mbah Manaf kepada Duta Islam.

Ada dua laptop yang dipakai. Yang terinstal Seven buat berselancar di dunia maya dan berkomunikasi via Facebook. Sementara yang instalan XP khusus untuk menggarap makna gandul kitab kuning.

“Pertama kali dulu saya pakai Corel 9, 10, 11 dan 12. Ternyata semuanya tidak bisa menulis angka Arab. Setelah ganti menggunakan corel 14 dengan windows XP, ternyata bisa dan sangat mudah,” paparnya.

Dalam pemaknaan kitab kuning itu, Mbah Manaf mengawalinya dengan melakukan scan halaman per halaman. Hasilnya di-print untuk kemudian di-harakat-i huruf per hurufnya secara manual. Tindakan ini dipilih untuk mempercepat kerja. Kekeliruan harakat akan dikoreksi lebih lanjut di Corel Draw menggunakan tool bernama Photo Paint, yakni aplikasi buatan Corel yang bisa digunakan untuk pengeditan gambar dan efek foto.

Kendalanya, ada kitab yang sulit discan karena lipatan jilidnya terlalu sempit. Kitab Kasyfudz Dzunnun salah satu contohnya. Bila teks kitab lain tidak berkolom, khusus kitab ini, kata Mbah Manaf, kolomnya ada dua. Scan tidak efektif mencover seluruh teks halaman. “Terpaksa harus pakai versi digital download, lalu diatur pakai Corel. Saya nggarap gandul ya pakai corel. Word tidak bisa dipakai,” ujarnya.   

Dua karya asahan Mbah Manaf: Jamiul Ushul fil Auliya dan Jawahirul Ma'ani
(Foto: dutaislam.com/mab)
Berawal Dari Waktu Luang
Niat Mbah Abdul Manaf memaknai kitab kuning secara digital diawali dari musibah yang menimpa istrinya, Sri Wahyuni. Kala itu, dia harus menunggu istri yang sakit berbulan-bulan tanpa bisa bekerja. Jenuh, akhirnya ia memanfaatkan waktu untuk ngasahi kitabnya secara manual. Ia simpan hasil asahan itu, siapa tahu berguna.

Pertama yang diasahi gandul arab menggunakan tulisan tangan adalah Kitab Jamiul Ushul fil Auliya.. Karena banyak yang tertarik hasil kerja Mbah Manaf itu, ada yang mengusulkan untuk membuat rutinan tiap malam Senin di salah satu rumah warga setempat.

Selama enam tahun rutinan berjalan, Mbah Manaf rajin membagi-bagikan hasil asahan tersebut. Kali ini sudah bukan tulisan tangan. Tapi sudah dalam bentuk cetakan hasil  Corel, printer-an yang sudah difoto-copy sesuai jumlah peserta ngaji rutinan.

Mbah Manaf belajar mengoperasikan corel secara otodidak. Ia mengaku tidak pernah kursus dan belajar sebisanya. Itu dimulai ketika jadi guru dan mengajar di Pondok Pesantren Nailun Najah, Kriyan, Kalinyamatan, Jepara atas perintah gurunya, Mbah Hudun (Baca: Biografi Mbah Hudun). “Awalnya saya minta diajari bagaimana menghidupkan komputer dan mematikannya,” kenangnya.

Melihat ketekunan Mbah Manaf, ada seorang teman yang kemudian memberinya fasilitas komputer pentium dua secara gratis. Itulah alat pertama yang digunakan untuk melanjutkan kerja kreatifnya memaknai kitab kuning.

Sejak saat itu, ia tidak lagi bekerja jualan jamu godok racikannya sendiri. Dulu, setelah lulus dari ponpes, Mbah Manaf memilih ber-dawa’ (menyembuhkan penyakit dengan obat herbal). Pekerjaannya itu terbilang sukses karena punya banyak pelanggan hingga Sumatra, Banten dan kota-kota lain. Selama jualan jamu, Mbah Manaf rajin merantau.

Jamunya laris. Dalil yang selalu digunakan untuk menarik perhatian pembeli adalah: addawa’u larruju’u ilas syabab. “Lam adalah lam ibtida’, maka harus dibaca rafa’ sesudahnya. Artinya begini utawi obat, iku yekti iso balikake, ilas syabab, maring nom,” tandas Mbah Manaf menerangkan dengan gaya utawi iki iku.

Praktis, banyak kiai dan habaib yang menjadi pelanggan setianya. Terutama dari kalangan dewasa dan orang tua. Mengobati orang sakit, bagi Mbah Manaf, sama pahalanya dengan mengajar atau berdakwah. Dia memilih dawa’ daripada dakwah atas alasan ini.

Demi kitab kuning, Mbah Manaf yang pernah nyantri di Madrasah Ghazaliyah Syafiiyyah (MGS) di PP MUS Sarang Rembang periode 1970-1976 ini,  meninggalkan profesinya sebagai penjual jamu godok. Sesekali mengisi pengajian dan jadi guru panggilan khusus belajar kitab kuning, terutama ilmu alat semacam Nahwu dan Sharaf.

Selama bertahun-tahun, Mbah Manaf menjadi guru privat para putra H Mawar, tetangga desa. Semua anak pengusaha itu diwulang ngaji oleh Mbah Nawar hingga khatam Kitab Nahwu bernama Alfiyah empat kali, lanjut ke syarahnya berjudul Ibnu Aqil, Bahjatul Mardliyyah sekaligus syawahid-nya. “Alhamdulilah khatam semua,” kata Mbah Manaf.

Hidup Sederhana
Bersama istrinya, kini Mbah Manaf hidup berdua apa adanya dengan tetap melanjutkan kerja kreatif di depan laptop memaknai kitab kuning. Ada 3 laptop yang ada di ruang tamu, tempat kerjanya yang berukuran kecil. Ketiga laptop tersebut bukan milik pribadinya, melainkan pinjaman dari orang-orang yang peduli.

Mbah Manaf tidak punya cukup uang membeli laptop. “Laptop saya gonta-ganti terus. Tidak pernah beli, silih-silihan (pinjaman, red). Jadi ketika pemilik datang mengambil, saya harus menyerahkan. Pernah pakai laptop anak Kudus malah saya jebolkan IC nya. Pernah dipinjamin pegawai bank asal Pati juga, tapi akhirnya rusak,” akunya.

Laptop saja meminjam, jelas Corel yang dipakai pun tanpa lisensi. Tapi Mbah Manaf tidak menyerah. Hidup serba kekurangan baginya harus tetap bermanfaat. Saking seringnya laptop pinjaman itu rusak, acap kali mendapatkan free biaya servis di beberapa tempat.

“Tukang servis laptop di sini hampir pernah saya datangi semua. Banyak yang kenal. Sering tidak bayar karena kasihan mungkin. Saya kan sudah tua,” terang Mbah Manaf yang ingin belajar Google Map agar tamunya mudah menemukan alamat.

Soal berapa banyak laptop, tinta dan printer yang dihabiskan selama 11 tahun ini, sudah tak terhitung. Dalam 8 bulan saja, pernah 4 kali ganti Cartridge (alat cetak) Printer. Itu belum tumpukan kertas HVS ukuran 80 yang selalu dia beli kalau ada uang. Ketika Duta Islam datang, keyboard laptop di meja kerjanya tidak berfungsi sehingga harus menggunakan keyboard eksternal berwarna hijau. Kumuh dan hampir rusak.

Tidak banyak yang sanggup menservis laptop yang digunakan Mbah Manaf. Hanya beberapa saja yang mampu menyelesaikan problemnya mengingat serba arab. Mbah Manaf jarang mengetik huruf selain arab. Tiga laptop yang ditunjukkan kepada Duta Islam semua keyboard asalnya bertulis arab. Sepertinya, Mbah Manaf memang tipe santri tulen tempoe doeloe yang tiap hari menulis menggunakan arab pegon.

Ruang kerja Mbah Manaf dan lemari yang digunakan menumpuk naskah garapannya
(Foto: dutaislam.com/mab)
Instalan Corel, Windows, Printer dan scanning hingga modem merek Alcatel, semua menggunakan bahasa operasional serba arab. Naskahnya disimpan dalam Harddisk Eksternal berkapasitas 500 giga. “Saya menggunakan Corel hanya untuk maknani kitab kuning. Tidak pernah menggunakannya untuk design banner dan lainnya,” tandas Mbah Manaf.

Naskah yang sudah diprint kertas, ia simpan di rak lemari ruang tamu bersama dua kamus berukuran jumbo yang biasa digunakan. Jika sewaktu-waktu ada yang ingin membeli, tinggal difoto-copy dengan warna kuning berukuran 80. Sudah laku puluhan jilid. Yang membeli para ustad dan dai sekitar Jepara. Berkat karyanya, Mbah Manaf pernah diundang Muktamar Thariqoh di Malang.

Jika Anda ingin membeli, harganya lumayan. Itu karena belum dicetak massal. Perjilid harganya Rp. 400.000,-. Anda harus menyiapkan Rp. 4.400.000,- untuk memesan lengkap 11 jilid. Pakai uang muka dulu agar Mbah Manaf bisa ke Kudus untuk memfoto-copy. Nomor hapenya ada di bawah ini. [dutaislam.com/ab]

------------------------------------
Biografi Singkat Mbah Manaf:
Nama Lengkap          : Abdul Manaf bin Zuhdi
Tempat Lahir             : Kawedanan, Pamotan, Rembang, Jawa Tengah
TTL                            : 16 Mei 1953
Nama Istri                  : Sri Wahyuni
Anak                           : Rahmatullah (meninggal saat lahir tahun 1993), Hamdan (anak  angkat)
Alamat                        : Margoyoso Rt. 07 Rw. 03, Kalinyamatan Jepara (sejak 2000)
Pendidikan                  : Madrasah Ghazaliyah Syafiiyyah (MGS) Sarang (1970-1976),   Ponpes Manbaul Khoiriyah Islamiyah (MHI), Bangsalsari, Jember, Jawa Timur.
Nomor Hape              : 085327678159
Facebook                    : Abdul Manaf
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB