Limas: makam Kiai Khati jepara berbentuk lima seperti masjid Demak (Foto: dutaislam.com/ ab) |
Oleh M Abdullah Badri
DutaIslam.Com – Makam Kiai Kathi yang terletak di Dusun Telahap, Desa Kecapi, Rt. 12 Rw. 02, Kec. Tahunan, Jepara baru dibuka haul pertama tahun 2011. Menurut keterangan pada nisan, makam baru dirapikan Jumat Legi, 22 Juli 2011 M/ 20 Sya’ban 1432 H. Sebelum itu, masyarakat setempat tidak tahu persis dimana letak makam Mbah Kathi sebenarnya. Mereka hanya tahu makam Kiai Khati ada di komplek pemakaman umum.
DutaIslam.Com – Makam Kiai Kathi yang terletak di Dusun Telahap, Desa Kecapi, Rt. 12 Rw. 02, Kec. Tahunan, Jepara baru dibuka haul pertama tahun 2011. Menurut keterangan pada nisan, makam baru dirapikan Jumat Legi, 22 Juli 2011 M/ 20 Sya’ban 1432 H. Sebelum itu, masyarakat setempat tidak tahu persis dimana letak makam Mbah Kathi sebenarnya. Mereka hanya tahu makam Kiai Khati ada di komplek pemakaman umum.
Menurut keterangan Suyuthi, warga Demak yang sudah mukim 31
tahun di Kecapi, nisan makam Kiai Kathi tersebut pertama kali ditemukan oleh
Mbah Sukardi (alm) setelah mengajak Mbah Zayin, sesepuh desa Kecapi untuk menelusuri
posisi sesungguhnya. Mbah Sukardi dan Mbah Zayin sendiri adalah sesepuh desa keturunan
Kiai Kathi.
Namun, soal silsilah secara rinci, tidak ada yang berani
membuka hingga sekarang. 9 orang yang datang menanyakan silsilah Mbah Kathi ke
Kiai Muhromin, Pengasuh Pesantren Susukan, Salatiga pun, nihil. Itu terjadi
tahun 2011 setelah haul kecil-kecilan pertama diselenggarakan.
“Jangan kau cari. Itulah wali Allah yang sesungguhnya. Jadi,
ada wali Allah yang mau dibuka, ada yang tidak. Beliau memang tidak suka
dipamerkan,” jelas Kiai Muhromin kepada 9 orang rombongan kala itu, termasuk
Suyuthi.
Kata Suyuthi, Kiai Muhromin mengucapkan kalimat dengan
bahasa tubuh yang berat. Kiai tidak mampu duduk di kursi sofa. “Pinarake Kiai
Muhromin melorot terus seperti orang yang sedang menerima beban berat,” ujar
Suyuthi, Rabu (11 Mei 2016).
Mbah Sukardi yang keturunan Kiai Kathi dari jalur ibu pun
mengucapkan hal yang sama. Kepada Suyuthi, Mbah Di –panggilan Sukardi-
mengatakan “Ora usah mbok goleki, suatu
saat engko bakal ono sing jelaske dewe.”
Tahun 2015, ketika haul besar diadakan untuk pertama kali,
Habib Luthfi yang jadi pembicara pun tidak menerangkan silsilah rinci Kiai
Kathi. Intinya, Habib Luthfi hanya mengajak mahabbah kepada wali Allah dan
pejuang agama seperti Mbah Kathi. Bahkan ketika selesai ngaji, baju kebesaran Habib
dibuka, kopyah dilepas, lalu jagongan santai di atas panggung pengajian.
Yang pasti, lanjut Suyuthi, Mbah Kathi bukan cikal bakal
desa Kecapi. Adapun cikal bakalnya adalah Mbah Shimah. Kiai Kathi dikenal
sebagai tokoh agama setempat waktu itu, yang datang dari luar daerah, alias
pendatang. “Soal darimana asalnya, saya belum berani menerangkan. Belum
waktunya,” ujarnya.
Peninggalan Kiai Kathi yang masih ada hingga sekarang adalah
Mushalla Baitus Salam, terletak di Jalan Kiai Kathi, Kecapi, Jepara. Kini, petilasan
tersebut diteruskan kepemimpinannya oleh keturunan dari jalur ayah, namanya
Ustadz Aziz. Disebut Kathi karena putra tertua dulu dipanggil dengan sebutan
Kathi. Jadi, Kathi adalah nama panggilan untuk putra Kiai Kathi. Nama aslinya,
belum dibuka hingga laporan ini dibuat.
Wali Mastur
Bukti bahwa Kiai Kathi disebut wali Allah salah satunya
adalah datangnya orang luar kota yang mencari makam Mbah Kathi. Seingat
Suyuthi, pernah ada orang Surabaya, Purwodadi dan Pati mencari makam Kiai Kathi
beberapa tahun silam sebelum dibuka haul umum 2011.
Jika dulu warga desa tidak banyak yang mengetahui titik
pasti makam Kiai Kathi, kini, berkat haul, orang-orang yang mencari makam, bisa
mudah menemukan. Sudah ada jalan menuju makam yang dibuat di atas tanah wakaf
dari warga. Lokasi makam juga semakin luas dan nyaman sejak dibangun pertama
kali oleh keluarga Mbah Sukardi lima tahun lalu.
Kini sedang tahap membangun pondasi aula setelah ada warga yang
mewakafkan tanah. Tujuannya sebagai tempat bagi peziarah yang ingin menginap di
makam. Selama ini, tamu yang ijin menginap di makam selalu ditolak Suyuthi
karena belum ada ruang inap. Semakin tahun haul Mbah Kathi tambah semarak. Baca laporan haul Kiai Kathi: Merusak Tahlil Berarti Merusak Bangsa Indonesia.
Jika diperhatikan, arsitektur makam Kiai Kathi mirip
bangunan makam Mbah Hasan Munadi, Ungaran, Semarang. Mahkota bangunannya pun
mirip masjid Demak Bintoro membentuk limas. Yang unik, di atas bangunan makam, ada kalimat
“Allah Muhammad” berbahasa Arab yang disambung hurufnya antara “Ha’” dan “Mim”
nya. Ini fotonya, diambil 16 Mei 2016 M:
(Foto: dutaislam.com/ ab) |
Semua bentuk bangunan itu, kata Suyuthi, atas petunjuk atau permintaan
dari Mbah Kathi. Kini, permintaan Mbah Kathi agar makam dibangun satu set
dengan mushalla dan sumur sedang dilaksanakan. Biasanya, kalau atas dasar
petunjuk, akan cepat rampung. Wali Allah itu tidak mati. Ia hanya pindah kamar
istirahat. [dutaislam.com/ ab]
