Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya
Cari Berita

Advertisement

Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya

Selasa, 12 April 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Sastrawan WS Rendra telah meninggal tahun 2009 lalu (semoga Alloh merahmatinya). Namun sebelum meninggal dan saat terbaring sakit, beliau sempat menulis sebuah puisi.

Puisi ini sangat dalam maknanya. Bahwa sesungguhnya hidup ini adalah amanah, dan apa yang ada pada diri kita adalah titipan semata. Maka tidak boleh ada yang disombongkan sedikitpun dari kita, karena semua itu hanyalah titipan. Yang suatu saat akan diambil kembali oleh Nya. Hanya saja kita tidak pernah tahu, kapan Dia akan mengambilnya.

Puisi ini juga mengingatkan akan pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian. Seperti sabda Nabi “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yakni kematian”.[HR. At-Tirmidziy (no. 2307), An-Nasa'iy (1824) dan Ibnu Majah (no. 4258). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (no. 682)]. 

Al-Imam Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata, “Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menyerupakan segala kelezatan yang fana dan segala keinginan duniawi dan kehancurannya dengan sebuah bangunan yang menjulang. Bangunan itu akan runtuh oleh berbagai goncangan hebat. Lalu Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan orang yang terlena dengan dunia untuk mengingat penghancur kelezatan tersebut (yakni, maut) agar ia tak terus-menerus condong kepadanya, (sehingga) ia pun menyibukkan diri dengan sesuatu yang wajib atas dirinya berupa penghadapan diri kepada kampung abadi (yaitu, akhirat)”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (6/92)]

Berikut adalah puisi terakhir dari WS Rendra, semoga bisa menjadi renungan dan peringatan:

Hidup itu seperti uap,
yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap!
Ketika orang memuji milikku,
aku berkata bahwa ini hanya titipan saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-Nya,
Bahwa rumahku adalah titipan-Nya,
Bahwa hartaku adalah titipan-Nya,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya ...

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
"Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?"
"Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?"

Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Malahan ketika diminta kembali,
kusebut itu musibah,
kusebut itu ujian,
kusebut itu petaka,
kusebut itu apa saja ...
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita ...

Ketika aku berdo'a, kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi,
Aku ingin lebih banyak harta,
Aku ingin lebih banyak mobil,
Aku ingin lebih banyak rumah,
Aku ingin lebih banyak popularitas,

Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih-Nya, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...
Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan Dia seolah "Mitra Dagang" ku dan bukan sebagai "Kekasih"!
Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku ...

Duh Allah ...

Padahal setiap hari kuucapkan,
“Hidup dan Matiku, Hanyalah untukMu ya Allah, ampuni aku, ya Allah ...
Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakmu saja ya Allah ...
Sebab aku yakin Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku ..
Kehendakmu adalah yang terbaik bagiku ...

Semoga manfaat
Sahabatmu...

Dari pelbagai sumber, antara lain: nastopo.com 
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB