Kiai Ali Murtadlo, Rais Syuriah MWC NU Keling, Jepara |
DutaIslam.Com – Menjadi ketua MWC NU Kecamatan Keling Jepara
punya tugas lebih dibanding kecamatan lain di Kabupaten Jepara. Selain medan
dakwah yang mayoritas berupa gunung, warganya juga memeluk beragam keyakinan.
Dari 12 desa di Keling hanya 30 persen yang yang berupa daratan.
Pun demikian, agama yang dipeluk bukan hanya Islam. Ada Nasrani dan Budha dengan
rumah ibadah masing-masing yang megah. Bahkan, Vihara terbesar di negeri ini,
ada di Keling. Hal itu dituturkan oleh Kiai Ali Murtadlo (38), Rais Syuriah NU
Kec. Keling di tengah ia menjalankan tugas ngaji dan dakwah di Desa Damarwulan,
Jumat (22/04/2016) siang.
Kiai alumnus Pesantren Salafiyah, Kajen, Pati ini juga
menjelaskan cara koordinasi antar pengurus ranting NU. “Karena jarak yang jauh,
terjal, naik-turun, kami harus yang turun langsung ke bawah,” paparnya.
Kiai Murtadlo juga menjelaskan, untuk acara ngaji, ia tidak
membuat majelis pengajian dekat rumah sebagaimana dilakukan pengasuh pesantren.
Dakwah di Keling harus door to door. Turun langsung ke lapangan. Masjid Al-Iman
di Medono, Damarwulan, jadi salah satu lokasi pilihannya menyampaikan ajaran
Islam.
Dua kali tiap selapan (35 hari), Kiai Murtadlo punya jadwal
ngaji di sana. Kitab yang dibaca adalah Kifayatul
Ahyar dan Mauidloh Lil Mu’minin.
Dua judul itu dipilih karena lebih fleksibel diterapkan untuk masyarakat yang
plural. “Kitab itu pas untuk masyarakat sini,” ujarnya.
Cara penyampainnya pun tidak terkesan mengajak.
Narasi-narasi dakwah yang digunakan tidak puritan dan mudah mengafirkan orang
lain. Ini semata-mata demi kepentingan umum yang lebih luas.
“Saya menggunakan cara dakwah yang santun, meniru akhlaq rasul. Misalnya, ketika membahas
soal najis anjing, saya tidak langsung ke hukumnya. Tapi caranya menghormati
tetangga. Saya justru menerangkan keharaman menyakiti tetangga walaupun anjing
mereka mengotori halaman rumah. Anjing itu makhluk tanpa akal, jadi anjingnya
tidak perlu diusir,” tandas Kiai Murtadlo.
Tidak seperti daerah lain. Anjing di sekitar desa Ngipik dan Medono memang
sering berkeliaran di jalan-jalan umum. Bahkan di halaman masjid. Jika cara
dakwahnya tidak menggunakan akhlak rasul, hal kecil itu akan mengganggu
kerukunan umat beragama.
Berkah dakwah ala Rasul itu, alhamdulillah selama menjadi
Rais Syuriah MWC NU Keling, ada 37 orang yang tertarik menjadi muallaf. Semuanya berasal dari Desa
Ngipik, Medono dan Ndodol.
Mereka inilah yang setiap selapan dua kali diajari shalat
oleh Kiai Murtadlo. Selain itu, mereka juga diwulang fikih dan ke-NU-an. Kini,
ada 13 titik yang rutin didatangi Kiai Murtadlo untuk mulang ngaji. [dutaislam.com/ab]
