DutaIslam.Com - Ketika di Medan ada guru agama dari PKS, Mardiatoz
Tanjung, Binjai Barat, digerebek warga karena dilaporkan sedang bersama
perempuan telanjang (beritanya klik sini), pada hari yang sama (Senin, 11 April 2016), ada heboh
seorang ustadz PKS juga, bernama Lukmanul Hakim Abu Bakar dari Gorontalo, dianulir
oleh panitia Musabaqoh Kitab Kuning PKB maju ke tahapan final di Jakarta.
Satu ujung kader PKS didzalimi warga karena “selingkuh”, satu ujung
lagi merasa didzalimi dengan alasan “ketahuan sebagai kader partai PKS”.
Sama-sama usatdz, dan sama-sama didzalimi. Mardiatoz Tanjung korupsi akhlaq.
Sedangkan Lukmanul Hakim Abu Bakar mengorupsi kejujuran.
Dalam keterangan di akun Facebooknya, Lukman menyebut jika ia dan
istrinya jadi pemenang Lomba Musabaqah Kitab Kuning PKB tingkat Provinsi
Gorontalo, namun dibatalkan berangkat ke final tingkat nasional karena ketahuan
kader PKS.
(Baca Duta Islam: Cekcok dengan Kader PKS, Imam Masjid Meninggal)
(Baca Duta Islam: Cekcok dengan Kader PKS, Imam Masjid Meninggal)
Ternyata, anggapan sepihak itu dibantah oleh panitia. Imam Nahrawi,
petinggi PKB yang juga panitia, menyatakan bahwa proses pembatalan itu bukan
karena unsur kepartaian, namun karena ketidakjujuran mereka soal umur. Umur
mereka lebih dari ketentuan yang ditetapkan panitia. “Karena mereka berbohong
pada usia. Usia mereka di atas 25,” kata Nahrawi.
Namun hal itu dibantah oleh Lukman. Ia mengaku bahwa juklak lomba yang
dikirimkan ke pondoknya tertulis batasan usia hingga 30 tahun. “Saya 29, istri,
26,” tulis Lukman di inbox akun Facebooknya. Ini yang menurut sebagian netizen
dianggap sebagai murni kesalahan antara panitia pusat dan daerah.
Yang disayangkan, Lukman mengumbar protesnya ke media sosial dengan
hastag #LAWANKEDZALIMAN.
Status lengkapnya begini:
“Aneh; Saya dan istri, pemenang musabaqah Kitab Kuning PKB Provinsi Gorontalo, dibatalkan mengikuti final musabaqah di Jakarta, karena diketahui sebagai kader PKS #LAWANKEDZALIMAN”
Ini link statusnya: SINI
Kalau dia santri, harusnya ia melakukan cek. Tidak langsung menuduh di
media sosial bahwa apa dialami merupakan kedzaliman. Apa melawan kedzaliman hanya
bisa dengan menulis tatus Facebook? Kalau benar Lukman kader PKS, mampulah
melayangkan gugatan ke pengadilan seperti Fahri Hamzah yang tidak terima dia
dipecat PKS Pusat. Bisa diatasnamakan kehormatan partai, PKS.
Menganulir Amalan Pesantren, Tapi Cari Simpati ke Santri
Menurut Habib Zainani Luqman Faridli As-Segaf, khadim Majelis Assegaf
Jepara, apa yang dilakukan kader PKS Gorontalo itu bagian dari politik
penggembosan.
“Walaupun saya bukan fungsionaris PKB dan PKS, saya melihat itu
bagian dari politik norak kader PKS. Bahasa melawan kedzaliman itu tidak jelas
ditujukan kepada siapa, padahal kasusnya sangat personal. Itu bahasa anak-anak
lebay di medsos yang hanya ingin show up biar diperhatikan lalu panitia
dianggap rasial,” kata Yik Luqman, penggilan akrabnya, Senin (11/04) sore.
Menurut Habib Luqman, kesalahan-kesalahan manusiawi dan personal semacam
polemik lomba Musabaqah Kitab Kuning PKB itu bisa dikomunikasikan dengan baik.
Yang bikin orang alergi dengan PKS itu kesalahan ideologi politiknya yang
cenderung memborbardir tradisi-tradisi kepesantrenan. (Baca Duta Islam: Ketika MUI Ditunggangi Wahabi)
Selama ini, kata Habib Luqman, kader PKS dimana-mana anti maulid dan
senang menuduh amaliyah nahdliyyin bid’ah, syirik, khurofat dan tahayul.
Padahal itu adalah amalan santri di pesantren. “Jika tiba-tiba PKS mengadakan
kegiatan yang sama dengan PKB, Lomba Baca Kitab Kuning misalnya, itu jela dan shorih
ada muatan politik menarik simpati kaum santri,” ujar Habib.
Hanya santri yang mengenal pesantren beserta warisan kitab kuningnya. Kader
PKS tidak banyak yang megusai khazanah klasik pesantren. “Lha wong di Jogja
kemarin pengurus PKS ditanya Wakil Pemred Kedaulatan Rakyat aja pada ndak tahu
sistem pemaknaan utawi iki iku kok,” papar Yik Luqman. Link berita ini klik: Kistara
Jika kadernya PKS karbitan, lakunya akhirnya karbitan. Siapa tidak
mengenal Jonru? Dia ahli putar balik di medsos. Abu Aqila, pemfitnah Grand
Syeikh al-Azhar kemarin juga kader PKS. Abu Aqila ini yang berulangkali
mengkritik tradisi pesantren di akun Facebooknya. (Baca Duta Islam: Abu Aqila, Tukang Fitnah Grand Syeikh al-Azhar)
Mau dibawa kemana kitab kuning kita kalau dipegang kader-kader PKS? Mau
dibawa ke kamar mandi bersama perempuan telanjang seperti Mardiatoz Tanjung
itu? Yang bisa menjawab cuma kader PKS pastinya, sebagaimana pesantren, yang
lebih tahu hanya santri, bukan kader PKS. [dutaislam.com/dulkarim]