Teror Hashtag Bom Sarinah
Cari Berita

Advertisement

Teror Hashtag Bom Sarinah

Kamis, 14 Januari 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Oleh Sholahuddin al-Ahmed

Mengapa di sana ada bom di sini pakai # (hashtag). Polisi baku tembak dengan teroris Orang NU Baca Yasin Tahlilan.

Dalam waktu sekejap hastag atau tagar #prayforjakarta #kamitidaktakut #tetaptenang di twitter netizen menjadi populer,  Trending Topic WorldWide.

Hastag itu berjalan secara alami ramai-ramai seperti sebuah kerumunan lebah, meraung-raung. Semakin lama dengungan lebah itu semakin banyak yang menulis hastag tersebut.

Hashtag ini bisa jadi mencitrakan suasana hati warga Jakarta atau masyarakat Indonesia. Seperti juga mengobati kegelisahan masyarakat ibu kota yang masih didera bayangan bom bisa mengguncang di mana saja dan secara  tiba-tiba.

Hashtag seperti juga menjadi kapsul atau obat anti takut. Kemudian secam menghipnotis secara massal masyarakat menjadi tenang ketika mengetik hashtag #tetaptenang apa yang ditulis itu setidaknya mewakili perasaan. Perkataan jujur dari lubuk hati yang paling dalam tentang suasana terkini.

Ini sejarah baru masyarakat netizen pengguna sosial media. Ketika aksi teror bom bali {2002}/{2005}, hashtag belum ada. Beberapa referensi mencatat hashtag dikicaukan pertama kali 2007. Obat semacam hashtag belum bisa ditelan oleh penggemar online saat itu.

Soal hashtag ini sebenarnya kita sudah familier terlebih dahulu melalui ponsel jadul ketika akan mengecek pulsa atau untuk permainan Tic Tac Toe. Loncatan luar biasa ketika hashtag itu bukan hanya sekedar gerakan sosial atau kode untuk menggiring opini tertentu.

Dalam tiga tahun terakhir ketika mengamati perilaku netizen, hashtag menjadi semacam desiran hati, obat hati, obat penenang, luapan emosi-ekpresi, masih banyak lagi intepretasi untuk melukiskan hashtag. Dalam peristiwa Bom Sarinah Thamrin Jakarta, hashtag menjadi kapsul penenang.

Salah seorang teman di Jakarta bercerita, temen-temannya satu kantor ramai memperbincangkan peristiwa bom itu. Kemudian mereka ramai-ramai menuliskan hashtag di twitter. Setelah nulis hashtag  #tetaptenang  mengaku lebih tenang. Apa yang diulis itu membawa suasana hati ikut tenang. 

Ketika hashtag itu ditulis ratusan ribu orang  mereka semacam saling menguatkan dalam kode yang viral.  Ibaratnya doa, semakin banyak yang mengamini doa itu dikabulakan, begitulah tradisi NU, dalam tahlilan. Makanya dalam tradisi yasin tahlil dihadiri paling tidak satu RT,  semakin banyak yang dateng diyakini doanya dan dikabukkan juga tambah berkah.

"Eh muka kamu kok masih galau belum ngehashtag #tetaptenang ya ?"kata Ayu. "sudah kok..tapi baru nulis tiga sich, eh masih kurang banyak ya?" kata Icha"Biar pun kamu nulis 1.000 hashtag mukamu memang dari sononya gitu," sekedar comic.

Jika hashtag itu dikemas dalam nuansa spiritual akan tambah berkah, misalkan setiap orang Islam yang nulis hashtag #tetaptenang diiringi dengan pembacaan ummul kitab kepada korban bom. Begitu juga dengan orang Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, dan penganut keyakinan lain, setiap penulisan hashtag berdoa untuk korban dan masyarakat Indonesia tetap tenang. Maka masyarakat netizen ini tambah barokah.

Namun anehnya hashtag saja bisa dipolitisasi. Para pendukung masing-masing hashtag sama-sama melakukan kampanye untuk mempertahankan hashtagnya tetap berada di posisi teratas. Ad sesuatu yang janggal ketika ponsel cerdas saya mendapatkan BC " jangan pakai hestek #prayforjakarta. rupiah bisa turun. be a smart netizen. jangan jadi buzzer gratisan. ingat, ekonomi indonesia".

Serba repot apa saja bisa dipolitisasi jika mengikuti hashtag ini dianggap pro teroris, jika mengikuti hashtag ini dianggap tak cerdas dan menjatuhkan ekonomi negara, hati-hati jangan nulis hashtag ini sama saja setuju mengalihkan isu freeport pro kapitalis.

Sepertinya kita mudah terprovokasi, netizen mudah menebarkan kebencian antara buzzer satu dengan yang lainnya. Saling menteror saling membenci menjatuhkan. Kita  kembalikan lagi tujuan hashtag yang menginspirasi, menguatkan, menenangkan, mendamaikan, menebarkan cinta.

Apa bedanya kita ini (netizen) dengan teroris, jika saling membenci. Sesama buzzer hashtag dilarang membenci dan memfitnah, kembali kepada tujuan utama hashtag sebagai gerakan sosial yang positif untuk kebaikan ummat netizen. Sebaiknya kita juga jangan melupakan hashtag yang satu ini #rahmatanlilalamin.

Agar dugaan awal bahwa pelaku teror berafiliasi dengan kelompok radikal Islam tidak melabel paten. Islam tetap ramah tercitra kepada masyarakat dan seluruh penduduk dunia. Islam adalah #rahmatanlilalamin rahmat untuk seisi jagad raya, bukan sebagai aktor utama entertain terorisme. Awasi kelompok yang mengatas namakan Islam tapi menebarkan kebencian, mudah mengkafirkan, membida'hkan. Semoga Tuhan bersama kita pecinta kedamaian. [ed]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB