DutaIslam.Com - Berikut penjelasan Wasekjen MUI K.H. Tengku Zulkarnaen tentang tahun masehi/ syamsiyah yang di sebelah disebut-sebut sebagai tahun orang kafir kepet.
Banyak orang menganggap tahun masehi itu tahun Kristen. Padahal kita menyebutkannya tahun syamsiyyah. Ajaibnya, perhitungan tahun matahari tidak dituliskan di kitab Injil, rujukan umat Kristiani. Tapi justru ada di Al-Qur'an. Lihat Surat al-Isra' ayat 12:
(وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ ۖ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا)
(Baca: Spirit Hijrah di Tahun Baru)
Dan, tiang agama kita, yakni sholat, justru diperhitungkan menggunakan waktu matahari. Sungguh sebuah kesalahan pandang akibat pemikiran yang cetek dan fanatik buta jika menyebut tahun baru masehi sebagai tahun agama lain.
Rugi besar umat Islam jika menyerahkan tahun masehi alias Syamsiyah pada agama lain, dalam hal ini disebut Kristen. Tahun baru Masehi disebut tahun baru syamsiyah ada dan ditulis Allah dalam kitab suci Al-Qur'an. [dutaislam.com/ ed]
Keterangan:
Mengisi ibadah di tahun awal tahun Syamsiyyah diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk menyaingi majelis-majelis lalai di pergantian tahun.