Pengangguran Menjebak Orang Jadi Radikal
Cari Berita

Advertisement

Pengangguran Menjebak Orang Jadi Radikal

Selasa, 15 Desember 2015
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
DutaIslam.Com-Maraknya penganut Islam ekstrem atau Islam Radikal disebabkan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut adalah ketidakadilan ekonomi, kualitas pemahaman keagamaan yang rendah, dan tekanan psikologis karena rendahnya status sosial.

Demikian pandangan Ketua Sarekat Muslim Indonesia (SMI), Choiril Anwar Rohili. Menurut Choiril Anwar, ketidakadilan ekonomi di kalangan umat Islam ini sebuah fakta global. Misalnya data dari hasil Forum Ekonomi Dunia Islam/World Islamic Economic Forum (WIEF), menyebutkan bahwa mayoritas penduduk muslim yang jumlahnya sekitar 1,2 milyar mengacu data 2004 membuktikan hal itu.

“Di beberapa negara muslim terutama Timur Tengah kecemburuan ekonomi sangat kuat karena di sana kapitalisme secara langsung mendekte beberapa negara dan bahkan sampai timbul peperangan,” terangnya pada diskusi Fokus Grup, di Jalan Sancang Kota Bandung, Jumat 11 Desember 2015.

Menurut Alumni Pesantren Tebuireng itu, di Indonesia persoalan yang penting dari radikalisme selain masalah ekonomi adalah masalah rendahnya pemahaman keagamaan yang rendah bersamaan dengan status marginal para aktivis gerakan Islam yang kebanyakan terjebak pada wahabisme itu.

Chairil Anwar Rohili
“Ketika anak-anak muda itu menganggur, tidak punya kegiatan yang membuat mereka merasa
menjadi manusia, tertekan oleh keadaan, mereka lalu mencari afiliasi kegiatan. Kalau mereka mendapatkan afiliasi dari pertemanan di klub-klub yang baik mereka akan menjadi baik. Tapi kalau masuk geng motor atau geng keagamaan radikal, mereka pun cepat menjadi radikal,” terangnya.

Dalam pandangan Choiril, sebenarnya urusan ekonomi bukan satu-satunya pendorong radikalisme. Sebab sebagian dari elit penggerak Islam radikal yang rata-rata berkemasan jubah kearab-araban itu mapan secara ekonomi. Tetapi karena elit penggerak itu butuh umat, maka mereka butuh anak-anak yang mudah diarahkan, mudah diindoktrinasi.

“Kalau mereka mengorganisir santri yang memiliki pemahaman agama secara matang tentu sulit dilakukan karena ada sikap kritis. Tetapi bagi golongan bawah yang sengsara secara ekonomi dan tidak memiliki dasar keagamaan yang kuat indoktrinasi lebih mudah dilakukan. Itulah yang kemudian mereka kita lihat sering demo dengan isu-isu seperti penistaan agama, syirik, dan lain-lain,” terangnya.

Pekerjaan untuk Islam Radikal

Choiril menyatakan negara harus tanggap terhadap persoalan ini dengan secara langsung masuk kepada kelompok-kelompok itu untuk diselesaikan sesuai persoalan latarbelakang mereka yang sebagian adalah ekonomi.

“Kasih pekerjaan supaya mereka punya kesibukan yang produktif sehingga tidak bergiat ekonomis menunggu instruksi penggeraknya melalui demo-demo. Kalau perlu dibiayai masuk pesantren yang moderat agar mereka produktif menjadi guru ngaji atau mengabdi pada urusan sosial,” sarannya.

Selain itu Choiril juga melihat peranan NU dan Muhammadiyah sangat strategis dalam menanggulangi persoalan masalah agama ini. “Jangan sampai agama menjadi  masalah, apalagi mengandung unsur patologis. Itu tragis. Sebab agama pembawa rahmat dan kebaikan serta keselamatan. Kalau kemudian Islam menjadi agama yang merusak kita kehilangan sandaran paling penting di dunia ini.” [yusmakmun-dutaislam.com]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB