Garis Merah Koflik dari Suriah ke Indonesia
Cari Berita

Advertisement

Garis Merah Koflik dari Suriah ke Indonesia

Selasa, 03 November 2015
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Oleh RZF

Berawal dari otak-atik google, saya pun menemukan sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya, sebuah garis merah konflik dari Suriah ke Indonesia. Mungkin anda sama terkejutnya dengan saya ketika saya katakana garis merah konflik Suriah ke Indonesia. Semoga anda mau bersabar untuk pelan-pelan saya akan coba tuangkan apa yang telah saya temukan.

Silahkan anda mengambil posisi duduk yang nyaman, siapkan kopi, teh minuman serta makanan kecil sebab bisa jadi ulasan ini akan sedikit panjang dan semoga tidak berbelit. Saya pun akan menyiapkan kopi sedikit pahit untuk menambah energy bagi otak dan jari-jari saya minitik satu persatu huruf yang ada di keyboard.

Pertama penulis akan mengajak pembaca untuk kembali ke lima tahun silam saat Arab Spring dimulai pertama kali di Tunisia pada 17 Desember 2010 dan kemudian terus bergulir ke sejumlah negara seperti Mesir, Libya dan hingga akhirnya ke Suriah pada 26 Januari 2011.

Beda dengan Mesir dan Tunisia yang menggulingkan penguasanya dengan demonstrasi, Arab Spring di Suriah lebih mirip dengan Libya yang berusaha menggulingkan pemerintah dengan menggunakan senjata. Sayangnya Libya tak seberuntung Suriah, Khadaffi harus meninggal di tangan para pemberontak, sementara Assad diluar dugaan kembali terpilih dalam pilpres 3 Juni 2014.

Arab spring di Suriah melahirkan kelompok-kelompok pemberontak bersenjata yang tersebar di seluruh Suriah, diantara kelompok-kelompok tersebut adalah Kelompok FSA (Free Syrian Army) yang dipimpin oleh colonel Riad al-Asaad yang membelot dari pasukan Suriah, Brigade Syuhada Suriah yang dipimpin oleh Jamal Maarouf, Ahrar al-Sham yang dipimpin oleh Hassan Abboud, Jays al-Islam yang dipimpin oleh Zahran Allaoush, Suqour al-Sham yang dipimpin oleh Ahmed al-Sheikh, Liwa al-Tawhid yang dipimpin oleh Abdul Aziz Salama, Ahfad al-Rasoul Brigade yang dipimpin oleh Abu Osama al-julani, Muhammad al-Ali dan Maher al-Nuami, Jabhat al-Nusra yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-julani dan Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi.

Dalam perjalanannya kelompok-kelompok pemberontak ini dengan didukung oleh sejumlah negara yang menyebut dirinya ‘Friends of Syria” menjadi sebuah koalisi yang bernama Supreme Military Council (SMC) pada Desember 2012 dengan pemimpin Riad al-Asaad.

Namun pada tanggal 23 juni 2013 dalam pertemuan Doha, Qatar antara negara-negara Friends of Syria (Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Itali, Mesir, Turki, Yordania, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan kelompok-kelompok pemberontak menghasilkan pemimpin Jenderal Salim Idris mengantikan Riad al-Asaad. Selain itu juga menghasilkan kesepakatan bahwa negara-negara Friends of Syria akan memberikan bantuan para pemberontak dengan berbagai kebutuhan dan peralatan untuk menggulingkan Bashar al-Assad.

Penderitaan rakyat Suriah akibat konflik ini mengundang simpati dari sejumlah orang di dunia, termasuk dari orang-orang yang ada di Indonesia untuk memberikan bantuan. Kemudian muncullah sejumlah kajian-kajian yang menyatakan memberikan informasi yang benar atas apa terjadi di Suriah saat ini.

Disinilah kejanggalan mulai tanpak. Darimana? Coba perhatikan bendera yang mereka pasang ditempat-tempat kajian atau yang mereka gunakan. Jika kita cermati bendera yang mereka pasang adalah bendera dengan warna Hijau dibagian atas, kemudian putih dengan tiga bintang berwarna merah berjajar dan warna paling bawah Hitam.

Bendera tersebut adalah bendera dari FSA, yaitu kelompok pemberontak yang di danai oleh negara-negara Friends of Syria. Jadi yang mereka lakukan selama ini bukanlah memberikan informasi yang sebenarnya pada masyarakat tapi mencoba membangun opini pada masyarakat Indonesia sehingga mereka akan mendapatkan dukungan.

Para pemberontak di Suriah yang membawa bendera FSA
Hal ini mereka lakukan sejak tahun 2013, ketika setahun lebih pemberontakan di Suriah tidak juga bisa menggulingkan Bashar al-Assad.

Lalu pertanyaannya, dimana garis merah Konflik dari Suriah ke Indonesia?
Baiklah, coba pembaca perhatikan mereka yang dulu gencar melakukan kajian-kajian terkait konflik Suriah dengan membawa bendera FSA nya, kini mereka adalah orang-orang yang mencoba membenturkan antara Sunni dan Syiah di Indonesia. Coba kenali wajah-wajahnya dari foto-foto yang penulis lampirkan, mereka adalah orang-orang yang sama dan lihat bendera FSA disekitar mereka.

Para pemberontak di Suriah yang membawa bendera FSA
Coba kita ingat-ingat kembali, apakah sebelum konflik Suriah yaitu sebelum Arab Spring 2010, pernahkah terdengar usaha untuk membenturkan antara Sunni dan Syiah di Indonesia semasif saat ini?

Tidak ada!
Semua hidup tenang, damai dan saling menghormati. Tapi setelah terjadi pemberontakan di Suriah, tiba-tiba pembenturan antara Sunni-Syiah di Indonesia semakin masif.

Siapa sasarannya? Syiah?
Bukan !
Apa untungnya menghancurkan Syiah di Indonesia yang jumlahnya bahkan tidak masuk dalam negara 20 besar jumlah Syiah nya di dunia.

Lalu siapa sasarannya?
Tak jauh beda dengan yang terjadi di Suriah, sasaran mereka adalah pemerintah Indonesia. Menjadikan Indonesia seperti Suriah? Bisa jadi! Lihat saja bagaimana sejumlah kepala daerah tak berkutik menghadapi tuntutan mereka, bahkan pihak keamanan pun juga seperti mengikuti saja apa mau mereka, walaupun apa yang mereka lakukan bertentangan dengan konstitusi.

Abu Jibril bersama sejumlah tokoh dalam pembentukan Forum Peduli Suriah (FPS) tanggal 15 Oktober 2012 di Jakarta dengan salah seorang yang menyatakan dirinya sebagai aktivis Suriah dan menyilangkan bendera FSA ditubuhnya. (1) Abu jibril (2) Bambang Sukirno (3) Angga Dimas; yang menurut kabar Bambang Sukirno dan Angga Dimas merupakan anggota dari Jamaah Islamiyah dan mendapatkan larangan perjalanan serta embargo senjata dari PBB.(http://www.un.org/press/en/2015/sc11816.doc.htm).

Itu hanya sebagian kecil persamaan dari bendera yang sangat nyata, belum lagi jika pembaca coba lihat dan cek dari tahun ke tahun yang berkampanye tentang konflik Suriah adalah mereka yang hari ini mencoba membenturkan Muslim Sunni dan Syiah di Indonesia, maka akan menemukan lebih banyak lagi persamaan mereka dengan para pemberontak di Suriah.

Jadi…?
Para pemberontak Suriah telah ada di Indonesia ancaman kepada negara seperti yang mereka lakukan di Suriah bisa saja terjadi. Semoga masih banyak rakyat Indonesia yang ingin Indonesia tetap damai, Indonesia tanpa kekacauan seperti halnya yang terjadi di Suriah.

Indonesia adalah Indonesia dan bukan Suriah jadi jangan bawah-bawah masalah di Suriah ke Indonesia.

------------------------

Abu Jibril (Paling Kanan) dalam deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah

Para pemberontak FSA, salah satunya adalah Pemimpin FSA saat itu, Jen. Salim Idris (1) yang bertemu dengan Jhon Mc Cain (2). Bendera FSA (3)



Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB