Gus Yahya Cholil Staquf. Foto: Bangkitmedia |
Menurut keponakan Gus Mus tersebut, pengakuan kepala sekolah TK yang mengambil tema “Perjuangan Rasulullah” dan menisbatkannya dengan pakaian hitam-hitam serta replika bedil otomatis itu tak bisa dimaknai selain sebagai propaganda radikalisme.
"Dalam konteks tampilan simbolik yang dikenal luas dalam masyarakat, pakaian hitam-hitam dan bedil otomatis itu cuma ada pada kelompok-kelompok radikal sejenis ISIS. Saya sangat curiga bahwa Kepala Sekolah TK yang bersangkutan memang berniat menciptakan artikulasi untuk memberi pembenaran atas kelompok-kelompok radikal itu sebagai “cermin perjuangan Rasulullah SAW”," ujar Gus Yahya, melalui akun Facebooknya, Yahya Cholil Staquf, Senin (20/08/2018).
Mustahil TNI dan Polri atau bagian mana pun dari kedua institusi, lanjut Gus Yahya, itu tidak mampu memahami ini kecuali bermaksud melindungi orang-orang tertentu atau menyembunyikan kerusakan institusional yang menggerumuti dua lembaga itu akibat infiltrasi radikalisme.
"Lebih aneh lagi, polisi malah memburu pengunggah videonya, yang sebenarnya justru berjasa besar memperingatkan masyarakat tentang tanda-tanda bahaya," tandasnya meyayangkan sikap sembrono polisi Probolinggo. Baca: Blunder, Polisi Probolinggo Mau Memburu Penggunggah Video Pawai Anak TK Beratribut "Perang".
Kalau itu dilakukan lantaran Polri atau TNI merasa dipermalukan, imbuhnya, yang terjadi justru mereka semakin memalukan. "Bahkan membahayakan negara," pungkasnya. [dutaislam.com/ab]