Alumi 212. Foto: Istimewa. |
Baru-baru ini pengacara Habib Rizieq Kapetra Ampera undur diri jadi pengacara sang Habib. Kapetra pun dihantam habis-habis oleh Jubir PA 212 Novel Bamukimin. Kapetra dinilai sosok tak jelas. Pecah kongsi yang ditandai pergantian ketua PA 212 dari Idrus Sambo ke Slamet Ma’arif menambah sederet bukti pada akhirnya PA 212 akan tumbang meninggalkan nama buruk. (Baca: Undur Diri Jadi Pengacara Habib Rizieq, Kapetra Mulai Dicela).
Kenyataan ini membuktikan prediksi yang ditulis Ayik Heriyansyah yang tayang di dutaislam.com Januari lalu. Tulisan tersebut berjudul “Krisis dan Egoisme Tokoh Presidium Alumni 212”. Ayik mengatakan bahwa perpecahan yang terjadi di internal PA 212 menunjukkan sikap ego yang dominan menjangkiti tokoh tersebut.
“Mereka merasa orang besar, punya massa dan berkontribusi banyak pada kesuksesan Aksi Bela Islam 212. Semua merasa layak jadi pemimpin umat pembela Islam. Semua merasa berhak menginisiasi gerakan atas nama Islam,” demikain salah satu kutipan dalam tulisan Ayik. (Baca: Krisis dan Egoisme Tokoh Presidium Alumni 212).
Menurut Ayik, egoisme penyakit jiwa sering dilengahkan para pembela Islam. Penyakit ini halus, tipis dan seringan angin menempel pada diri seseorang.
“Ulama tokoh masyarakat dan pejabat paling rawan terserang egoisme. Perjuangan umat Islam seringkali kandas karena egoisme pemimpinnya. Krisis tokoh PA 212 menjadi pelajaran bagi siapapun, sebelum memperjuangkan Islam, taklukkan dulu ego diri sendiri,” katanya. [dutaislam.com/pin]