Pesantren Teruskan Perjuangan Ulama dengan Perdamaian
Cari Berita

Advertisement

Pesantren Teruskan Perjuangan Ulama dengan Perdamaian

Duta Islam #03
Minggu, 13 Mei 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
 Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo KH. Imam Taufiq saat memberikan sambutan.
DutaIslam.Com - Tugas profetik yang diemban ulama sesuai dengan hadits populer “Al-Ulama Waratsatu Al-Anbiya” berat untuk dilaksanakan, tak sembarang orang mampu mengerjakannya. Namun, tugas mulia ini harus menjadi tanggung jawab ulama. Salah satu tugas itu adalah menjadi penjaga perdamaian. Inilah mengapa haflah dan akhirussanah Pesantren Darul Falah Besongo ini mengangkat tema “Meneruskan estafet perjuangan ulama dengan perdamaian”, Sabtu (12/05/2018). Bertempat di halaman musholla Raudlatul Jannah, pengasuh pesantren Darul Falah Besongo KH. Imam Taufiq mewisuda 34 santri putri.

Ritual tahunan seperti ini memang menjadi kekhasan pesantren di Indonesia. Dalam konteks ini, respon Pesantren Besongo merespon hal kekinian. Dengan mengangkat tema haflah kali ini sebenarnya ingin menampilkan wajah santri yang mampu menghadirkan kedamaian, kenyamanan, keamanan, keselamatan adem ayem (tenang dan tentram) di bumi ini. Hal ini pula relevan dengan visi yang diusung pesantren yaitu “Berakhlak Mulia dengan Kompetensi Keagamaan dan Kecakapan Hidup yang Andal”.

Menurut Kiai Taufiq, bahwa teroris sejatinya adalah tidak mungkin lahir dari agama apapun tetapi adanya dari pikiran yang rusak, hati yang keras dan jiwa yang menang sendiri. (Al-Irhabu La Yumkinu An Yakuna Walid Al-Adyan Wainnama Huwa Walidun Aqliyyatun Fasidatun Waqulubun Qasiyah Wanufusun Mutakabbirah). Pernyataan ini penting untuk menggaris bawahi bahwa terorisme bukan bagian dari agama yang mengedepankan keramahan dan kesantunan.

Selain itu, ia juga menyampaikan, kesetaraan menjadi pondasi penting untuk membangun komunikasi di masyarakat. Tradisi ini sedari awal ditanamkan di pesantren. Pesantren yang memiliki 350 santri putra-putri ini mengajarkan kesamaan kitab, tema dan isu yang sama, pengurus kombinasi antara laki-laki dan perempuan dan hal-hal lain. Musawah ini harus menjadikan kesetaraan menjadi kebersamaan. Sehingga nantinya santri ketika pulang menjadi muslim yang mampu menjaga saudara (muslim)nya selamat atas ucapan dan tindakannya.

“Tradisi musawah (kesetaraan) penting dihadirkan di dunia dengan adanya kebersamaan dimulai dari kita (pondok pesantren) sendiri," tegas Kiai Taufiq.

Hadir KH. Nawawi at-Tamjani memberikan mauidhoh hasanah, menyampaikan bahwa kita sebagai muslim perlu memiliki 3 ras. Ras pertama adalah waras. Kewarasan akal dan badan menjadi penting untuk dijaga agar mampu berkelakuan dengan kesehatan logika. Ras kedua yaitu yang mampu mencari beras. Ras yang ketiga yakni semangat dan kerja keras. (Mubaligh Jawa seringkali menggunakan kata-kata yang pas untuk diambil hikmah).

Hal ini merupakan landasan penting dalam mengambil inti sari dari ayat al-Mujadilah: 11. Terdapat proses panjang untuk meraih dan mendapatkan derajat yang tinggi. Bahkan yang penting adalah proses untuk beriman dan memiliki ilmu. Sedangkan yang penting bahwa keduanya dijalankan terlebih dahulu. Maka, dalam teksnya kata “darajat” ditaruh diakhir, ini menunjukkan bahwa derajat yang kita dapatkan dalam akhir proses. Selain itu, Kiai Nawawi mendoakan agar alumni menjadi sosok penebar damai. [dutaislam.com/zul/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB