Asbabun Nuzul Surat Luqman Ayat 13-19, Kurikulum Pendidikan Anak
Cari Berita

Advertisement

Asbabun Nuzul Surat Luqman Ayat 13-19, Kurikulum Pendidikan Anak

Duta Islam #04
Sabtu, 26 Mei 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kandungan Surat Luqman: Kurikulum Pendidikan Anak
Asbabun nuzul Surat Luqman, jika diruntut, banyak pesan-pesan moral di dalamnya. Pasalnya, asbabun nuzul Surat Luqman berkaitan dengan banyak hal. ini belum lagi asbabun nuzul Surat Luqman per-ayatnya (ayat 9,13, atau 34). Adapun asbabun nuzul Surat Luqman ayat 13-19 berkaitan dengan kurikulum pendidikan anak.

DutaIslam.Com - Dalam Al-Quran, kita dapat menjumpai beberapa konsep pendidikan yang berkualitas. Salah satunya kisah inspiratif tentang dialog antara ayah dan anak dalam Surat Luqman ayat 13-19. Di mana proses interaksi keduanya sering dijadikan landasan filosofis dalam penerapan model pendidikan di berbagai tempat.

Sebab, kisah isnpiratif dalam Surat Luqman tersebut jika kita telaah lebih dalam, kita akan temukan model dan konsep pendidikan yang menarik. Kegigihan sang ayah (Luqman) dalam memberikan nasehat kepada anaknya merupakan proses pengajaran yang sangat mulia. Di mana Luqman diberikan hikmah oleh Allah SWT sebagai puncak dari keilmuan yang dimilikinya. Mengutip pendapatnya Buya Hamka, hikmah tersebut adalah kesesuaian antara perbuatan dan pengetahuan.

Pada awalnya, Surat Luqman diturunkan berkaitan dengan permintaan orang Quraisy yang menanyakan prihal kisah Luqman Hakim. Pada waktu itu, orang Quraisy meminta Rasulullah untuk menjelaskan kisah Luqman Hakim beserta anaknya. Kemudian turunlah Surat Luqman ayat 13-19 tersebut.

Nasihat-nasihat Luqman yang tersurat dalam Al-Quran menjadi bahan pengajaran serta petunjuk bagi umat manusia sampai sekarang. Pendidikan yang pertama kali Luqman sampaikan kepada anaknya berkaitan dengan syirik, perintah berbakti kepada orangtua, berbuat kebajikan, menjauhi larangan Allah dan berakhlak mulia.

Pendapat ahli tafsir tentang kandungan ayat

Pakar tafsir Indonesia, Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy menjelasakan bahwa Allah SWT menganugerahkan hikmah kepada Luqman, agar senantiasa bersyukur kepadaNya serta mampu menjalankan ketaatan sebagai wujud seorang hamba.

Salah satu nasehat Luqman kepada putranya ialah tentang menjauhi perbuatan syirik. Imam Ali as-Shobuni menilai syirik merupakan perbuatan yang buruk dan sebuah kedzalimana yang nyata. Orang yang menyekutukan Allah dengan makhlukNya, sama halnya ia tidak menggunakan akal sehatnya. Sebab, perbuatan syirik jauh dari akal sehat.

Pada ayat berikutnya, yakni ayat 14 dan 15, Allah memerintahkan kepada umat manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama kepada ibu. Karena, ibu-lah yang mengandung kita selama sembilan bulan lamanya. Beliau merasakan sakit dan susah yang mendalam seiring bertambahnya usia kandungan. Belum lagi ketika melahirkan, ia harus berjuang dengan mempertaruhkan nyawanya. Beban yang ditanggung seorang ibu masih berlanjut, di mana ia harus menyusui bayinya selama dua tahun.

Oleh karena itu, menurut Ibnu Jaza, hak seorang ibu lebih besar daripada bapak. Namun keduanya sangat berjasa dalam kehidupan kita. Seumur hidup pun kita tidak akan mampu membalas budi jasa-jasa mereka yang tak terhitung banyaknya. Maka, seorang anak senantiasa harus berbuat baik kepada orangtua sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat di atas.

Ketaatan kepada orangtua merupakan sebuah keniscayaan bagi anak. Ia harus memenuhi dan menjalankan apa yang diperintahkan orangtua kecuali ketika memerintahkan untuk berbuat maksiat. Dalam hal ini, anak tidak wajib taat kepada orangtua karena tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Meskipun demikian, kita tetap menjalin hubungan baik dengan orangtua serta bersikap sopan santun kepada mereka.

Kemudian pada ayat selanjutnya (16, 17, 18, dan 19) menjelaskan nasihat Luqman Hakim prihal kewajiban seorang makhluk kepada Tuhannya. Kewajiban pertama berkaitan dengan hubungan langsung hamba dengan Tuhan, yakni mendirikan shalat sesuai ketentuan dan syaratnya. Dalam melaksanakan shalat, menurut Imam Ali as-Shobuni, bukan hanya memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi juga harus menjaga kekhusuannya.

Kewajiban kedua berkaitan dengan hubungan antara makhluk dengan makhluk lain. Sesama makhluk mempunyai keharusan saling mengingatkan antar sesama dalam kebaikan. Anjuran melakukan amar ma'ruf nahi munkar menjadi bukti bahwa satu sama lain harus saling berwasiat dalam kebaikan.

Kewajiban ketiga berkaitan dengan keteguhan hati dalam menghadapi ujian dan cobaan. Bagaimana sikap seorang hamba ketika dihadapkan ujian yang besar dalam hidupnya, mampukah ia bersabar mengahadapinya atau justru mengeluhkannya? Di sini, iman dan keteguhan hati seorang hamba dipertaruhkan. Orang yang tidak sabar dalam menghadapi ujian atau rintangan, bahkan ia mengeluhkan semuanya itu dinilai telah kehilangan imannya. Sebab, menurut sahabat Ibnu Abbas, sabar merupakan hakikat iman.

Setelah itu, nasihat Luqman kepada anaknya tentang kewajiban berakhlak yang baik. Luqman Hakim mengajarkan kepada anaknya agar berlaku sederhana, menghormati orang lain dan tidak bermalas-malasan.

Di samping itu juga, Luqman mengingatkan akan bahayanya berakhlak buruk. Karena, akhlak yang buruk dapat menyebabkan dampak negatif pada dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya, orang yang berprilaku sombong atau sering merendahkan orang lain bisa menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat. Allah SWT sangat membenci sikap sombong dan angkuh sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Isra ayat 37

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

"Janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan dapat sampai setinggi gunung" (Surat al-Isra ayat 37). [dutaislam/in].

Artikel Dutaislam.com

Demikian penjelasan mengenai asbabun nuzul Surat Luqman ayat 13-19 tentang kurukulum pendidikan anak, silahkan baca di artikel berikutnya.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB