Setelah di Kediri, Pencak Dor Pagar Nusa Akan "Ngedor" Jakarta
Cari Berita

Advertisement

Setelah di Kediri, Pencak Dor Pagar Nusa Akan "Ngedor" Jakarta

Duta Islam #02
Minggu, 22 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Salah satu penampilan Pendekar Pencak Dor di lapangan Aula Al Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo.
DutaIslam.Com - Di hadapan sekitar 30 ribu penonton yang memenuhi lapangan Aula Al Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, para pendekar Pencak Dor menguji kemampuannya dalam tarung bebas ala pesantren, pada Sabtu (21/04/2018) malam. Rencananya, Pencak Dor nantinya juga akan digelar di Jakarta.

Pencak Dor sendiri mulai terkenal di era 1960-an dan dikembangkan oleh KH Maksum Djauhari (Gus Maksum), yang merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Hingga akhirnya Pencak Dor berkembang di wilayah Karesidenan Kediri, Jawa Timur, dan meluas ke daerah lain.

Menurut Ketua Umum Pagar Nusa, Gus Nabil Haroen, Pencak Dor adalah media silaturrahmi antar pendekar. Dalam slogannya, Pencak Dor selalu mengingatkan bahwa di atas lawan, di bawah kawan.

"Ini adalah satu wujud sportifitas yang tinggi. Mengapa? Karena pada prakteknya, slogan itu tidak hanya terpampang atau terucap, namun dengan sungguh-sungguh dilaksanakan," kata Gus Nabil.

Gus Nabil juga mengatakan, Pencak Dor merupakan wahana bagi para pendekar untuk mengasah kemampuan dan menguji mental bertarungnya. Mental bertanding menjadi kekuatan penting bagi seorang pendekar. Apalagi media Pencak Dor bukan media bertanding biasa, karena aturan mainnya cenderung bebas, dan tidak setiap pendekar berani naik di atas ring.

"Mengapa? Alat pelindung juga terbilang sangat sederhana, hanya pelindung gigi saja. Jadi bagi pendekar yang belum memiliki kebiasaan atau kemampuan tertentu, tidak akan nekat naik ring begitu saja," ungkapnya.

Penonton memadati lapangan Aula Al Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo
Ketika di atas ring, kata Gus Nabil, konsentrasi bertanding juga menjadi sangat penting, supaya tidak mudah terpancing emosi dan akhirnya menggunakan jurus “ngawur” yang sia-sia dan berujung kekalahan.

"Menang-kalah, dalam pencak dor bukanlah hal yang utama. Karena pencak dor bukan untuk memperebutkan medali atau piala, namun demi memperkuat dan mempererat silaturrahim antar pendekar," tandas Gus Nabil.

Gus Nabil menjelaskan bahwa Pencak Silat, Sholat dan Sholawat, ketiganya juga merupakan bagian tak terpisahkan. Bagaimana seorang pendekar sesungguhnya adalah pribadi yang taat beribadah dan selalu ingat kepada Sang Pencipta. Sebagaimana pencak dor, sebuah pagelaran budaya bertanding yang selalu diiringi bacaan salawat. Dan tentunya yang memacu adrenalin, dentuman tabuh jidor.

Menurutnya, Pencak Dor merupakan warisan budaya yang harus dipertahankan dan terus dilestarikan. Tidak hanya menjaga warisan ulama (alm Gus Maksum Djauhari), namun juga membumikan budaya asli Indonesia.

Kata Gus Nabil, Pimpinan Pusat Pagar Nusa juga tengah merancang dan mengkonsep bagaimana Pencak Dor bisa dipertunjukkan di Jakarta. "Dan langkah berikutnya membuat pencak dor membahana di dunia, go international!," pungkasnya. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB