Mengapa Emosional Tingkat 212? Belajar dari Kasus-kasus Sebelumnya (Bagian 2)
Cari Berita

Advertisement

Mengapa Emosional Tingkat 212? Belajar dari Kasus-kasus Sebelumnya (Bagian 2)

Duta Islam #02
Rabu, 04 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Sukmawati ketika membaca puisi "Ibu Indonesia". (Foto: Istimewa)
Oleh Mamang M Haerudin (Aa)

DutaIslam.Com - Masih ingat tidak, di awal Februari 2018, publik kita digegerkan oleh isu buku--tepatnya novel--berjudul 'Perempuan itu Bernama Arjuna' karya Remy Sylado, yang telah terbit sejak 2013, tiba-tiba dianggap buku bermuatan (mohon maaf) konten porno. Padahal--sependek yang saya tahu--tidak ada satupun novelis dan kritikus sastra yang mempermaslahkannya. Tapi dengan aneh tapi nyata, di beberapa daerah, buku tersebut disita dan ditiadakan. Kasus ini saya jadikan bandingan saja, bahwa menjaga nalar agar tetap sehat merupakan sebuah ikhtiar yang sangat penting.

Di lain tempat, jauh sebelum isu puisi Ibu Sukmawati, adalah pandangan Al-Maghfurlah KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang kemudian diplintir dan dituding sebagai orang yang telah memberikan pandangan sesat karena menganggap bahwa Al-Qur'an adalah kitab paling porno. Pandangan Gus Dur itu disalahpahami betapapun belum zaman media sosial seperti sekarang ini. Ramai-ramai kelompok Islam radikal mencaci-maki Gus Dur. Bahkan oleh dedengkotnya, Gus Dur disumpah-serapahi sebagai orang yang buta mata dan buta hati. Astaghfirullah.

Di sinilah kita harus waspada dengan berbagai isu yang sengaja dilempar oleh para aktivis 212. Saya menyebut mereka sebagai kelompok Islam radikal. Ini hanya kategorisasi dari saya agar mudah membedakan mana kelompok Islam radikal dan mana kelompok Islam moderat. Radikal adalah lawan dari moderat. Jadi ketika saya menyebut mereka sebagai kelompok Islam radikal, bukan berarti saya membenci mereka. Gelagat radikal mereka bisa dideteksi dari berbagai pemikiran/pemahaman dan perilaku yang bernuansakan kejumudan dan kekerasan.

Sehingga dengan begitu, kita tidak usah tertipu oleh segala gorengan mereka (para aktivis 212). Ini bukan barang baru. Mereka semakin berani, banyak tingkah, paska Pilkada DKI Jakarta. Isu yang mereka goreng berkait-kelindan dengan segala propaganda jahatnya; mengubah NKRI menjadi Negara Islam. Ingat bukan, Ibu Sukmawati adalah orang yang melaporkan Pak Rizieq Shihab ke Polda Jabar atas dugaan kasus mencaci maki Pancasila Soekarno? Jadi berhati-hatilah Ibu Sukmawati setiap gerak-geriknya pasti selalu dalam pantauan mereka. Puisi Ibu Sukmawati adalah momen tepat mereka untuk 'membalas' Ibu Sukmawati. Paham kan? [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB