Kidung dan Konde yang Dianggap Mencederai Citra Islam
Cari Berita

Advertisement

Kidung dan Konde yang Dianggap Mencederai Citra Islam

Duta Islam #02
Senin, 09 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ilustrasi Konde. (Sumber foto: Kumparan)
Oleh Ahmad Tijani

DutaIslam.Com - Islam itu berdiri tegak, tidak hina walau dihina, tidak juga mewah-megah walau disanjung tanpa ujung. Islam adalah idealitas meta-historis dengan segala kesempurnaannya yang harus terus diterjemahkan dan dipelajari hingga penghujung waktu itu berhenti. Sekiranya ada kelompok yang merasa berdiri di puncak kesempurnaan, barangkali itu hanya babakan pengetahuan yang terbatas. Seperti halnya jika ada kelompok lain yang mencibir atau bahkan menghina Islam, barangkali itu juga puncak pengetahuan yang terbatas dan sempit.

Merasa sempurna dengan keberislaman atau secara tegas menghina Islam tidak lantas dapat menggeser dan menggoyahkan Islam yang tegak. Keduanya sama-sama dalam pembendaharaan pengetahuannya masing-masing yang dibatasi dengan kealpaan dan kebodohan. Mempertentangkan dengan cara membela kesempurnaan Islam dan memenjarakan para penghina Islam tanpa maaf adalah upaya pembelaan diri dan menegasikan kebodohan yang sedang membelit diri.

Barangkali agak sulit memilih berada pada titik kesadaran untuk mengakui keterbatasan dibandingkan semangat untuk mempertahankan pengetahuan. Gejala romantisme dan identitas menjadi pemantik paling fungsional untuk merefleksikan eksistensi yang harus diakui oleh orang lain. Bahwa Islam dan Indonesia merupakan dua entitas identik-ikonik juga harus mengkristal secara wacana dan faktual. Konsekuensi berikutnya, kelompok romantisme dan identitas ini agak susah menerima pergolakan pertentangan baik itu yang benar-benar melecehkan maupun yang bersifat kritik semata.

Terdapat dua hal yang harus diklarifikasi untuk melihat pola kesadaran itu terus tergerus dan kemudian menjadi layu hingga titi kritis. Pertama persoalan romantisme, pada bagian ini dapat saja berupa romantisme meta-historis maupun juga historis-faktual Islam di Indonesia. Persoalan meta-historis adalah kesadaran yang dibangun dari ajaran normativitas Islam sebagai agama yang sempurna. Dari ajaran kesempurnaan tersebut telah mewarisi pada bangsa ini dalam bentuk filosofis landasan kenegaraan dan kebangsaan yang telah dilebur-baurkan oleh para tokoh Islam sebagai pendiri bangsa ini. Posisi inilah yang kemudian menguatkan keberislaman bangsa ini sebagai identik-ikonik relasi Islam dan Indonesia.

Pada tataran historis-faktual kuantitas Islam yang menempati predikat mayoritas serta kesejarahan perjuangan umat Islam yang telah ikut andil membangun bangsa menjadi pemicu lainnya lahirnya romantisme tersebut. Secara implisit, unsur meta-historis dan historis faktual semestinya harus menempatkan Islam sebagai unsur kebangsaan utama di negeri ini. Untuk itu, segala apapun yang secara langsung maupun tidak langsung yang menyindir keutamaan Islam akan ditempatkan sebagai bentuk pelecehan.

Kedua, persoalan identitas. Persoalan identitias erat kaitannya dengan pengakuan dari unsur lain pada bangsa ini. Upaya mendapatkan pengakuan tersebut dalam kacamata sederhana hanya dapat digapai dengan cara membasmi segala apapun yang memungkinkan menciderai citra Islam. Oleh karena itu, membandingkan unsur keislaman seperti adzan dengan kidung dan cadar dengan sari konde dapat dianggap mencederai citra Islam. Perbandingan yang tidak setara itu secara tidak langsung juga dianggap mengeleminasi identitas Islam.

Pola romantisme dan identitas itulah yang sebenarnya diriuh-gaduhkan oleh muslim Indonesia belakangan ini. Meminjam bahasa Rocky Gerung, bahwa kegaduhan tersebut tidak lebih dari sekedar memorabilia yang tidak lain berangkat dari semangat “politic of memory” yaitu pertikaian Islamisme dan Nasionalisme yang sangat kental dengan kepentingan politik.

Pada tahap berikutnya, kapitalisasi keriuahan umat menjadi surplus tersendiri bagi mereka yang memiliki kepentingan. Sayangnya sebagian umat Islam memberinya secara gratis, sehingga pembelaan (aksi Bela Islam) itu sejatinya adalah kekonyolan. Selamat mengaji ulang “ Islam yang terhinakan”. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB