Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online) |
Kiai Said menyampaikan hal tersebut saat membuka peluncuran dan diskusi buku NU Penjaga NKRI di Gedung PBNU Lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (10/04/2018) sore. Menurutnya, di level komoditas inilah Islam rawan dipolitisasi dan diperjualbelikan.
Ia mengatakan, Nahdlatul Ulama berkomitmen akan mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Berani menyuarakan apa adanya meski dengan risiko dimusui kelompok lain. Islam, katanya, mengenalkan konsep ummatan wasathan yang ia terjemahkan sebagai Islam yang moderat, moderat, dan beradab.
“Istilah ummatan Islamiyyatan justru tidak ada (dalam Al-Qur’an), tapi adanya ummatan wasathan," katanya.
Guru besar tasawuf UIN Sunan Ampel ini mengacu pada kutipan Surat al-Baqarah ayat 143 yang artinya: “Dan demikian Kami menjadikan kalian ummatan wasathan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”
Hadir pula dalam diskusi tersebut Romo Antonius Benny Susetyo, peneliti LIPI Amin Mudzakir, pengamat ekstremisme Imdadun Rahmat, dan politisi muda Tsamara Amany. [dutaislam.com/gg]