Ketika Sesat Gelar Profesor Topang Gagal Paham Makna Fiksi
Cari Berita

Advertisement

Ketika Sesat Gelar Profesor Topang Gagal Paham Makna Fiksi

Duta Islam #03
Jumat, 13 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
Oleh Fashihullisan

DutaIslam.Com - Era digital dan basis data akan memudahkan kita untuk menelusuri rekam jejak seseorang. Riwayat kehidupan seseorang dapat ditelusuri dari data yang disajikan secara online, dan seringkali data itu dapat diakses oleh siapapun. Sayangnya, banyak kalangan yang belum paham atau sengaja menyesatkan dengan tujuan yang cukup naif, misalnya tujuan politik partisan dan legitimasi elektoral.

Baru saja energi kita tersedot oleh seseorang yang mengaku profesor, yang tiba tiba memiliki tafsir akan sesuatu yang sakral yaitu kitab suci yang berlawanan dengan memori kolektif. Tanpa menawarkan referensi yang pasti, dan justru bertentangan dengan makna baku yang tersaji dalam kamus besar bahasa Indonesia yang sudah menjadi rambu paling dasar atas makna suatu kata. Kondisi itu tentu saja berbeda dengan kebanyakan profesor yang biasanya melegitimasi pendapat dan pandangannya, baik dengan teori besar yang sering disajikan dalam perkuliahan atau hasil hasil penelitian yang telah dilakukan.

Tentu saja tanpa menyalahkan secara dangkal, tetapi patut mengkritisi bahwa bagaimanapun peran media televisi nasional ini ikut andil dalam penyesatan kolektif. Sejatinya tim redaksi sebelum mengundang seseorang yang mendeklarasikan diri sebagai profesor, harus melakukan cek dan ricek pada pangkalan data pendidikan tinggi. Negara melalui kementrian Ristekdikti telah menyediakan pangkalan data pendidikan tinggi, meliputi data perguruan tinggi, prodi prodi, mahasiswa dan sekaligus dosen pengajarnya. Pangkalan data itu dapat diakses kapanpun oleh siapapun, cukup dengan menulusurinya di forlap.ristekdikti.go.id.

Penyediaan data dosen meliputi aspek rekam jejak pendidikan, rekam jejak mata kuliah yang diampu dan juga rekam jejak penelitian. Semua tercatat dan ini menjadi biodata dan kecenderungan yang jelas bagi seorang pengajar. Sebagai contoh, apabila seorang menyatakan diri sebagai profesor, maka riwayat pendidikannya minimal strata 3, jabatan akademiknya guru besar. Untuk mencapai gelar profesor tentunya memiliki rekam jejak yang panjang dalam penelitian dan pengajaran, karena gelar itu diperoleh dengan mengakumulasikan skor pendidikan akhir, penelitian, pengajaran dan pengabdian masyarakat.

Oleh karena itulah apabila ada seseorang yang mengaku bergelar profesor, tetapi ternyata tidak guru besar ataupun berpendidikan doktor atau strata tiga maka akan sangat wajar untuk mengalami gagal faham saat memaknai sesuatu. Tanpa bermaksud merendahkan, pendidikan yang belum strata tiga, rekam jejak penelitian yang terbatas dan rekam jejak pengajaran yang terbatas menjadikan seseorang sering mengalami ketersesatan berpikir saat mengatas namakan sebagai ilmuwan.

Sebagai bagian masyarakat yang berhak mendapatkan transparansi informasi, dan kewajiban media massa untuk tak memanipulasi informasi, maka hendaknya televisi yang mengundang memberikan klarifikasi secara terbuka. Apalagi kita semua sudah terlanjur hanyut dalam klaim yang mengatas namakan ilmuwan, meskipun sering tampil layaknya kaum partisan. Bagaimanapun akademisi memang memiliki simpul legitimasi akademis, sehingga sangat efektif melakukan mobilisasi dukungan politis.

Selain media pengundang, pemerintah dan tempat universitasnya pernah bekerja harus segera melakukan klarifikasi. Klaim sebagai profesor tapi kenyataannya yang tersaji di pangkalan data pendidikan masih strata 1 dan bahkan non aktif sebagai dosen pengajar harus segera disampaikan ke masyarakat luas. Siapapun harus tahu, bahwa arah partisannya sangat tidak layak saat mengatas namakan gelar tertinggi akademik, karena sejatinya seorang akademisi harus bicara atas dasar teori maupun temuan penelitian. Hal ini menjadi penting agar terjadi pencerahan kepada seluruh masyarakat agar tak mudah disesatkan dan juga menjadi hukuman sosial bagi orang orang yang mencoba coba melakukan tindakan serupa [dutaislam.com/pin]

M. Fashihullisan, Kepala Pesantren Mahasiswa Ar Rahman Tlogosuryo Malang 

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB