Asbabun Nuzul Surat Ali Imran Ayat 134: Tiga Karakter Orang Bertakwa
Cari Berita

Advertisement

Asbabun Nuzul Surat Ali Imran Ayat 134: Tiga Karakter Orang Bertakwa

Duta Islam #04
Senin, 09 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kandungan Surat Ali Imran ayat 134
DutaIslam.Com - Asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 134 berkaitan dengan tiga karakter orang bertakwa. Tiga karakter orang yang bertakwa meliputi orang yang gemar bersedakah, mampu menahan amarah, dan mudah memberi maaf.

Asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 134 merupakan kunci dalam membentuk pribadi muslim yang saleh. Ini bisa menjadi acuan yang sangat bernilai dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(Yakni) orang-orang yang mendermakan harta bendanya, baik di waktu lapang atau sempit, dan orang-orang yang mengontrol emosinya dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (Surat Ali Imran ayat 134).

Dalam Surat Ali Imran ayat 134, Allah SWT menjelaskan tiga karakter orang bertakwa:

1. Pribadi yang gemar sedekah
Karakter pertama yang disebutan dalam Surat Ali Imran ayat 134 adalah orang-orang gemar bersedekah. Mereka mendermakan harta bendanya baik di saat sedang susah atau senang. Menurut Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab Taisir al-Karim , saat mereka dalam keadaan bergelimang harta, mereka akan bersedekah dalam jumlah besar. Sedangkan ketika dalam keadaan susah, ia tetap bersedekah meskipun sedikit.

Allah SWT tidak membatasi bentuk sedekah yang dikeluarkan. Apapun yang bermanfaat bagi orang lain, baik berupa materi atau non materi bisa disedekahkan. Mengutip pendapatnya Imam al-Alusi, tidak disebutkannya objek atau maf'ul bih kata yunfiquna menunjukkan bahwa sedekah atau infak tidak terbatas bentuknya. Yang terpenting punya nilai positif untuk orang lain. Namun, sedekah atau infak itu akan lebih bernilai kalau diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

Gemar bersedekah, menurut Surat Ali Imran ayat 134, merupakan karakter pribadi yang bertakwa. Mereka menjadikan sedekah sebagai hobi dan kesenangan sebagai muslim sejati. Dalam ayat tersebut dijelaskan kalau mereka bersedekah di saat susah maupun senang.

Orang yang gemar bersedakah tidak akan pernah merasa khawatir dan susah hartanya akan berkurang, malahan mereka senang dengan apa yang dilakukannya. Sebab, mereka yakin bahwa Allah SWT telah menyiapkan pahala yang besar di sisi-Nya (Q.S. al-Baqarah ayat 274).

Selain itu, mereka terdorong bersedekah di waktu dan di mana pun berada karena berpegang teguh pada hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam hadis tersebut diterangkan, sedekah yang besar pahalanya di kala fisik sehat, dan keadaan fakir tatkala jiwa ini sedang berharap kaya.

Orang yang sehat, Menurut Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, akan terbukti kesungguhan niatnya dalam bersedekah ketika ia bersedekah dalam keadaan benar-benar sehat. Berbeda halnya jika ia mendermakan hartanya menjelang ajal menjemputnya, terkesan kurang bersungguh-sungguh.

2. Pribadi yang mampu mengontrol emosi

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menggambarkan karakter kedua orang yang bertakwa adalah orang yang mampu mengontrol emosinya ketika dalam keadaan marah. Dengan demikian ia tidak membiarkan dirinya dikuasai hawa nafsu.

Dalam kaidah bahasa, perubahan bentuk diksi dalam penyebutan karakter kedua ini mengandung makna tersembunyi: tajdid dan istimrar. Yakni, kemampuan menahan amarah harus senantiasa dilakukan terus menerus. Jika pada penyebutan pribadi yang gemar sedekah, Allah menggunakan bentuk fi'il (yunfiqu). Sedangan pribadi yang kedua disebutkan dengan bentuk isim (al-kadzimina).

Dengan kemampuan mengontrol emosi, kita tidak akan dengan mudah melampiaskan kemarahan kepada orang lain, baik dalam bentuk ucapan maupun fisik. Biasanya, orang yang sedang marah tidak sadar terhadap apa yang dilakukannya. Kata-kata kotor, umpatan, hinaan dan celaan, bahkan sampai membunuh pun bisa terjadi.

Memang, perasaan marah merupakan hal yang manusiawi, terlebih kepada orang yang berbuat salah. Akan tetapi Islam mengajarkan kepada umatnya agar mampu mengontrol emosianya dengan baik.

Nabi pun pernah menasihati para sahabat agar tidak mudah marah. Bahkan beliau sampai mengulangi perkataannya (la taghdhab) lebih dari sekali. Karena orang yang kuat bukanlah ia yang pandai bergulat, melainkan ia yang mampu mengontrol emosinya dengan baik.

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Orang yang kuat bukanlah ia yang pandai bergulat, melainkan ia yang mampu mengontrol emosinya dengan baik ketika marah (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Mudah memberi maaf
Menjadi pribadi pemaaf bukanlah hal yang mudah, perlu adanya kemauan kuat untuk mengontrol ego dan hawa nafsunya. Apalagi memaafkan orang yang telah berbuat tindakan semena-mena kepada kita. Secara alami, orang cenderung berkeinginan untuk membalas dendam. Maka memberi maaf, berarti ia telah melakukan dua tindakan baik sekaligus: mampu mengontrol emosi dan memutus mata rantai konflik yang berkelanjutan.

Seruan menjadi pribadi pemaaf juga disebutkan dalam surat lainnya. Misal di Surat al-A'raf ayat 7, Allah SWT menegaskan agar umat Islam mudah memberi maaf kepada yang orang berbuat kesalahan kepadanya. Orang yang mudah memaafkan dinilai dekat dengan ketakwaan. Jadi, memberi maaf itu lebih diutamakan dalam syariat Islam. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam Surat asy-Syura ayat 40.

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya di sisi Allah.” (QS. asy-Syura: 40).

Namun kalau kita melihat fenomena yang terjadi di media sosial saat ini, seringkali kita melihat orang-orang yang tidak dapat mengontrol emosinya. Bahkan mereka malah mencela dan menghina orang yang mudah memberi maaf. Kita bisa menyaksikan bagaimana KH. Ma'ruf Amin dicela oleh sekelompok orang yang mengaku membela Islam. Padahal, justru Kiai Ma'ruf Amin lah yang menerapkan nilai-nilai keislaman yang substansial. Lantas, mereka itu membela Islam apa hawa nafsunya sih? [dutaislam/in]

Artikel dutaislam.com

Demikian penjelasan Asbabun nuzul Surat  Ali Imran ayat 134 tentang tiga karakter orang bertakwa. Adapun asbabun nuzul Surat al-Insyirah, silahkan baca di artikel berikutnya.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB