Asbabun Nuzul Surat at-Taubah Ayat 119: Pentingnya Menjadi Pribadi yang Jujur
Cari Berita

Advertisement

Asbabun Nuzul Surat at-Taubah Ayat 119: Pentingnya Menjadi Pribadi yang Jujur

Duta Islam #04
Selasa, 03 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kandungan surat at-Taubah ayat 119 tentang pentingnya menjadi pribadi yang jujur
Asbababun nuzul Surat at-Taubah ayat 119 membincang pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Namun, siapakah orang yang dimaksud dengan kandungan surat at-Taubah ayat 119 ini?

DutaIslam.Com - Kejujuran sebagaimana digambarkan dalam asbabun nuzul Surat at-Taubah ayat 119, mencerminkan pribadi seseorang yang beriman dan kunci kesuksesan dalam hidup. Selain itu, orang-orang yang jujur akan membawa dampak positif kepada orang lain. Hal itu sebagaimana tersurat dalam Surat at-Taubah ayat 119:

Surat at-Taubah ayat 119

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar (at-Taubah: 119).

Berangkat dari kandungan Surat at-taubah ayat 119, Prof. Quraish Shihab menilai ada tiga hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan anugerah Allah SWT: ketakwaan, kesungguhan, dan kebenaran mereka. Karena itu, Allah memerintahkan orang yang beriman menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya dengan sepenuh kekuatan bersama orang-orang yang selaras antara sikap, ucapan, dan perbuatan mereka.

Surat at-Taubah ayat 119 mengindikasikan bahwa perjumpaan dan pergumulan dengan orang-orang yang jujur akan membawa dampak positif kepada lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, ada sebuah pepatah, jika kita tidak bisa seperti manusia yang baik, maka tirulaah mereka. dan jika kita tidak bisa menjadi mereka, maka dekati dan bergaulah dengan mereka.

Dengan bergaul bersama orang yang jujur, niscaya secara perlahan-lahan kita akan terbiasa meniru apa yang ia lakukan sehari-hari. Pendek kata, kalau kita dekat dengan penjual minya wangi, tentunya kan ikut wangi juga. Begitu pula dengan karakter dan perilaku seseorang.

Dalam riwayat yang  diceritakan Sahabat Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhammad berpesan kepada para sahabat agar berlaku jujur karena kejujuran akan menghantarkan pada kebenaran. Orang jujur senantiasa diberi kemudahan segala urusannya. Sebab, prilaku dan perbuatannya dicintai Tuhan dan makhlukNya.

Intisari ajaran Islam

Maraknya kasus korupsi yang dipertontonkan elite politik di negeri ini, memunculkan stigma bahwa kejujuran adalah sesuatu yang sangat langka dan sulit. Tentunya ini menjadi paradoks bagi negara yang penduduknya mayoritas muslim.

Padahal, prilaku jujur dan adil adalah saripati ajaran Islam. Mengapa demikian? Karena kejujuran mempunyai tempat yang istimewa dalam Islam. Kejujuran menjadi roda penggerak terciptanya kebaikan di antara manusia.

Dalam hal ini, Imam al-Qusyairi menjelaskan, Allah SWT akan menempatkan orang-orang yang jujur bersama denga para nabi dan kekasiNya sebagaimana penjelasan dalam Surat an-Nisa ayat 69. Bahkan, Allah SWT memuji merekan dalam Al-Qura'an, lebih dari lima puluh kali.

Pribadi yang jujur bisa ditengarai dari keselarasan anatara batin dan perbuatannya. Sayyidina Umar bin Khattab pernah mengingatkan umatnya agar tidak menilai seseorang dari puasa dan shalatnya. Namun, lihatlah dari kejujurnya tatkala ia berbicara dan tanggung jawabnya ketika ia diberi amanah.

Islam sebagai way of life tidak hanya menyoal urusan ibdah saja, tetapi juga menjadi problem solving persoalan sosial yang terjadi di masyarakat. Karena syariat Islam berpijak pada kemaslahatan bersama. Artinya, Islam hadir untuk mengatur dan mengendalikan potensi dan kecenderungan manusia yang suka merusak.

Seyogyanya pembangunan karakter dan mentalitas anak bangsa adalah prioritas paling utama. Hal tersebut sebagai ikhtiyar melalui spiritual dan mentalitas, di samping pembangunan material di negeri ini. Tanpa itu, tidak mungkin akan tercipta pembangunan manusia seutuhnya.

Dengan manusia-manusia yang mempunyai mentalitas dan karekter yang baik, negeri ini akan maju dan sejahtera. Tokoh filsuf muslim, Imam al-Farabi pernah mengandaikan negeri yang damai, makmur dan sejahtera. Di negeri tersebut, masyarakatnya terjamin kehidupannya. Di mana, semua orang hidup damai, jujur dan aman, tanpa ada tindak kecurangan, kesewenangan dan kejahatan. Negeri itu bernama "al-Madinah Fadhilah".

Andaikan pemimpin negeri ini seperti yang diimpikan Imam al-farabi, tidak ada lagi rakyat yang  kekurangan sandang, pangan dan papan. Makmur negerinya, bahagia rakyatnya. Indah bukan? [dutaislam.com/in]

Artikel Dutaislam.com

Demikian penjelasan Surat at-Taubah ayat 119 tentang pentingnya menjadi pribadi yang jujur surah At-Taubah. Adapun asbabun nuzul Surat at-Taubah ayat 122, Surat At-Taubah ayat 123, silahkan baca di artikel berikutnya.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB