[Klarifikasi] Saat Savic Ali Diserang Situs "Bok3p" Islami Ultra Konservatif
Cari Berita

Advertisement

[Klarifikasi] Saat Savic Ali Diserang Situs "Bok3p" Islami Ultra Konservatif

Selasa, 27 Februari 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Browsing dan Crow di Google
Oleh Savic Ali

DutaIslam.Com - Dalam beberapa minggu ini aku banyak mengunjungi web-web keislaman yang ultra-konservatif serta yang provokatif. Banyak web yang aku kunjungi, dari yang ultra-konservatif (wahabi) model Rumaysho, Almanhaj dan Muslim.or. id hingga yang provokatif seperti Arrahmahcom, Panjimas, Voa-islam, Nahimunkar, Portal-islam dan Eramuslim.

Hal tersebut aku lakukan karena aku dkk. sedang mengindeks 100 web keislaman yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Indexing sebenarnya sudah selesai, tapi aku tergerak untuk lebih mendalami konten-konten yang biasa mereka produksi.

Jumat sore, saat membuka Eramuslim, tak kuduga terpampang iklan berjudul "bok3p". Eramuslim adalah web provokatif yang sering menganggap kelompok lain sebagai kurang islami, dan munculnya iklan macam itu mengagetkan.

Aku menscreenshootnya dan memostingnya di Twitter. Bukan hanya memosting, aku juga memberi catatan bahwa sebagai web keagamaan eramuslim ternyata enggan memperketat filter adsense-nya.

Aku juga menuitkan dugaanku bahwa itu dilakukan demi mengejar pendapatan iklan Adsense yang lebih besar. Sejumlah web atas nama Islam seperti Eramuslim atau Portal-islam.id pada dasarnya memang bukan web keislaman, tapi media politik Islam abal-abal yang ditujukan mengejar uang—dengan konten provokatif dan—cukup sering—sarat kebencian.

Portal Arrahmahcom yang didirikan Abu Jibril, salah satu penyuplai dana dan terpidana teroris mantan anggota Jamaah Islamiyah dulu juga banyak mengais dolar dari Adsense, tapi setelah ditulis oleh Financial Times, adsense-nya diblokir Google, karena Google tidak mau dianggap mengalirkan duit ke jaringan teroris. Tapi kala Arrahmah tidak bisa lagi masang adsense, tim IT-nya membikin Eramuslim, sementara kalo Portal-islam diawaki geng eks Pkspiyungan.

Tak lama tuitku terpublish, komentar bermunculan. Reaksi keras muncul dari akun-akun yang sering pakai jargon "bela Islam" di TL-nya. Banyak di antaranya jaringan "Muslim Cyber Army". Mereka kompak menyatakan bahwa iklan Google muncul berdasar kebiasaan atau user history, dan menyimpulkan bahwa iklan "bokep" itu muncul karena aku suka mencari atau browsing bok3p. Mereka juga menunjukkan screen shoot iklan Eramuslim yang berbeda dengan yang muncul di hapeku.

Kesimpulan ini seolah diterima sebagai kebenaran mutlak. Padahal keterkaitan iklan dengan browsing history itu tidak mutlak. Sejumlah akun berusaha menjelaskannya, namun aku sendiri sudah tahu, karena sejak 2008 aku sudah mengais dolar dari Adsense dan beberapa bulan ini juga membeli/belanja iklan online.

Namun akun-akun yang umumnya berhaluan kanan itu meyakini kesimpulannya sendiri sebagai yang mutlak benar, dan mereka mengampanyekannya. Ratusan ribu mention bullian datang menyerbu, bahkan hingga ke Facebook dan IG. Ada video yang dibuat untuk membulliku. Portal-islam membuatnya jadi berita. Mereka melabeliku segala macam sebutan yang bikin aku ketawa.

Iklan Adsense memang menggunakan user history sebagai salah satu parameternya, tapi bukan hanya itu. Ada kata kunci yang dipilih publishernya (dalam hal ini Eramuslim), kategori produk, range umur target, lokasi dst. Iklan "bok3p" muncul pertama-tama karena Eramuslim tak memfilter iklannya lebih ketat, demi uang lebih banyak. Jadi meski web ini sering merasa paling islami dan hobi mengglorifikasi kaum jihadis, ia tak peduli uang iklannya datang dari tautan "bok3p".

Tapi kelompok ini tak peduli dan fokus mengampanyekan bahwa itu karena aku sering mencari bokep, di mana jelas itu hanya menunjukkan ketidakcukupan nalar. Iklan mengikuti user history bukan kemutlakan, tapi kemungkinan. Seperti kerumunan semut biasa muncul kalau ada gula tak lantas bahwa kalau muncul kerumunan semut berarti karena gula. Sesederhana itu logikanya.

Tapi mereka tak tahu perbedaan antara kemungkinan dan kemutlakan. Padahal itu mudah dibuktikan. Silakan buka web-web, maka kemungkinan kita menemukan iklan yang sesuai browsing history kita sama dengan kemungkinan kita menemukan iklan-iklan yang tak ada kaitannya dengan browsing history kita. Ada banyak iklan yang tampil di hape kita padahal kita tidak pernah browsing terkait itu.

Seorang teman Kristen menunjukkan iklan Eramuslim yang muncul di hapenya iklan umroh, padahal ia "kafir dan tidak mencari atau baca-baca soal umroh". Teman lain menunjukkan iklan yang tampil di hapenya tiket pesawat, yang ia bilang tak relevan dengan bacaan atau pencarian dia. Teman lain menunjukkan iklan yang tampil di hapenya bitcoin, padahal ia tidak tahu apa itu bitcoin. Dan masih banyak lagi.

Gelombang bullian datang bergelombang, ratusan ribu mention bullian menyerbu akun Twitterku. Eramuslim bahkan sempat down lebih dari satu jam. Beberapa teman menghubungiku dan bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk membantu tapi aku bilang santai aja. Aku bisa menanganinya. Ini aku rasakan seperti semprotan air kotor water canon mobil polisi saat demo, yang tarafnya lebih rendah dari tembakan gas air mata.

Aku segera terpikir untuk mengubah situasi itu jadi kesempatan. Kesempatan untuk mengumpulkan data lawan. Entah digerakkan oleh sentimen dan kepentingan apa, akun-akun berpengaruh tetangga sebelah, entah yang riil atau anonim, serentak kompak menyerangku. Mungkin karena memang lagi sepi isu, jadi aku dianggap makanan yang empuk buat mereka terkam.

Aku pun mengontak pasukan khusus untuk bergerak mengcrawl semua mention terhadapku untuk nanti dilakukan SNA-nya. Lumayan, bisa membantu mengetahui dengan lebih baik siapa lawan dalam pertarungan ke depan. Kebetulan dua bulan lalu aku dkk. juga habis menyelesaikan penelitian online atas akun-akun yang hobi hate speech dengan sentimen agama selama kurun 2016-2017. Maka crawling kali ini hitung-hitung buat menambah data kami.

Hasil crawling belum dianalisis, tapi dari analisis sekilas akun-akun yang membulliku umumnya pro-Rizieq Shihab. Saat mention mulai mereda, Senin pagi, aku iseng melempar pancingan lagi, dengan twit "Aku yang cuma liat iklan berbau bok3p trus disimpulkan hobi bokep—dan seolah dosa besar. Lha junjungannya yang bikin chat bok3p kok dijadikan imam besar? #eh".

Sontak serangan pun datang lagi, meski tak sedahsyat sebelumnya. Crawling pun jalan lagi. Tentu lebih banyak ikan yang terjaring, dari kecil hingga yang besar.

Dan karena tweet tadi akun Laskar Pembela Islam menyerangku sembari menyebutku sebagai imam bok3p, dan aku timpali dengan "Aku wakilnya aja Om... Pakde Rizieq ketuanya. Piye?" yang membuat serangan meningkat lagi.

Selamat datang di pertempuran siber, fasten your seatbelt (rapatkan sabuk pengaman Anda!). [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB