Diisi Bacaan Ratib Al Haddad, Rotan Habib Shaleh Bisa Bunuh Orang Jarak Jauh
Cari Berita

Advertisement

Diisi Bacaan Ratib Al Haddad, Rotan Habib Shaleh Bisa Bunuh Orang Jarak Jauh

Duta Islam #03
Selasa, 20 Februari 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Beliau adalah Habib Sholeh Alaydrus atau yang lebih akrab disapa Habib Sholeh Rotan dari Poso. Kenapa disebut Habib Sholeh rotan?

Satu alasan karena beliau selalu membawa rotan. Bukan rotan biasa. Melainkan rotan yang kalau dipukulkan ke orang, bisa langsung mati. Bahkan dari jauh, belum terkena pukulan, juga bisa langsung mati.

Tatkala rotan direbut kaum musuh untuk diperiksa dan dibelah, ternyata tidak ada apa-apanya. Hanya rotan biasa sebagaimana rotan pada umumnya.

Tentang rotan tersebut, Habib Sholeh berkata: “Ini rotan gak ane isi senjata apa-apa, ane cuma isi rotan ane pake Ratib Al Haddad”.

Dan begitulah, setiap hari Habib Shaleh Rotan dan santrinya selalu mengamalkan Ratib Al Haddad. Berkat amalan tersebut dan izin dari Allah SWT, rotan milik beliau kalau dipukulkan kepada musuh, tulang-tulang itu seperti remuk.

Ada seorang mualaf yang menceritakan, saat berperang melawan Habib Sholeh, mereka melihat ada pasukan kuda putih yang menyerang mereka. Mereka lari dan kabur. Kala itu sang mualaf masih beragama Nasrani, dan sang mualaf tersebut sekarang tinggal di desa Marowo Kab.Tojo Una-una.

Sebelum turun medan beliau membaca Ratibul Haddad bersama santri. Setelah itu beliau melingkari kota Poso denganWirid Sakran. Pernah seketika beliau di kepung dalam suatu masjid akan tetapi mereka tak bisa memasuki masjid tersebut karena tak melihat pintu. Ada beberapa karomah beliau yang diceritakan oleh santrinya sendiri pada saat di Poso.

Sekilas Profil Habib Sholeh Rotan
Habib Sholeh Rotan merupakan salah satu tokoh Muslim yang terus bertahan di wilayah Poso kota selagi kerusuhan terus memuncak pada awal tahun 2000. Dengan tongkat rotan yang selalu menemaninya, Habib bersama sekitar tiga puluh orang memilih bertahan dari serangan.

Lahir di Lawang, Malang, Jawa Timur tahun 1968, Habib mengaku tidak pernah menjalani pendidikan formal. Sejak umur tiga tahun, Habib lebih sering menimba ilmu dari aulia, para wali, dari satu tempat ke tempat lain. Beliau selalu mencari "pohon" yang bisa memberikan keteduhan.

Sempat bermukim di Palu, "panggilan dari atas" mendorong ayah tiga anak ini untuk masuk ke Poso, membangunkan umat Islam untuk mempertahankan hak-haknya.

Salah satu prinsip yang dipegang oleh Habib, pantang dalam suatu konflik jika terjadi pembunuhan atas anak-anak dan perempuan, serta perusakan rumah ibadah. Sebab, ketika semua itu dilakukan, Habib yakin bahwa azab Allah-lah yang akan turun sebagai balasan. [dutaislam.com/pin]

Keterangan:
Diambil dari sarkub.com dan berbagai sumber. 

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB