DutaIslam.Com - Survei Nasional terbaru yang dilakukan pada rentang waktu antara 1 September sampai 7 Oktober 2017 oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Generasi Z (siswa/mahasiswa), menghasilkan bahwa pada level opini cenderung memiliki pandangan keagamaan yang radikal dan intoleran.
Hal tersebut tercermin dari persebaran antara opini radikal, toleransi eksternal, dan toleransi internal siswa. Dari ketiga kategori tersebut, pandangan keagamaan siswa yang paling intoleran terdapat pada opini radikal (58.5%) disusul opini intoleransi internal (51.1%) dan opini intoleransi eksternal (34.3%).
Sedangkan dari sisi aksi, nampak bahwa siswa/mahasiswa memiliki perilaku keagamaan yang cenderung moderat/toleran. Mereka yang termasuk dalam kategori aksi radikal, hanya 7.0% dan aksi intoleransi eksternal 17.3%. Namun pada aksi intoleransi internal, cenderung lebih tinggi, yaitu 34.1%.
Adapun guru/dosen, pada level opini, cenderung memiliki pandangan keagamaan yang toleran/moderat. Fakta ini berkebalikan dengan yang terjadi pada siswa. Hal tersebut tercermin dari persebaran opini guru/dosen pada lebih rendahnya opini intoleransi internal (33.9%), opini intoleransi eksternal (29.2%), dan opini radikal (23.0%).
Sedangkan pada level aksi, nampak bahwa adanya dua perbedaan signifikan antara aksi toleransi internal dan aksi radikal. Dimana guru/dosen mempunyai kecenderungan kuat memiliki perilaku sangat intoleran pada kategori aksi toleransi internal (69.3%), sedangkan pada kategori aksi radikal 8.4% dan pada kategori aksi toleransi eksternal 24.2%.
Salah satu penyebab mengapa anak muda cenderung beropini radikal dan intoleran, dalam hasil survey tersebut dikatakan bahwa anak-anak muda gemar mencari pengetahuan agama melalui internet (blog, website dan media social) dengan persentase 54.87%. Sumber rujukan kedua adalah buku/kitab dengan persentase 48.57%, channel televisi menempati posisi ketiga dengan persentase 33.73%. [dutaislam.com/gg]