Sejarah Masjid Robayan Jepara dan Keajaiban Mimbar Besar yang Bisa Masuk di Lubang Pintu Kecil
Cari Berita

Advertisement

Sejarah Masjid Robayan Jepara dan Keajaiban Mimbar Besar yang Bisa Masuk di Lubang Pintu Kecil

Duta Islam #03
Kamis, 05 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Masjid Baiturrohman Robayan, Kalinyamatan, Jepara: Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Masjid Baiturrohman Robayan di Desa Robayan Kalinyamatan merupakan masjid tua yang dibangun sebelum era Hindia Belanda. Beberapa renovasi dilakukan membuat identitas masjis sebagai peninggalan sejarah nyaris tak tersisa.

Yang dinilai masih asli sampai saat ini adalah gapura paduraksa di depan masjid dan mimbar ukir yang kini masih dipakai khotib saat khutbah setiap shalat jumat. Cerita di luar nalar manusia melekat pada peninggalan bersejarah tersebut.

Diungkapan Marbot masjid Faidli Rohman, Masjid Baiturrohman dibangun oleh Mbah Ahmad, salah satu kiai atau orang yang memiliki ilmu tinggi di Desa Robayan. Semula masjid hanya berukuran sekitar 20 meter. Bentuk masjid tak jauh berbeda dari musalla pada umumnya.

”Pintu masjid ada empat. Satu di kanan, satu di kiri dan dua di depan,” katanya kepada Dutaislam.com belum lama ini.

Yang menarik dari proses pembuatan Masjid Robayan adalah ketika proses pembuatan mimbar. Faidli menceritakan, saat itu Mbah Ahmad meminta  dibuatkan mimbar bekuran sekitar 3 meter. Warga saat itu heran kepada mbah Ahmad. Sebab, pintu masjid hanya berukuran sekitar dua meter. Bagaimana mungkin mimbar yang dibuat di luar masjid itu bisa dimasukkan.

Suatu keajaiban dan tingginya ilmu mbah Ahmad membuat mimbar yang berukuran lebih besar dari pada pintu masjid ternyata masih bisa masuk. Tentu hal ini tak lepas dari kuasa Allah SWT. Versi lain menyebut, mimbar diketahui lebih besar dari pintu masjid setekah mimbar selesai dibuat. Namun, pembuat masjid Robayan itu bisa memasukan lewat pintu tersebut dengan mudah.

Mimbar itu pernah mau dibeli dengan harga mahal. Namun, pihak masjid tak mebolehkan karena bagian dari warisan zaman dulu.

Faidli melanjutkan, sebelum dibangun masjid, dahulu tempat itu merupakan sebuah musolla. Saat itu sudah dibuat gapura paduraksa di depannya. Sehingga, gapura yang ada di depan masjid kini sebenarnya lebih tua dari pada masjid Baiturrohman jaman dulu.

Sumber lain menyebutkan, yang membangun Masjid Baiturrohamn pertama kali oleh seorang pembabat hutan bernama Mbah Roboyo. Mbh Roboyo juga dinilai orang pertama kali yang mendirikan Desa Robayan.

Faidli tak menampik ada dua tokoh bernama Mbah Roboyo dan Mbah Ahmad. Menurutnya, Mbah Ahmad juga seorang kiai yang memiliki ilmu tinggi. Demikian mbha Roboyo. Meurutnya, mbah Roboyo asli orang berimu tinggi dari Surabaya merantau ke Robayan. Karena itu dinama Roboyo. ”Roboyo itu, orang surabaya yang merantau ke Robayan,” katanya.

Makam keduanya kini ada di komplek makam di sebelah timur Majis Baiturrahman. Nama asli mbah Roboyo adalah Mustofa.

Faidli menuturkan, sebelum masjid tanpa seperti sekarang ini, Masjid Baiturrohman mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan 1945 dengan membongkar semua bangunan masjid. Masjid juga diperlebar dari semula hanya sekitar 20 meter menjadi 30x40 meter. Renovasi kedua tahun 1958. Atap-atap yang rusak diperbaiki. Baru pada 2001 hingga 2002 masjid kembali direnovasi total. Semua bangunan diperbaharui. Termasuk kubah masjid. Yang tersisa dari bangunan asli saat ini hanya gapura paduraksi di depan masjid dan mimbar masjid.

Perpaduan Bangunan Hindu-Islam dan Iran
Perjalanan sejarah dan kebutuhan masyarakat mengubah Masjid Baiturrohman Robayan sebagai salah satu masjid tua dengan nilai sejarah di Kota Ukir. Mengunjungi Masjid Baiturrohman disuguhi kemegahan bangunan masjid ala timur tengah. Aspek tradisional yang menampilkan masjid itu memiliki nilai sejarah nyaris tidak ada.

Bangunan masjid megah itu terletak di Jalan Raya Welaham, Desa Robayan, Kalinyamatan. Lokasinya di kanan jalan dari arah Jepara atau kiri jalan dari arah Demak. Masjid itu dibangunan di tanah dengan luas sekitar 30x40 meter.

Di bagian depan masjid, sebuah gapura paduraksa tingga dengan lubang melengkung akan akan terlihat pertama kali oleh pengunjung masjid. Warnanya cokelat dengan beberapa ukiran di sisinya.
Ruang utama masjid berbentuk bundar dan terlihat modern dengan model asitektur Timur Tengah. Lengkungan lubang utama mihrab dihiasi kaligrafi petikan Al Quran. Pada empat tiang mihrab masjid terdapat ukiran dengan pola repetitif. Mimbar masjid dengan kubah warna kuning ke emasan ditempatkan di bagian kanan.

Masjid Baiturroham memiliki dua lantai dengan dua serambi samping kanan dan kiri serta di depan masjid. Ruang utama dibatasi tembok beton dengan bentu cembung di bagian depan. Satu pintu ada di samping kanan, satu pintu di kiri, dan toga pintu di bagian depan.

Semua pintu berhias ukiran dan kaligrafi arab di jenedela atas pintu. Semua pintu jenis gebyok mempercantik bangunan masjid. Masjid tak menggunakan karpet. Keramik warna cokelat dibiarkan terhampar di ruang utama dan ruang depan.

Kamar kecil masjid terletak di pojok kanan dan pojok kiri di belakang masjid. Sehabis, pengnjung yang baru dari kamar kecil bisa langsung memasuki masjid melalui pintu samping. Tempat wudu ada di sisi kanan dan kiri bagian depan masjid.

Serambi masjid Baiturrohamn dibagi dua bagian dengam pembatas kayu sudah dibentuk. Bagan kiri untuk jamaah perempuan, bagian kanan untuk jamaah laki-laki. Di dekat pintu bagian kiri itu terdapat sebuah lemari berisi banyak buku. Itu perpustakaan masjid. Sedangkan di serambi kanan terdapat sebuah beduk berukuran sedang.

Ukiran kayu di Majis Baiturrohman hanya terdapat di dalam masjid. Sementara di bagian luar, ukiran bentuk repetitif dari marmer menempel di tiang-tiang masjid.

Bangunan Masjid Baiturrohmamn saat ini merupakan gaya Timur Tengah. Gaya timur tengah terlihat pada bagian dalam masjid. Masjid berdiri di atas tanah seluas 30x40 meter dengan dua menara setinggi 25 meter. Faidli mengatakan, bangunan masjid kini sudah tidak asli lagi. Kecuali gapura padurksa di depan masjid dan mimbar masjid. ”Yang lain sudah baru semua,” katanya.

Gapura paduraksa di depan masjid merupakan asitektur Hindu-Jawa. Gapura itu sebagai simbol pluralisme awal perkembangan Islam. Gapura itu dahulu hanya berupa batu yang disusun. Gapura ditutup dengan semen untuk menjaga batu agar tidak lapuk.

Kajian Kitab Rutin Sejak 1957 Tetap Langgeng
Masjid Baiturrohman Robayan tak hanya jadi menjadi tempat wajib seperti shalat. Lebih dari itu, Masjid yang berlokasi di Jalan Raya Welahan KM 1, Desa Robayan, Kalinyamatan itu juga menjadi tempat belajar bagi warga yang haus akan ilmu.

Majlis taklim yang masih rutin dilakukan sejak dulu, diantaranya, ngaji kibat setiap seminggu tiga kali. Kajian kita yang diampu oleh tokoh agam berpendidikan di Desa Robayan itu sudah berlangsung sejak rehabilitasi masjid kedua, yakni Tahun 1958.

Kajian kitab rutin dilakukan tiga kali seminggu yaitu Kamis Malam, Jumat Malam, dan Minggu malam. Pelaksanaanya usai shalat maghrib. Kecuali Kamis malam. Kajian kitab dilaksanakan usai shalat isya.

”Kitab yang dikaji ada tafsir jalalain. Ada juga kitab fiqh. Yang ngisi biasanya kia Faqih Hasbullah dan kiai Nur Faiq,” terang Faidli.

Kajian itu pertama kali dipelopori mbh Haji Abdullah pada tahun 1958, salah satu sesepuh masjid. Namun, H. Abdullah meninggal pada 1081 kemudian digantikan Kiai Solhan sampai 1985. Setelah itu dilanjutkan kiai Amin Fauzan hingga 1992. Setelah itu kiai Muhalli dan kiai Bukgowi sampai 1993. Kiai Muhalli dan kiai bughowi tak sampai setahun menjadi pelopor kajadian kitab. Di tahun yang sama digantikan kiai Kiai Busro sampai 1999. Setelah itu, bapak Mashadi sampai 2001. ”Setelah itu saya sampai sekarang,” katanya.

Yang ikut ngaji setiap waktunya, kata Faidli, masyarakat setempat yang masih haus akan ilmu. Mereka berkumpul di masjid secara rutin sesuai waktu yang telah dijadwalkan.
Selian kajian kitab, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) juga diperingati di Masjid Baiturrohman.

”Setiap kegiatan masjid ada penanggung jawabnya sendiri. Mulai bagian pembangunan, PHBI, ataupun kegiatan remaja masjid. Ada juga bagian perpustakaan masjid,” katanya.

Ketika Jawa Pos mengunjungi Masjid Baiturrohman, buku perpustakaan masjid diletakkan di lemari. Lokasnya di samping pintu depan bagian kanan masjid. Ada puluhan buku disana. Wartawan koran ini tak bisa melihat koleksi satu per satu buku. Karen lemari dalam keadan terkunci. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB