Buat Orang Tua, Ini 6 Alasan Penting Mengapa Anakmu Harus Mondok
Cari Berita

Advertisement

Buat Orang Tua, Ini 6 Alasan Penting Mengapa Anakmu Harus Mondok

Selasa, 17 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Belajar agama sangat penting dan esensial bagi setiap umat Islam. Pelajaran agama menuntun umat agar tahu bagaimana menjadi pemeluk agama yang baik seperti bagaimana cara sholat, membaca Al Qur'an atau bagaimana cara bergaul dengan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu menjadi kewajiban setiap orang tua untuk mendidik dan mengajari putra-putrinya sejak dini. Hanya saja orang tua terkadang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan mencari nafkah bagi keluarga. Namun demikian, tak berarti orang tua bebas dari kewajiban mendidik anak.

Maka jalan satu-satunya memasrahkan anak kepada guru di sekolah. Mereka juga yang menentukan di mana anak-anaknya akan belajar khususnya soal agama Islam. Maka pondok pesantren-lah yang siap mengemban tugas dan amanat untuk mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama.

Imam Ibnu Sirrin pernah berkata:

 إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaklah kalian melihat dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Muqaddimah Shahiih Muslim).

Itu sebabnya, agar anak pandai dalam ilmu agama, maka harus ditempatkan di pondok pesantren. Disana mereka akan didik tak hanya soal keilmuan agama tapi juga cara bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Banyak lagi alasan mengapa anak harus belajar ilmu agama di pondok pesantren. Setidaknya ada tujuh alasan berikut ini:

1.Pesantren adalah lembaga yang mencetak generasi Sholihin dan Sholihat
Begitu kata Kiai Anwar Nur Muasiss An Nur Bululawang. Terbukti kesolihan seseorang pastinya dilandasi dengan ilmu, amal tanpa ilmu adalah batil dan sia-sia.

2. Penerus perjuangan Rasulullah
Bagaimana tidak? Di dalam pesantren diajarkan ilmu yang rahmatan lil alamin. Bukan pemboman lil alamin. Ilmu yang mengajarkan tentang welas asih, sholat berjamaah, kerukunan, kebersamaan dan tentunya kesetiakawanan.

3. Terhindar dari lingkungan kurang baik
Betapa indahnya hidup di pesantren jauh dari hal-hal yang kurang baik. Di sini dilarang membawa alat-alat elektronik semisal hp, laptope, radio atau bacaan-bacan yang tidak mendidik seperti koran, novel dan komik.

4. Menjadi lebih mandiri
Di pesantren semua aktifitas dilakukan dengan mandiri semisal mencuci sendiri, makan harus antri, mandi biasanya juga antri. Maka dengan bermacam-macam aktifitas yang dilakukan seperti itu, akan menjadikan anak-anak menjadi lebih mandiri.

5. Full 24 jam pendidikan Islami yang terkontrol
Pendidikan dipesantren beda dengan pendidikan selainnya diluar pesantren. Adakah lembaga pendidikan yang mengatur full 24 jam anak didiknya dengan pengawasan yang baik, selain dari lembaga pesantren? Tidak ada. Kalau memang ada yang seperti itu, tidak akan sebaik pesantren yang mendidik santri-santrinya.

6. Akan membahagiakan orang tua di dunia apalagi di akhirat.
Santri yang lebih diprioritaskan adalah akhlak. Sebagaimana perkataan orang-orang kuno terdahulu, “pintar itu nomer 27 sedangkan yang nomor satu taat". Maka bisa dipastikan bahwa santri dapat membahagiakan orang tuanya. Mereka akan berkata dengan bahasa yang halus sebab itu salah satu nasehat Guru kepadanya.

Di akhirat orang tua juga akan bahagia karena ia akan terus mendoakan kedua orang tuanya walaupun orang tua telah tiada. Dan doa anak yang sholeh terhadap orang tuanya yang meninggal dunia menjadi alamat bahwa tidak akan putus amal ibadah mereka.

Para orang tua hendaknya lebih peka melihat pergaulan anak. Maka pertimbangan mendidik anak di pesantren alangkah lebih baik. Alasan lain mengapa perlu dididik di pondo pesantren kita bisa lihat kondisi dunia luar saat ini, misalnya: 

1. Penyalah gunaan narkoba
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50 – 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya sekadar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti dihubungi detikHealth, Rabu (6/6/2012).

2. Mudahnya mengakses media porno
Zoy Amirin, pakar psikologi seksual dari Universitas Indonesia, mengutip Sexual Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau DVD bajakan. Akibatnya, 39 persen responden ABG usia 15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Survei yang didukung pabrik kondom Fiesta itu mewawancari 663 responden berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.

3. Sex bebas
Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (Okezone.com, 28/3/2012).

4. Aborsi
Gaya hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dari lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas: menggugurkan kandungannya. Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja.Data yang sama juga disampaikan Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar, sebanyak 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi (Kompas.com, 14/03/12).

5. Pelacuran via Internet
Sebuah penelitian mengungkap fakta bahwa jumlah anak dan remaja yang terjebak di dunia prostitusi di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir ini, terutama sejak krisis moneter terjadi. Setiap tahun sejak terjadinya krismon, sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks. Menurut seorang ahli, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18 tahun, sedangkan 50.000 di antaranya belum mencapai usia 16 tahun

6. Tawuran
Kejahatan remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA 6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh korban, ‘perang kolosal’ ala pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia.

Demikian, semoga menjadi pertimbangan bagi orang tua. Selebihnya kita harus percaya bahwa mondok itu keren. Ayo mondok! [dutaislam.com/Ahmad Zain/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB