Kisah Ta’dzim Abdullah Bin Abbas dan Syaikhona Kholil Bangkalan
Cari Berita

Advertisement

Kisah Ta’dzim Abdullah Bin Abbas dan Syaikhona Kholil Bangkalan

Duta Islam #03
Kamis, 26 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Siang itu, Sayyidina Ubay Bin Ka'ab hendak keluar ke masjid tiba-tiba melihat seorang pemuda tertidur di atas tanah berbantalkan selendang yang digulung. Sayyidina Ubay tak bisa mengenali siapa pemuda itu karena wajahnya tertutupi debu.

Setelah diamatinya betapa kagetnya Sayyidina Ubay karena pemuda itu diketahui adalah sepupu Rasulullah. Rupanya sudah dari pagi pemuda di situ.

"Abdullah Bin Abbas! Apa yang engkau lakukan disini?" tanya Sayyidana Ubay.

"Aku ingin mengaji hadits padamu guru," jawab Ibnu Abbas.

"Mengapa kau tak mengetuk pintu rumahku?"

"Aku takut mengganggumu di waktu istirahatmu, guru!"

Begitulah Abdullah Bin Abbas, Tarjumanul Qur'an. Seorang Sahabat yang dijuluki "Samudera Ilmu".
Di zamannya, hampir semua Ulama dari kalangan Ta'biin pernah menjadi muridnya. Seperti Hasan Al Bashri, Ikrimah, Mujahid, Sa'id Bin Musayyib, Sa'id Bin Jubair dan nama-nama tenar lainnya.
Nama Abdullah Bin Abbas masih harum hingga kini. Dan Kunci kemuliaannya bukan karena otak pandai yang dia miliki. Melainkan karena adabnya terhadap guru begitu tinggi.

ذللت طالبا فعززت مطلوبا

“Dulu aku merendah dan hidup sengsara dalam menuntut Ilmu. Sekarang aku  mulia dan dicari oleh para penuntut Ilmu, " komentranya.

Beberapa abad kemudian kisah hidup Abdullah Bin Abbas seakan terulang kembali pada seorang anak muda bernama Kholil Bin Abdullathif yang kelak akan menjadi Maha Guru Ulama Nusantara. Beliau pernah menjadi santri di berbagai pesantren seperti Langitan, Cangaan Bangil, Darussalam Kebon Candi Pasuruan, Sidogiri, dan Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Setail Banyuwangi sebelum kemudian menuntut ilmu di Makkah Al Mukarromah.

Satu hal yang begitu diutamakan mbah Kholil selama menuntut Ilmu adalah adab dan ta'dhim terhadap para gurunya. Ketika nyantri di Pasuruan, setiap memasuki kawasan pesantren Sidogiri (setelah berjalan kaki sepanjang 7 Km dari Kebon Candi tiap harinya) K Kholil selalu mencopot sandalnya untuk menghormati para gurunya.

Ketika Mondok di Banyuwangi, mbah Kholil berkhidmah penuh kepada sang guru KH. Abdhul Bashar. Beliau mengisi bak mandi, mencuci pakaian, piring dan memasak. Beliau juga bekerja sebagai pemetik buah kelapa dengan upah 3 sen setiap 80 pohon. Semua upah jerih payahnya beliau persembahkan untuk gurunya.

Di Makkah, mbah Kholil berguru kepada seorang Syaikh yang buta yakni Syaikh Muhammad Arrahbini. Setiap malam beliau sengaja tidur di pintu Musholla gurunya dengan harapan sang guru akan menginjakknya ketika memasuki pintu mushollah sehingga lantas beliau terbangun dan menuntun gurunya menuju pengimaman.

Di Makkah juga, mbah Kholil sering menulis kitab Alfiah kemudian menjualnya dengan harga 200 Ryal per-kitab. Hasilnya lagi-lagi beliau persembahkan untuk sang guru. Sedangkan untuk makanannya sendiri beliau lebih memilih memungut dan memakan kulit-kulit semangka.

Setelah menjadi ulama besar, mbha Kholil pernah menaiki dokar. Di tengah perjalanan mbah Kholil bertanya pada kusir:

"Kudanya bagus pak. Dari mana?"

"Dari Bima Kiai.. "

Mendengar nama itu beliau teriingat seorang gurunya di Makkah yang berasal dari Bima. Beliau lantas menyuruh kusir berhenti dan memberi upahnya. Beliau ia turun dan tak ingin menaiki kuda yang berasal dari Kota sang guru. Sebuah bentuk Rasa hormat dan Ta'dhim yang begitu tinggi.

Karena adab dan ta'dhim kepada gurunya itulah yang membuat mbah Kholil berhasil menjadikan Bangkalan sebagai salah satu Kiblat Ilmu di zamannya. Sampai-sampai beliau dijuluki  "Syaikhu Syuyukh” atau “Maha Guru Ulama Nusantara"

Bisa dikatakan hampir semua Ulama di tanah air mempunyai mata rantai ilmu yg bersambung kepadanya. Murid-muridnya antara lain:

1. KH.Hasyim Asyari Jombang. 2. KH. Abdul Karim Lirboyo. 3. KH. Abdul Wahhab Hasbullah, Tambak beras. 4. KH.Bisyri Syansuri, Denanyar. 5. KH.Maksum Lasem. 6. KH. Bisri Musthafa Rembang. 7. KH. Hasan Genggong. 8. KH. Zaini Mun'im Paiton. 7. KH. Abdullah Mubarak Suryalaya( abah Guru Anom). 9. KH.As'ad Syamsul Arifin, Sukorejo. KH.Yasin Kepang. 10. KH. Munawwir Krapyak. 11.KH. Abdul Hamid Bata-Bata. Dan masih banyak ratusan  ulama Nusantara lainnya.

Dari dua tokoh di atas kita bisa mengetahui bahwa Adab, Ta'dhim, dan hormat kepada guru adalah Kunci "Futuh" bagi para pencari Ilmu. Dan dari dulu hingga sekarang hanya ada satu tempat dimana kita bisa mempelajari dan mewujudkan semua itu yakni Pesantren.

Di pesantren, jangankan akhlak dan adab terhadap guru dan sesama. Adab terhadap kitab-pun tak pernah mereka ditinggalkan. Di Zaman yang Miskin Adab, Akhlak, dan Moral ini, pesatren seakan memberi kabar gembira bahwa para Pewaris Akhlak Indah Rasullah Saw masih dan akan terus ada. [dutaislam.com/ed/pin]


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB