Gara-Gara Hari Santri, Gus Aik Terkenal Mendadak Barakah Medsos
Cari Berita

Advertisement

Gara-Gara Hari Santri, Gus Aik Terkenal Mendadak Barakah Medsos

Kamis, 26 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Dari kiri: Gus Aik (Ketua Panitia Hasan 2017), Gus Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud RI), Gus Rozin (Ketua PP RMI NU), Munawir Aziz (Editor Buku, moderator) pada Malam Penganugerahan Santri Kreatif dan Seminar E-Literacy dalam rangka Hari Santri 2017, di Maspion Square, Jl. A. Yani Surabaya, Rabu (25/10/2017) malam. Foto: DI
DutaIslam.Com - Revolusi digital secara perlahan menggeser perilaku generasi muda negeri ini dalam menyerap informasi. Dulu, untuk mencari informasi dan pengetahuan harus menempuh jarak jauh hingga memakan waktu. Tapi kini, berkah internet dan media sosial, satu klik saja, informasi mudah didapatkan dan dibaca ribuan orang.

Pembahasan itulah yang mengemuka pada Seminar E-Literacy di Malam Penganugerahan Santri Kreatif Santri dalam agenda Urban Culture Carnival oleh PWNU Jawa Timur di Maspion Square Jl. A Yani, Surabaya, Rabu (25/10/2017).

Acara yang digelar dalam rangka Hari Santri 2017 tersebut menghadirkan pembicara KH Abdul Ghoffar Rozin (Gus Rozin, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah (PP RMI) Nahdlatul Ulama), Chasan Habibie (Pustekkom Kemdikbud RI) dan Ahmad Atho'illah (Gus Aik, Ketua Panitia Nasional Hari Santri 2017 dari PP RMI NU). 

Karena digitalisasi, kata Gus Rozin yang menjadi pembicara pertama, orang punya habitus terbalik dalam berliterasi, "kalau dulu orang melek informasi sebelum melek digital, sekarang terbalik, orang lebih melek digital dulu baru melek informasi," tutur Gus Rozin kepada ratusan peserta yang hadir malam itu.

Tradisi tersebut harus ditanggulangi dengan skenario literasi digital yang lebih mengutamakan pemanfaatan teknologi secara bertanggungjawab, "gara-gara smartphone, kini banyak orang justru tidak fokus dalam banyak hal, terutama dalam proses belajar-mengajar di sekolah," demikian kata Chasan Habibie, pengamat multimedia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia, pembicara kedua.

Untuk mendapatkan pemirsa hingga puluhan juta, rezim televisi membutuhkan waktu 50-an tahun. Begitu juga radio, orang baru melek (literasi) mendengarkan pentingnya radio butuh waktu hingga ratusan tahun. Tapi internet, hanya butuh 10 tahun saja untuk bisa dipakai hampir tiap manusia di bumi ini. 

"Suka tak suka kita pasti kena. Anehnya, masih ada SMK yang melarang siswanya menggunakan handphone ke sekolah karena menganggu konsentrasinya. Bukan teknologinya yang dilarang, tapi guru menyiapkan skenario belajarnya menggunakan teknologi," tandas Hasan.

Menurutnya, perkembangan internet untuk pendidikan pesantren sudah saatnya menuju digitalisasi, "Saya bayangkan bagaimana Gus Rozin atau Gus Lukman mengajar di kelas melalui dokumentasi video (untuk puluhan tahun ke depan, red) karena sekarang ini revolusi internet sudah bisa membuat orang berani membuka ngaji secara live di media sosial," terang Hasan Chabibie memberikan praktik pemanfaatan e-literacy untuk pendidikan pesantren.

Junaidi Abdul Munif, Pemenang Pertama Lomba Esai Hari Santri (kategori umum) saat foto bersama KH Abdul Ghoffar Rozin di pintu masuk Lokasi Bazaar Hari Santri, Maspion Square, Surabaya, Rabu (25/10/2017) malam, usai menerima piala dan hadiah uang tunai senilai Rp. 5.000.000,-. Foto: www.dutaislam.com 
Yang menjadi pekerjaan kita, lanjut Hasan, adalah konten di internet. "Problem kita adalah konten, bukan network atau jaringan. Di Raja Ampat saja sudah (ada jaringan) 4G. Artinya, infrastruktur sudah selesai sekitar dua atau tiga tahun lagi. Bagaimana kita mengikuti besaran infrastruktur tersebut dengan produksi konten yang bermanfaat, itu problemnya," imbuhnya. 

Fenomena publikasi via internet juga menarik. Akibat revolusi digital, tingkat popularitas tidak lagi diukur dengan jabatan atau status sosial, tapi jumlah followers (pengikut) di akun media sosial, atau kemampuan menginsfluensi orang dengan akunnya.

"Gus Aik ini salah satu contoh orang yang terkenal mendadak gara-gara Hari Santri. Hampir tiap saya buka Instagram yang terkoneksi dengan AIS, pasti ada fotonya di situ," ujar Hasan Chabibie, disambut senyum oleh Ahmad Atho'illah (Gus Aik) yang ada di sebelah kanannya.

Itulah yang membuat Gus Aik menyatakan dalam sesi materinya bahwa teknologi itu harus disikapi sebagaimana karakter wong NU, yang "al muhafadzah alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah," pesannya.

Acara dilanjutkan dengan penyerahan hadiah puluhan pemenang lomba esai tingkat Jawa Timur, lomba esai nasional Hari Santri 2017, lomba videotren dan pengumuman 40 nominasi proposal santripreneur. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB