Sejarah Masjid Datuk Ngampel, Dulu Hanya Tujuh Meter Persegi, Mengapa Kini Jadi Megah?
Cari Berita

Advertisement

Sejarah Masjid Datuk Ngampel, Dulu Hanya Tujuh Meter Persegi, Mengapa Kini Jadi Megah?

Duta Islam #03
Selasa, 12 September 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Bagian dalam Masjid Datuk Ngampel Desa Troso, Pecangaan, Jepara. Masjid Datuk Ngampel merupakan peninggalan Datu Singorojo, Penyebar Islam di Desa Troso. Foto: Miftahul Arifin

DutaIslam.Com - Masjid Datuk Ampel di Dukuh Ampel Desa Troso, Pecangaan, Jepara juga masjid bersejarah di Jepara. Masjid yang lebih dikenal dengan masjid wali itu merupakan peninggalan Datuk Singorojo.

Masjid Datuk Ampel dibangun Datuk Singorojo ketika menyebarkan islam di kawasan tersebut.
Waktu pembangunan masjid tidak ada yang tahu pasti. Namun, dalam sejarah disebutkan bahwa Datu Singorojo hidup antara tahun 1500 hingga 1600-an Masehi. Bagi warga Troso, Datuk Singorojo dikenal sebagai waliyullah penyebar agama Islam dari Bali. Tepatnya Pulau Dewata, Buleleng, Singaraja. Datuk juga diyakini sebagai orang yang mengembangkan kerajinan tenun.

Masjid peninggalan datuk itu kini terlihat megah. Dua buah menara setinggi 20 meter menjulang di kiri-kanan bagian depan. Diantara dua menara itu terlihat kubah besar warba biru. Bangunan masjid tanpak memanjang dengan dua atap. Yakni, atap depan dan belakang. Atap bagian belakang tidak berkubah.

Ruang utama masjid lebih dominan. Hampir seluruh bangunan merupakan ruang utama. Sementara serambi masjid kecil. Ukurannya sekitar 7 meter persegi. Serambi dan ruang utama di batas tembok beton berlapis kayu betuk kotak-kota warna cokelat.

Ruang utama juga terlihat megah memanjang ke depan. Ruang utama gabungan dari dua ruang hasil renovasi beberapa kali. Di tembok sedikit sekali hiasan seperti kaligrafi pada umumnya masjid. Ruang utama masjid hanya dipercantik dengan lapisan tembok berupa kayu kotak-kota. Sehingga bangun masjid tanpa klasik. Kaligrafi hanya terlihat di tembuk pembatas antara ruang depan dan belakang.

Di ruang utama itu, sebanyak 12 cagak besa berdiri. Di dalam empat cagak depan ada kayu peninggalan asli. Kayu itu sudah tertutp beton. Kayu sengaja tak dibuang agar tidak hilang sebagai salah satu bukti masjid peninggalan jaman dulu.

Di bawah kubah bagian depan, ada kubah kecil warna putih. Kubah itu juga asli peninggalan masjid pada masa Datuk Singorojo. Kubah itu disimpan dengan dibungkus kaca bentuk kubus.

Sunarto, pengurus masjid mengatakan, luas Masjid Datuk Ampel 40x25 meter. Masjid sudah jauh berbeda dari bentuk awalnya. Sunarto mengatakan, bentuk awal masjid kecil dengan kubah khas tumpang khas bangunan hindu. Luas masjid saat itu hanya sekitar 7 meter persegi. Kubahnya juga kecil. Kontruksi bangunan menggunakan kayu. ”Kubah dibuat menggunakan tanah liat,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, masjid beberapa kali mengalami renovasi. Sunarto mengaku tak tau pasti berapa kali direnovasi. Setahu dia, renovasi dilakukan sejak tahun 1970. Masjid direhab, bangunan utama diperluas. Saat itu tembok masih berupa kayu. ”Sebelumnya itu kemungkinan juga sudha pernah direvovasi,” katanya.

Renovasi juga dilakukan pada 1980. Renovasi dilakukan pada atap masjid. Selain itu, tembok yang semula dari kayu kemudian diganti beton. ” Tahun 1991 dilakuan perluasan dibagian muka (belakang masjid, Red) dan renovasi. Masjid yang semula hanya satu ruang jadi dua ruang tapi digabung jadi satu,” katanya.

Selanjutnya, rehab pada 2001, mengganti semua kontruksi kayu dengan beton. Saat itu, bangunan belakang ditambah jadi dua lantai. Sekaligus menambah dua menara di bagian depan. ”Menara awal di desain pendek. Trus ada teman bilang mirip greja blenduk di Semarang. Akhirnya menara ditinggikan,” jelas Sunarto.

Miniatur Masjid Datu Ngampel Desa Troso Pecangan Jepara setelah beberapa kali direnovasi


Haul Menghormati dan Mengenang Datuk Rutin Setiap Tahun
Masyarakat di sekitar Masjid Datuk Ampel Troso, Pecangaan, merasa berhutang jasa kepada Datuk Singorojo selaku pendiri masjid. Selain itu, Datuk Singorojo dinilai berjasa dalam penyebaran agama islam di kawasan tersebut.

Masyarakat di lingkungan masjid menghormatinya dengan merayakan haul setiap tahun. Yakni, setiap Jumat Wage pada Bulan Muharrom. Selain haul di masjid Datuk Ampel, warga juga mendatangi makam Datuk Singorojo di Kecamatan Mayong. Pada saat yang sama, haul juga digelar di makam Datuk di Kecamatan Mayong. "Kalau warga sini ziarah ke makam datuk Singorojo biasanya pada malam harinya, "ujar Pengurus Masjid Datuk Ampel Sunarto.
Masjid Datuk Ngampel Desa Troso Pecangaan Jepara tanpak dari depan.
Sunarto menjelaskan, perayaan haul Datuk Singorojo oleh masyarakat di lingkungam masjid berlangsung turun temurun. Sunarto mengaku tak tahu pasti kapan dimulainya. "Sebelum saya lahir sudah ada haul setiap tahun, " ujarnya.

Hanya saja, Sunarto melanjutkan, haul waktu dulu dengan sekarang berbeda. Dulu hanya dirayakan seadanya sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Masyarakat berkumpul di masjid kemudian baca tahlil dan khotmil Quran. Setelah itu makan bersama. Namun, sejak sekitar 25 tahun terakhir, haul Datuk Singorojo tak hanya tahlil dan makan-makan. Namun,  ada juga pengajian umum yang di selenggarakan di halaman masjid.  "Kepanitiaan dari remaja masjid, " jelasnya.

Sunarto mengatakan, haul dilakukan untuk menghormati Datuk Singorojo yang berjasa menyiarkan agama islam di Troso dan telah meninggalkan masjid untuk tempat ibadah. "Kalau tidak ada beliau mungkin kami saat ini belum memeluk agama islam, " katanya.

Sebagian masyarakat bahkan merasa belum afdol jika mengadakan tahlil tak menyebut Datuk Singorojo dalam fatihahnya. "Kalau Datuk tidak disebut kurang marem, " ujar salah satu sesepuh masjid Datuk Ampel kepada Jawa Pos Radar Kudus. (_dutaislam.com/pin_)

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB