Khutbah Idul Adha: Ketua PCINU Belanda Tegaskan 3 Pilar Esensi Kurban
Cari Berita

Advertisement

Khutbah Idul Adha: Ketua PCINU Belanda Tegaskan 3 Pilar Esensi Kurban

Duta Islam #02
Selasa, 05 September 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda Ustadz Ibnu Fikri sedang menyampaikan khutbah Idul Adha
DutaIslam.Com - Sedikitnya 1200 orang jamaah Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME) Al-Ikhlash Amsterdam mengikuti shalat hari raya Idul Adha 1438 H yang dilaksanakan pada hari hari Jum’at pagi, 01 September 2017 di Basisschool El-Amin,  Saaftingetsraat 312, 1069 BW Amsterdam. Bertindak sebagai khotib, Ust. Ibnu Fikri, M.Si (Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda).

Dalam Khutbahnya, Ust Ibnu Fikri mengajak para jamaah merenungi tiga aspek penting yang merupakan esensi dari pelaksanaan ibadah kurban, yaitu aspek historis, filosofis, dan sosiologis.

Menurutnya, esensi historis dari pensyariatan kurban dalam Islam adalah untuk meluruskan nilai historis peradaban manusia yang keliru, yaitu kebiasaan mengorbankan manusia sebagai tumbal para dewa.

Ia contohkan, di Mesir, jauh sebelum Islam datang, masyarakatnya secara rutin mengorbankan gadis yang masih perawan sebagai persembahkan Dewa sungai Nil. Juga, sebuah suku di wilayah Irak sebelum Islam, masyarakatnya mempersembahkan bayi yang baru lahir untuk Dewa mereka. Oleh karenanya’ kurban dengan seekor hewan, sebagaimana disyariatkan dalam ajaran Islam datang sekaligus meluruskan ajaran-ajaran menyimpang tersebut yang sejatinya telah merusak nilai-nilai kemanusiaan’ tegasnya.

Selanjutnya, nilai filosofis ibadah kurban berkaitan dengan‘simbolisasi dari penyembelihan atas nafsu-nafsu hayawaniyah (hewani) yang ada pada diri manusia.  Ia tegaskan‘Melalui ibadah kurban, nafsu-nafsu hewani dalam diri harus kita sembelih seiring dengan disembelihnya binatang kurban, sambil terus berharap agar kita terbebas dari belenggu sifat-sifat hewani’ ujarnya.

Pilar esensial yang ketiga dari ibadah kurban berkaitan dengan nilai sosiologis. ‘Proses pelaksanaan ibadah kurban yang baik harus tetap memperhatikan dimensi sosial dan budaya masyarakat setempat dengan baik dan proporsional. Kaitanya dengan ini, kita bisa belajar dari semangat dakwah Sunan Kudus dalam mensinergikan nilai-nilai keislaman dengan nilai budaya masyarakat setempat’, ungkapnya.

Diakhir khutbah, Kandidat doktor bidang antropologi dari Vrije universiteit Amsterdam ini juga mengajak para jamaah untuk mendoakan saudara muslim kita di rohingya, Myanmar. Ia katakan, bagaimanapun kejahataan kemanusiaan di Myanmar merupakan bentuk genosida yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan, juga sesungguhnya bertentangan dengan esensi ibadah kurban. 'Semoga Allah berikan kekuatan lahir batin bagi umat Islam di Rohingya’. [Dito/Gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB