Jika SD Hiyatullah Banyumanik Semarang Disusupi HTI Lalu Guru Senior NU "Dibuang"
Cari Berita

Advertisement

Jika SD Hiyatullah Banyumanik Semarang Disusupi HTI Lalu Guru Senior NU "Dibuang"

Selasa, 01 Agustus 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Sumber foto: kemdikbud.go.id
DutaIslam.Com - Meski kini Hizbut Tahrir Indonesia alias HTI sudah berpulang ila rahmatillah, namun jejak-jejak menggemaskan atas gerakannya dulu, masih dirasakan hingga sekarang. Muncullah tokoh senior NU di Jawa Tengah, yang kemudian namanya disebut sebagai simpatisan, bahkan pengurus HTI.

Dalam postingan Dutaislam.com berjudul "Inilah Daftar Kurcaci HTI di Semarang yang Masih "Berak" di NKRI", beberapa nama yang masuk senior tokoh NU antara lain, Daroji, (alm) Hukama Rifai, Halin Pands, dan Nina Herlina dan Toha Putra.

Untuk nama yang terakhir (Toha Putra), pernah membuat geger Kota Semarang ketika mengundang Feliz Siomay kurcaci HTI datang ke Unissula. "Mereka yang masuk daftar rata-rata kegabung di Badan Wakaf Unissula Semarang," demikian kata Hamid, Pemred Dutaislam.com yang sempat mencari informasi tentang sumber data simpatisan tersebut, Senin (31/07/2017).

"Kabeh dicedaki, terus dimasukkan jadi pengurus HTI begitu saja. Bisa jadi, orang-itu itu dicatut namanya," ungkap Hamid. Menurutnya, pencatutan nama tokoh NU oleh HTI itu terjadi di kalangan elite. Di kalangan grassroot HTI tetap menghajar NU. Senior NU didekati, jamaahnya dihajar," imbuhnya.

Toha Putra kemungkinan besar adalah salah satu korbannya. SD Hiyatullah milik Toha Putra pun akhirnya terkena imbas ideologi makar Pancasila. Para guru senior NU yang mengajar di sekolah yang beralamat di Jl. Durian Sel. I No.6, Srondol Wetan, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah itu, banyak yang "dibuang" pasca masuknya dominasi kader-kader muda HTI. Namun Hasan Toha (Putra), diam saja.

Akibatnya, SD Hiyatullah pun sempat akan berafiliasi dengan Al-Irsyad di Singapura yang berhaluan wahabi Najed, meskipun ditunda. Salah satu wali murid di SD tersebut, sebut saja namanya Dewi, sempat mengungkapan kegelisahan ketika mendengar kabar guru-guru sepuh (senior) dipecat dengan alasan tidak memenuhi standar kompetensi aturan sekarang.

Dewi tambah galau karena SD yang dulunya berhaluan aswaja kini makin jarang menggelar acara mauludan di sekolah serta shalawatan, sebagaimana dulu. "Manajer yayasan masih dipegang orang al-Irsyad," terang Dewi kepada Dutaislam.com, beberapa pekan lalu.

Ghulam, salah satu sumber Dutaislam.com di Semarang juga mengaku bingung dengan sikap pengusaha bos Toha Putra. "PP Subulus Salam (NU) Ngesrep, Tembalang, Semarang itu disulitkan saat beli tanah ke pemilik yang tiap pihak pondok akan deal (transaksi), harga ditinggikan," ungkap Ghulam menjelaskan "keberpihakan" Toha Putra yang tidak jelas.

Para kurcaci HTI pun, kata Ghulam, masih memegang tongkat komando Yayasan Sultan Agung Semarang, "kampus diisi orang-orang HTI, terbukti (hadirnya) si Felix dan ustadz-ustadz tipi yang sanadnya ndak jelas," jelasnya kepada Dutaislam.com.

Fakta lain diungkapkan oleh Alex, kader PP Matan. Katanya, Toha Putra memang mensupport aksi 212 di Jakarta, "akan tetapi, klaim bahwa ia mendukung HTI masih perlu tabayyun lanjutan. Intinya, jika HTI sudah dibubarkan, waktunya NU siap-siap jadi "tempat sampah" mereka," terang Alex yang juga pengusaha kafe itu. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB