Islam Radikal, Apakah Ada?
Cari Berita

Advertisement

Islam Radikal, Apakah Ada?

Duta Islam #02
Kamis, 24 Agustus 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh : Vinanda Febriani

DutaIslam.Com - Kemarin sepulang sekolah ada teman pejuang lintas agama yang mengirimkan pesan singkatnya melalui Whatsapp kepadaku. "Vin, aku tadi dapat berita, katanya ada pasukan Ansor yang diserang menggunakan sajam (senjata tajam) oleh orang tak dikenal. Dalam berita itu juga mengungkapkan bahwa anggota Ansor ada yang terluka dan seorang anak kecil terinjak. Apakah benar?, Apakah Islam mengajarkan hal kekerasan semacam itu? tolong dijawab".

Padahal, aku tidak tahu persis benar atau tidaknya berita tersebut. Namun jika ditanya "Apakah Islam mengajarkan kekerasan?" aku akan menjawab dengan lantang "Tidak ! Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap manusia lain, kalaupun berbeda keyakinan dan kepercayaan dalam prespektif terhadap Tuhan. Islam adalah agama penuh Rahmat yang berfungsi sebagai penyempurna agama lain. Islam boleh menyerang namun dengan cara yang haq (benar).

"Vin, aku juga yakin bahwa Islam adalah agama yang sama seperti agama kami. Dalam artian, Islam mengajarkan kasih sayang sesama makhluk hidup  apapun latarbelakangnya. Begitu juga dengan agama yang kami terima. Apakah itu yang disebut Islam radikal?" dia kembali bertanya kepadaku.

Sungguh aku kebingungan untuk menjawabnya. Karena aku bukan pakar dalam hal ini. Aku hanya sosok pelajar, tak lebih dari itu. Jika aku ditanya hal semacam itu, maka yang akan aku katakan adalah "Aku tidak tahu. Coba tanyakan kepada orang yang mumpuni. Ilmuku belum cukup untuk memberikan tanggapan mengenai pertanyaan itu. Aku takut pernyataanku keliru dan menimbulkan konflik yang tak berujung. Maafkan aku".

Radikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berartikan sangat keras dalam menghendaki perubahan (dalam pemerintahan terhadap undang-undang, dsb). Namun aku sering menyebutnya dengan istilah golongan ekstremes (ekstrimis) atau orang yang memiliki sifat/sikap yang ekstrim; orang yang berpantang menyerah dalam menuntut (terutama yang berkaitan dengan politik dan kekuasaan); anggota kelompok garis keras (sumber: kamus ilmiah populer).

Sejak awal memang aku tidak menyukai perlakuan kelompok ini. Mereka sangat keras terhadap saudaranya sendiri. Banyak orang menyatakan bahwasanya kelompok garis keras merupakan bibit-bibit yang nantinya akan tumbuh sebagai teroris. Namun entahlah, kurasa ada benarnya. Kebanyakan orang yang direkrut menjadi seorang teroris adalah orang yang masih belia dalam pemikirannya. Usianya mungkin dewasa, namun pemikirannya masih sangat sempit, dangkal dan mudah dipengaruhi bisikan-bisikan jahat. Maka dari itu, seperti yang pernah dikatakan oleh terpidana kasus bom Bali pertama yakni Ali Imron, "Dua jam saja berinteraksi (dengan teroris) sudah cukup mengubah pola pikir seseorang," (sumber: Tempo.co 20/04/2016).

Bayangkan saja jika selama dua jam ada satu orang yang telah terdoktrin. Bagaimana dengan satu hari? kemudian satu bulan? bagaimana dengan satu tahun ? pasti banyak sekali korban yang pemikirannya telah di doktrin pemahaman garis keras. Maka dari itu, marilah kita "melek", berpemikiran secara luas dan kuat dalam hal "Iman" supaya tidak mudah dipengaruhi golongan eksrimis yang amat meresahkan.

"Lalu, Vin. Apakah ada Islam Radikal?" dia kembali bertanya kepadaku. Banyak orang mengatakan bahwasanya Islam radikal sudah merambak ke berbagai kalangan. Namun aku tidak setuju apabila dikatakan Islam adalah radikal. Karena Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berpemikiran radikal. Satu orang dengan orang lainnya berpemikiran berbeda. Namun bisa disatukan apabila ada seorang yang berbisik mendoktrin.

Jadi semula, ku kira radikal itu hanya milik satu atau dua orang saja. Tidak banyak, namun mereka mempengaruhi orang lain supaya berpemikiran sama dengan mereka. Aku sering menyebutnya dengan "Kelompok ekstrimis" bukan dengan "Islam ekstrimis" karena Islam bukanlah ajaran yang menuntut umatnya untuk berperilaku ekstrim. Baik buruk suatu agama dapat ditinjau dari umatnya. Namun, semua agama tidak mengajarkan keburukan.

Semua agama "sama" dalam artian tidak mengajarkan untuk saling menyakiti bahkan hingga melukai atau merugikan orang lain. Apabila ada umatnya yang berpemikiran demikian (ekstrim), maka jangan pernah salahkan agamanya. Salahkanlah oknumnya yang berpemikiran salah mengenai penafsiran "agama". Jadi aku menyimpulkan, tidak ada istilah "Islam radikal" atau "Islam eksrim" atau agama lain yang berembel "radikal dan ekstrim. Yang ada hanya "kelompok radikal" atau "kelompok ekstrim".

Bukanlah agamanya yang radikal dan ekstrim. Namun, pemikiran individunya yang mengarah kepada radikal dan ekstrim. Semua agam "sama" mengajarkan kebaikan, ketulusan, cinta kasih, dan hal positif lain kepada umatnya. Jika ada keburukan, maka semata-mata bukan karena ajaran agamanya, namun olah pikir umatnya dalam memahami agama.

Mungin hanya sedikit pendapatku mengenai "radikal" yang sedang banyak menjadi pembicaraan publik. Sekali lagi, agama apapun tidak pernah mengajarkan hal-hal yang merugikan orang lain atau umat agama lain melainkan ada suatu faktor haq (benar) yang mendasarinya.

Pada dasarnya, semua agama mengajarkan kebaikan, cinta kasih, kerukunan, toleransi dan hal positif lain. Namun, pemikiran manusia dalam menafsirkan agama berbeda-beda. Sehingga munculah kelompok-kelompok dengan pemahaman tertentu mengenai agama yang dianutnya. Jadi, jangan salahkan agamnya. Salahkanlah umatnya yang menafsirkan agama dengan cara yang salah. [dutaislam.com/gg]

Vinanda febriani, Kader IPPNU Magelang.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB