HTI Cinta Indonesia, Benarkah?
Cari Berita

Advertisement

HTI Cinta Indonesia, Benarkah?

Rabu, 02 Agustus 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Ayik Heriansyah

DutaIslam.Com - Sebagai gerakan ideologis (harakah mabda'iyah), keyakinan anggota HTI terhadap ideologi mereka tidak otomatis goyah lantaran badan hukum organisasi mereka dicabut pemerintah 19 Juli lalu. Karena ideologi tertanam  melalui proses berpikir terpimpin dalam perhalaqahan mereka.

Indoktrinasi dan internalisasi nilai-nilai organisasi yang sudah sudah terjadi bukan persoalan administrasi melainkan masalah pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh aktivis HTI. Termasuk pandangan anggota HTI tentang Indonesia, nasionalisme dan patriotisme.

Pada berbagai kesempatan HTI melalui Jubirnya seringkali menunjukkan sikap seolah-olah HTI cinta Indonesia. Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto mengatakan, rencana pemerintah membubarkan HTI menimbulkan pertanyaan besar.

Pasalnya, HTI merupakan kelompok dakwah yang menyampaikan ajaran Islam demi kebaikan dan sebagai bukti cinta kepada Tanah Air..."Dengan demikian, sesungguhnya dakwah yang dilakukan Hizbut Tahrir merupakan bukti tanggung jawab dan kecintaan kami terhadap negeri ini," katanya. Lihat sumber (link: rimanews [sudah dihapus])

Kehadiran mereka sebagai juru selamat bangsa Indonesia. Dakwah mereka untuk Indonesia yang lebih baik. Sehingga terbentuk citra dalam benak masyarakat bahwa HTI memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Benarkah demikian?

HTI memiliki sejumlah pemikiran dan pendapat resmi yang wajib diadopsi (tabanni) oleh anggotanya dengan perkataan dan perbuatan (mutabaniyan qaulan wa 'amalan). Pandangan resmi HTI termaktub di dalam kitab-kitab yang dijadikan kitab pembinaan di halqah-halqah internal HTI. Dari sekian kitab halqahnya, HTI mengkritik, menolak dan mengharamkan nasionalisme dan patriotisme.

Misalnya di kitab Nizhamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam). Kitab ini adalah kitab pertama yang wajib dikaji oleh aktivis HTI. Di Bab Kepemimpinan Berpikir halaman 41 edisi terjemahan Mu'tamadah yang diterbitkan oleh HTI Press, HTI mengkritik paham nasionalisme:

Ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang rusak (tabiatnya buruk) karena 3 hal:

1. Karena mutunya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antar manusia satu dengan yang lainnya untuk menuju suatu kebangkitan dan kemajuan.

2. Karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Di samping itu ikatan yang emosional sangat berpeluang untuk berubah-ubah sehingga tidak bisa dijadikan ikatan yang langgeng antara manusia satu dengan yang lain.

3. Karena ikatannya bersifat temporal, yaitu muncul saat membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil yaitu keadaan normal, ikatan ini tidak muncul. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat sesama manusia.

Sedangkan di kitab at-Takattul Hizbi, - edisi terjemahan Mu'tamadah Cetakan ke-2, Juni 2007, HTI Press,- HTI mengkritik keras gerakan nasionalisme dan patriotisme. Bisa dibayangkan betapa bencinya aktivis HTI terhadap nasionalisme dan patriotisme setelah mengkaji kitab ini yang notabene kitab halqah mereka setelah kitab Nizhamul Islam.

Dalam kitab at-Takattul Hizbi hal. 7-9 dikatakan:

Adapun para aktivis gerakan nasionalisme, orang-orang Arab aktivis gerakan ini menyerukan kebangkitan Bangsa Arab atas dasar ide nasionalisme yang kabur dan tidak jelas, serta tidak menghiraukan ajaran Islam dan identitas mereka sebagai muslim... 

Para propagandis nasionalisme Turki ataupun Arab ini sebenarnya bergerak sesuai arahan penjajah, yang juga telah mengarahkan gerakan-gerakan nasionalisme di kawasan Balkan untuk melepaskan diri dari Daulah Utsmaniyah sebagai sebuah Daulah Islam.

Selain mengkritik nasionalisme, HT juga menolak gerakan patriotisme:

Sekalipun gerakan-gerakan patriotisme tersebut muncul sebagai reaksi dari penderitaan-penderitaan tersebut, sebagiannya masih memiliki ide Islam yang dominan, sedangkan sebagiannya lagi didominasi hanya oleh ide patriotisme, karena gerakan-gerakan tersebut merupakan rekayasa dan rancangan penjajah.

Akibat adanya gerakan-gerakan patriotisme ini, umat Islam terlah terdorong dan disibukkan untuk melakukan perjuangan murahan yang justru malah mengokohkan cengkeraman musuh mereka. Apalagi tersebut amat miskin akan pemikiran-pemikiran yang mesti mereka jadikan pedoman.

Pernyataan Jubir HTI kontradiksi dengan pandangan resmi HTI sendiri tentang nasionalisme dan patriotisme. Statement Jubir HTI tentang HTI cinta Indonesia tidak lebih dari retorika kosong yang kebohongannya terkonfirmasi secara faktual dari kegiatan HTI yang mau meng-Khilafah-kan Indonesia.

Jika Jubir HTI jujur, apa salahnya HTI turut membangun Indonesia menjadi negara yang sejahtera, makmur dan kuat bersama-sama elemen bangsa yang seperti tanpa harus berteriak "Khilafah... Khilafah". [dutaislam.com/ab]

Ayik Heriansyah, penggiat di Intitute for Democracy Education 
(Mantan Ketua HTI Babel)

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB