Mbah Wahab dan Mbah Bisri "Rebutan" Nimbo
Cari Berita

Advertisement

Mbah Wahab dan Mbah Bisri "Rebutan" Nimbo

Kamis, 27 Juli 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: islamnusantara.com 
DutaIslam.Com - Saat dilaksanakan Bahtsul Masail, Mbah Wahab dan Mbah Bisri sering bertemu dalam meja diskusi seius.  Mereka berdua seringkali berbeda pendapat, bahkan hingga saling gedor-gedoran dampar (meja). Anehnya, jika sudah waktunya break, semisal saat shalat dhuhur, kedua dua tokoh ini, oyok oyo’an timbo (berebut timba sumur). 

Drama perebutan timba tersebut dilandasi keinginan kuat dan semangat untuk memberikan air wudlu pada sahabatnya. Sungguh, itu perilaku yang sangat luar biasa. Baru usai gebrak-gebrakan di forum Bahtsul Masail, keluar langsung oyok oyo’an timbo (berebut timba). Jika Mbah Bisri yang terlebih dahulu mendapatkan timba, maka Mbah Bisri yang ngladeni wudhu’nya Mbah Wahab. Jika Mbah Wahab yang mendahului, maka Mbah Bisri yang diladeni. Sekarang apa ada Kiai yang seperti itu?  tukaran (bertarung) di dalam forum, tapi di luar tetap sebagai saudara. Justeru yang banyak adalah tukaran di forum, di luar mengajak santrinya masing-masing, ya tetap untuk tukaran. 

Mbah Wahab dan Mbah Bisri ini sungguh sangat luar biasa. Kalau dieksplorelebih banyak, kita bisa meneladani kedua tokoh ini. Mengenai ketawadlu‘an Mbah Bisri, saat pilihan Rois 'Am. Tidak ada rivalitas perebutan jabatan Rois ‘Am antara Mbah Wahab dengan Mbah Bisri. Waktu itu, Kiai Wahab Hasbullah sudah udzur, hampir tidak bisa apa-apa. Kiai-Kiai dalam muktamar itu, ngesak ake (merasa kasihan) dengan Kiai Wahab jika masih diberi tanggung jawab. 

Tapi, sebagian para Kiai tidak sepakat dan masih menginginkan Kiai Wahab menjadi Rais 'Am dengan alasan beliau masih hidup. Kiai-Kiai yang merasa ngesak ake dengan Kiai Wahab yang sudah sepuh dan udzur, mencalonkan Kiai Bisri Syansuri untuk meniadi Rois ‘Am. Lantas Mbah Bisri, meraih microphone, menyatakan, “Selama Kiai Wahab masih hidup, saya hanya siap untuk menjadi wakilnya."

Hal itu menunjukkan tiadanya rivalitas antara Mbah Wahab dan Mbah Bisri. Mereka saling bersahabat, mereka memiliki ikatan saudara ipar. Mbah Wahab sangat jelas cinta dan menghormati Mbah Bisri. jika tidak, mana mungkin Mbah Wahab rela menyerahkan adiknya untuk menikah dengan Mbah Bisri. keduanya saling mencintai dan saling menghormati. Hal ini yang sulit dipahami oleh orang-orang masa kini.

Perjuangan beliau, tidak diawali dari saat pendirian NU. Melainkan jauh sebelum itu. Kegiatan Mbah Hasyim Asy‘ari yang melibatkan dua santri unggulan ini, sudah berjalan lama. Puncaknya Nahdlatul Ulama, di mana tiga ulama ini adalah tokoh pentolannya. Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari merupakan Rais Akbar NU, bukan sekedar Rois 'Am. Ini harus saya sebut supaya orang-orang sekarang tahu. 

Kiai Wahab Hasbullah jadi apa saat itu? Apa wakil rais? atau rois ketiga atau keempat? Tidak, beliau menempatkan dirinya sebagai katib (sekretaris). Kiai Bisri Syansuri menjadi apa? wakil Katib atau apa? Tidak, beliau memilih menjadi A‘wan (anggota). Hal ini bisa dijadikan bukti sejarah bagaimana ketawadluan dan ketakdziman para Kiai-Kiai terdahulu. Kita bisa membandingkan dengan masa kini. [dutaislam.com/ed].

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB