13 Amalan di Bulan Ramadhan yang Dilipatgandakan Pahalanya (Download PDF)
Cari Berita

Advertisement

13 Amalan di Bulan Ramadhan yang Dilipatgandakan Pahalanya (Download PDF)

Minggu, 28 Mei 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Mohammad Bahauddin

DutaIslam.Com - Tanpa terasa kita sudah hampir bertemu kembali dengan bulan Ramadhān. Sepertinya Ramadhān kemarin baru saja kita tinggalkan. Masih teringat kita shalāt tawarih, buka bersama, dan sahur.

Bulan Ramadhan adalah penghulu dari segala bulan, bulan yang penuh keberkahan, rahmat dan ampunan. Ia adalah  satu bulan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla pilih dari bulan-bulan yang ada. Ada 12 bulan dalam satu tahun Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita dan Allāh pilih satu bulan dari 12 bulan itu, bulan yang penuh dengan keutamaan, bulan yang sangat spesial (istimewa) berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

Kata Ramadlan adalah isim masdar dari kata “Romidlo” yang berarti Panas. dan Menurut sebagian pendapat kata Romidlo ditafsiri dengan kata “Haroko” yang menggunan makna dari kata “Maha yamhu” yang berarti melebur. 

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI. 

Dengan masuknya bulan puasa, kita dapat melakukan puasa romaldon, sehingga dengan puasa akan mampu membakar dan menghilangkan dosa-dosa kita. Dalam sebuah riwayat dikatakan, Ramadlan adalah bagaikan air hujan yang mengguyur tanah yang gersang, dan air hujan tersebut mampu menumbuhkan tanah yang gersang menjadi tanah yang subur makmur, menumbuhkan tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang bisa kita manfa’atkan. 

Ramadlan juga bagaikan air yang digunakan untuk membersihkan diri kita sehari hari, jika seseorang selalu membersihkan dirinya setiap hari dengan air, maka dirinya pun akan tampak terlihat bersih dan beseri-seri serta merasa nyaman. Bagitu pula puasa juga mampu menghapus dan membersihkan diri seseorang dari dosa-dosa yang telah ia lakukan setiap harinya. 

Dan barang siapa yang mau berpuasa maka dirinya akan tampak sehat, bertambah semangat, bersih dan berseri-seri serta merasa tentram dan nyaman. Karena ia telah menjalankan sebuah amanah dari Tuhannya, yakni melakukan puasa Ramadlan satu bulan penuh, yang akhirnya ia tidak dihantui rasa takut akan amanah itu ketika dimintai pertanggung jawaban amanah tersebut.

Syekh ‘Abdurrohman Al-Shofuri Al-Syafi’I dalam kitab “Nuzhah Al-Majalis” menjelaskan, bahwa rahasia bulan Ramadlan bisa kita telaah melalu isyarah huruf dari kata Ramadlan itu sendiri:

قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنْ الصَّفُوْرِيْ الشَّافِعِيِّ فِي نُزْهَةِ الْمَجَالِسِ: رَمَضَانُ خَمْسَةُ أَحْرُفٍ، فَالرَّاءُ رِضْوَانُ اللهِ لِلْمُقَرَّبِيْنَ، وَالْمِيْمُ مَغْفِرَةُ اللهِ لِلْعَاصِيْنَ، وَالأَلِفُ أُلُفَةُ اللهِ لِلْمُتَوَكِّلِيْنَ، وَالنُّوْنُ تَوَالُ اللهِ لِلصَّادِقِيْنَ اهـ


Artinya: “Berkata syekh Abdurrohman Al-Shofurri As-Syafi’I kitab Nuhzah Al-Majalis; “Ramadlan adalah terdiri dari lima huruf: maka huruf Ro’ menunjukkan arti Ridlo Allah kepada para hamba-Nya yang dekat. huruf Mim menunjukkan, Ampunan Allah kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Huruf Alif menunjukkan kecintaan Allah kepada orang-orang yang Tawakkal, huruf Nun menunjukkan arti Anugerah Allah kepada orang-orang yang jujur”.

Begitu juga keterangan yang terdapat dalam kitab “Fadlo’il Syahru Ramadlan” juga menjelaskan hal yang senada.

حَدَّثَنَا الْمَسْعُوْدِى قَالَ: بَلَغَنِيْ أَنَّ مَنْ قَرَأَ فِيْ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فِيْ التَّطَوُّعِ “ِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا” (الفتح :1) حُفِظَ فِيْ ذَلِكَ الْعَامِ .


Artinya: “Al-Mas’ud telah menceritakan kepadaku, ia berkata; “Telah sampai padaku, barang siapa pada malam hari dari bulan Ramadlan membaca Ayat “inna Fatahna laka fathan Mubiina” 

“Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata”. (QS. Al-Fath: 1) ketika melaksanakan sholat sunah, maka ia akan di jaga (dari perbuatan dosa-dosa) pada tahun itu”.

رَمَضَانُ خَمْسَةُ أَحْرُفٍ؛ اَلرَّاءُ: رِضْوَانُ اللهِ، وَالْمِيْمُ مَحَابَةُ اللهِ عَنِ الْعُصَاةِ، وَالضَّادُ: ضَمَانُ اللهِ. وَاْلأَلِفُ: أُلُفَةُ اللهِ، وَالنُّوْنُ: نُوْرُ اللهِ، فَهُوَ شَهْرُ رِضْوَانٍ وَمَحَابَةٍ وَضَمَانٍ وَأُلُفَةٍ وَنَوَالٍ وَكَرَامَةٍ لِلأَوْلِيَاءِ وَاْلأَبْرَارِ.


Artinya: ”Ramadlan terdiri atas lima huruf: maka huruf Ro’ menunjukkan arti Ridlo Allah. Huruf Mim menunjukkan, kecintaan Allah kepada orang-orang yang berbuat maksiat dengan Ampunan-Nya. Huruf Dlod menunjukkan arti, tanggungan Allah (Maksudnya: Allah akan menanggung orang yang berpuasa dari sentuhan api neraka). huruf Alif menunjukkan arti, Kecintaan Allah kepada orang-orang yang Tawakkal, huruf Nun menunjukkan arti Nurullah (cahaya Allah). Maka dari itu Ramadlan juga disebut dengan “Syahru Ridwan (bulan penuh keridlo’an), Syahru Dloman, Ulufah, Nawal dan kemulian bagi kekasih Allah dan orang-orang yang berprilaku baik”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Bulan Ramadlon adalah anugrah dan nikmat yang agung yang telah diberikan oleh Allah swt kepada seluruh umat Nabi Muhammad saw dengan wujudnya bulan Ramadhan. Di dalamnya terdapat keutamaan- keutamaan dan hikmah khusus yang diberikan Allah kepada hambanya yang ikhlas dan tulus menjalankan ibadah puasa, serta ibadah-ibadah lainnya.

Maka alangkah agung dan baiknya dengan masuknya bulan, seluruh umat Islam diseluruh penjuru dunia hendaknya lebih meningkatkan amal ibadahnya dan membersihkan hatinya dengan menjalankan segala bentuk amal kewajiban dan kesunahan-kesunahan, Terutama menjelang akhir bulan Ramadlan agar lebih ditingkatkan lagi demi mendapatkan malam yang amat didambakan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni malam Lailatul Qodar. 

Dan bulan Ramadlon adalah bulan yang sangat mulia dan penuh berkah, tiada bulan yang lebih mulia dari-nya, karena pada malam itu Allah menurunkan kalam sucinya, didalamnya juga banyak keutamaan tersendiri yang telah termuat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Maka kita juga harus memperlakukannya dengan istimewa. Ibarat tamu istimewa yang datang mengunjungi kita, kitapun memberikan pelayanan yang terbaik, khidmat yang terbaik untuk tamu istimewa tersebut. Seperti Itulah bulan Ramadhān yang datangnya satu tahun sekali. Maka sungguh sangat merugi orang-orang yang diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhān tetapi tidak dia manfaatkan sebaik-baiknya, sehingga bulan Ramadhān Berlalu begitu saja tanpa makna. 

Dan merupakan hal yang sia-sia jika pada kesempatan bulan Ramadhan ini kita tidak berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umur seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, selagi kita masih bertemu bulan Ramadhan bulan seribu bulan ini, sangat beruntung bagi umat muslim yang mau menjalankan sunah-sunah demi mengejar pahala. 

Lalu apa saja yang harus kita lakukan untuk menyambut dan mengisinya? Dalam tulisan ini akan dibagi menjadi dua amaliyyah sebelum dan setelah masuk bulan Ramadlan.

A. Menyongsong Bulan Suci Ramadlan (MBSR)
Suasana menyongsong Ramadhan perlu disiapkan sejak sebelum datangnya Ramadhan untuk melatih dan membiasakan lebih dahulu di bulan Sya’ban:

ولما كان شعبان كالمقدمة لرمضان شرع فيه ما يشرع في رمضان من الصيام وقراءة القرآن (لطائف المعارف – ج 1/ ص. 138)


“Ketika Sya’ban seperti mukaddimah (pendahuluan) bagi Ramadhan, maka disyariatkan di bulan Sya’ban hal-hal yang disyariatkan di bulan Ramadhan, seperti puasa dan baca al-Quran” (Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif 1/138)

Umat Islam sejak masa Sahabat telah mempersiapkan diri sejak Sya’ban dengan ibadah dan sedekah:

عن أنس قال: كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على المصاحف فقرؤها وأخرجوا زكاة أموالهم تقية للضعيف والمسكين على صيام رمضان (لطائف المعارف- ج 1/ ص. 138)

Diriwayatkan dari Anas berkata “bahwa umat Islam ketika masuk bulan Sya’ban, maka senantiasa membaca al-Quran dan mengeluarkan zakat hartanya, sebagai bantuan untuk orang miskin dalam menghadapi puasa” (Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif 1/138)

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI. 

Selain hal diatas, terdapat perlu dilakukan sebelum masuk Ramadlan  hal-hal sebagai berikut:

1. Menyambutnya dengan suka cita
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Ramadlan diibaratkan sebagai tamu istimewa yang datang mengunjungi kita, kitapun seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik, khidmat yang terbaik dan menyambutnya untuk tamu istimewa tersebut. Dalam hadist dikatakan:

قال النبي صلى الله عليه وسلم: من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على النيران


Artinya: “ Barang siapa senang dengan masuknya dan datanganya bulan Ramadlan, maka Allah mengharamkan jasadnya masuk neraka”.

Suka cita, gembira, dan bersenang akan masuknya Ramadlan sudah wajar dilakukan karena Allah memang sudah menjadikan bulan ini untuk umat Muhammad. Bulan dimana keutamaan dan kenikmatan seolah tak berujung tanpa batas hanya diberikan Allah untuk umat Nabi Muhammad. Seperti dalam hadist disebutkan:

قال رسول الله صلى عليه وسلم رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي.

Rasulullah SAW bersabda: “bulan Rajab itu bulannya Allah, bulan Sya’ban bulanku dan bulan Romadlon adalah bulan untuk ummatku”

Alangkah beruntungnya menjadi umat Nabi Muhammad, karena tidak ada keistimewaan dan penghormatan yang diberikan Allah untuk  umat-umat terdahulu, melainkan hanya umat Nabi Muhammad lah yang dimuliakan mendapat bukan Ramadlan bulan dimana banyak keutamaan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetanpun terbelenggu.

عن أَبي هَريرةَ قَال: قَال َرسوُل الله صلى الله عليه وسلم أَتَاكم رمضان شهر مبارك فرض الله عز وجل عليكم صيامه تفتح فيه ابواب السماء وتغلق فيه أبواب الجحيم وتغل فيه مردة الشياطين لله فيه ليلة خير من ألف شهر من حرم خيرها فقد حرم (رواه النسائي)


Dari Abu Hurairah bahwa Nabi  صلى الله عليه وسلم bersabda: “Telah datang pada kalian, bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah  wajibkan puasa Ramadhan. Pintu langit dibuka, pintu neraka ditutup, syetan dibelenggu. Di dalam-nya ada lailatul qadar” (HR Nasai)

Sikap senang untuk mengevaluasi kesalahan yang lalu kemudian termotivasi dengan tulus ikhlas melaksanakan seluruh rangkaian ibadah pada bulan suci ramadlan adalah sikap yang dapat menjauhkan mereka dari sikasa api neraka.

2. Melakukan Rukyat dan Hisab
Terdapat 2 cara yang disepkati oleh mayoritas ulama dalam menetapkan awal dan akhir Ramadlan. Pertama, dengan Ru’yah Hilal (melihat bulan sabit) saat langit cerah, tanpa ada penghalang mendung atau awan, asap debu dan lain sebaganya. Kedua, dengan hisab. jika hilal terhalang oleh mendung, maka dikembalikan kepada ilmu hisab (astrologi) dan menyempurnkan dengan istikmal. Adapun dasar-dasar itu sebagai berikut: 

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن غم عليكم فأملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخاري


Nabi  صلى الله عليه وسلم bersabda: “Berpuasalah karena melihat hilal dan akhiri puasa karena melihat hilal. Jika terhalang maka sempurnakan Sya’ban 30 hari” (HR al-Bukhari, Muslim dan an-Nasai dari Abu Hurairah)

عن ابن عمر قال تراءى الناس الهلال فأخبرت رسول الله صلى الله عليه وسلم أني رأيته فصامه وأمر الناس بصيامه


Ibnu Umar berkata bahwa “para sahabat berupaya melihat hilal. Lalu saya kabarkan kepada Rasulullah bahwa saya melihatnya. Lalu Nabi  صلى الله عليه وسلم berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa” (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan al-Hakim, ia menilainya sahih)

وروي عن بعض السلف أنه إذا أغمي الهلال رجع إلى الحساب بمسير القمر والشمس وهو مذهب مطرف بن الشخير، وهو من كبار التابعين (بداية المجتهد – ج 1/ ص. 228)


Diriwayat dari sebagian ulama Salaf “bahwa jika hilal terhalang oleh mendung, maka dikembalikan kepada ilmu hisab (astrologi). Ini adalah madzhab Mutharrif bin Syikhir, salah satu Tabiin senior” (Bidayat al-Mujtahid 1/228)

Dengan demikian ilmu Hisab bukan ilmu baru untuk dijadikan pedoman menentukan bulan, bahkan yang mengamalkan ilmu hisab adalah salah satu pendapat dalam madzhab Syafiiyah:

الشافعية قالو: يعتبر قول المنجم في حق نفسه وحق من صدقه ولا يجب الصوم على عموم الناس بقوله على الراجح (الفقه على المذاهب الأربعة – ج 1/ ص. 873).


Kalangan Madzhab Syafiiyah berkata “Pendapat ahli hisab dapat diterima bagi dirinya sendiri dan orang yang percaya padanya. Orang lain tidak wajib puasa berdasarkan pendapat yang kuat” (Madzahib al-Arba’ah 1/873)

Adapun Ijtima’ akhir bulan Sya’ban 1438 H dari hasil yang didapat sebagai berikut:
a. Menurut NU
• Hari/Tanggal:  Jum’at Legi, 26 Mei 2017
• Waktu: 02.46.15 WIB.
• Tinggi hilal mar'iy: 7°37'45
• Tinggi hilal haqiqi : 8°38’26’’ (di atas 2°)
• Lama hilal: 00.34.34 Jam.

b. Menurut Madrasah Qudsiyyah
• Hari/Tanggal : Jum’at Legi, 26 Mei 2017
• Waktu : 02.48.16 WIB.
• Tinggi hilal : 008°18’11’’ (5,98 meter)
• Lama hilal diatas ufuk : 00.36.49 Jam.
• Besar cahaya hilal : 0,67 jari atau 16,9 mm

Insya Allah Tidak Ada Perbedaan awal Ramadhan antara Metode Rukyah dengan Hisab, karena tinggi hilal di atas 2° menurut semua system hisab, baik Tadqiqi, Tahqiqi, maupun Hisab Taqribi.
Dan Awal Puasa Ramadhan, Muhammadiyah, NU Pemerintah Kemenag RI 1 Ramadhan 1438 H / 2017 Sebagai berikut:
  1. Awal Puasa Muhammadiyah: Sabtu, 27 Mei 2017
  2. Awal Puasa NU: Sabtu, 27 Mei 2017
  3. Awal Puasa Kemenag RI / Pemerintah (Sidang Isbat): Sabtu, 27 Mei 2017
Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI. 

3. Mengikuti Istbat Pemerintah
Selain Ru’yah dan hisab yang telah dijelaskan dimuka menjadi syarat bagi umat untuk mentaati pemimpin/ pemerintah. Kepatuhan umat kepada pemerintah ini juga dijelaskan Sahl bin Abdullah sebagai berikut:

قال سهل بن عبد الله التستري أطيعو السلطان في سبعة ضرب الدراهم والدنانير والمكاييل والأوزان والأحكام والحج والجمعة والعيدين والجهاد (تفسير قرطبي 5/ 259 والبحر المحيط حيان الأندلسي 3/ 696)


Sahal bin Abdillah al-Tusturi berkata: “Patuhilah pemerintah dalam 7 hal: Pemberlakuan mata uang, ukuran dan timbangan, hukum, haji, salat Jumat, dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan jihad" (Tafsir al-Qurthubi V/259 dan Abu Hayyan dalam al-Bahr al-Muhith III/696)

4. Doa Menyambut Ramadlan
Ada doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika masuk Ramadlan. Doa itu adalah doa melihat hilal. Akan tetapi sejatinya doa ini adalah doa umum, berlaku untuk semua bulan ketika seseorang melihat hilal dan tidak khusus untuk bulan Ramadlan. Doa tersebut memiliki versi sebagai  berikut: 

• اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام والعافية المجللة ودفاع الأسقام والعون على الصلاة والصيام وتلاوة القرآن
• اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك
• اللهم أدخله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام ورضوان من الرحمن وجواز من الشيطان
Dan dalil yang menganjurkannya sebagai berikut:

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا رأى الهلال قال اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك (رواة الترمذي وحسنه)


Artinya: Jika melihat Hilal, Nabi  صلى الله عليه وسلم berdoa: “Ya Allah  pertemukan bulan ini dengan kami dalam keadaan aman, iman, keselamatan dan Islam Tuhanku dan Tuhanmu (Hilal) adalah Allah ” (HR at-Turmudzi, ia menilainya hasan)

عن عبد الله بن هاشم قال كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يتعلمون هذا الدعاء إذا دخلت السنة أو الشهر اللهم أدخله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام ورضوان من الرحمن وجواز من الشيطان. (رواه الطبرني في الأوسط وإسناده حسن. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد- ج 4 / ص. 404)


Dari Abdullah bin Hasyim, ia berkata: “Para sahabat Nabi  صلى الله عليه وسلم belajar doa berikut ini jika bertemu tahun atau bulan: “Ya Allah…, pertemukan bulan ini dengan kami dalam keadaan aman, iman, keselamatan, Islam, ridla dari Allah… dan selamat dari syetan” (HR Thabrani, sanadnya hasan)

عن أبي جعفر محمد بن على قال كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا استهل هلال شهر رمضان استقبله بوجهه ثم يقول اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام والعافية المجللة ودفاع الأسقام والعون على الصلاة والصيام وتلاوة القرآن (تاريخ دمشق للحافظ ابن عساكر – ج 51/ ص. 186).


Dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali, berkata: “Jika bertemu dengan bulan Ramadhan Nabi  صلى الله عليه وسلم berdoa: Pertemukan bulan ini dengan kami dalam keadaan aman, iman, keselamatan, Islam, sehat yang prima, kebal dari penyakit, dan pertolongan untuk salat, puasa, dan membaca al-Quran” (al-Hafidz Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyqa 51/186)

5. Menjalankan Sholat Sunah 4 Rekaat dengan Mengkhatamkan Q.S Al-Fath Setelah Q.S Fatihah di malam 1 Ramadlan

Diantara Amalan Para 'Arifin (Wali Allah) pada awal malam bulan Ramadhan adalah membaca surat Al Fath

ينبغي في أول ليلة من شهر رمضان: أن نصلي أربع ركعات نفلا مطلقا إما بتشهد واحد وسلام واحد أو كل ركعتين بذاتها ونقرأ في كل ركعة مقرأ (ربع) من سورة الفتح.


Dianjurkan pada malam pertama di bulan Ramadhan: Sholat sunnah mutlaq empat rakaat, baik dengan satu tasyahhud dan satu salam atau salam setiap dua rakaat. Kita baca pada setiap rakaat seperempat dari surat Al Fath. (Raka'at pertama stlh bca alfatiah mmbaca surat al fath ayat 1-10,  Raka'at kedua ayat 11-17, Raka'at ketiga ayat 18-25, Raka'at keempat ayat 26-khatam).

وقد ورد في الحديث الذي رواه الإمام الخطيب الشربيني في كتابه التفسير في الكتاب المنير بإسناد إلى النبي صلى الله عليه وسلم (أن من صلى في أول ليلة من رمضان أربع ركعات قرأ فيها سورة الفتح مر عامه كله في غنى وفي رواية مر عامه كله في خير)


Sebagaimana dalam satu Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Khatib Asy Syarbiniy dalam kitabnya At Tafsir fil Kitabil Munir dengan sanad yang bersambung kepada Nabi SAW: "Barang siapa yang sholat (sunnah mutlaq) empat rakaat pada malam pertama di bulan Ramadhan, kemudian dia membaca surat Al Fath, dia (akan) lalui setahun penuh dalam kekayaan. Atau dalam riwayat lain dia lalui setahun penuh dalam kebaikan".

وفي تفسير القرطبي: من قرأ سورة الفتح في أول ليلة من رمضان في صلاة التطوع حفظه الله ذلك العام.


Dan dalam Tafsir Al Imam Qurthubi: "Barangsiapa yang membaca surat Al Fath dalam sholat sunnahnya pada malam pertama di bulan Ramadhan, maka ALLAH SWT mejaga dirinya pada tahun itu".

B. Amaliyyah-Amaliyyah dalam Bulan Suci Ramadlan
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang dikhususkan untuk umat Muhammad, yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya. Barangsiapa yang menghidupkannya, maka sepanjang tahun dia akan hidup dalam cahaya Allah. Di dalamnya ada waktu di mana ibadah sekali sama dengan ibadah 1000 bulan. 

Tidak ada bulan yang lebih mulia di sisi Allah selain bulan Ramadhan. Di bulan ini semua kesalahan dihapus, semua dosa diampuni, rahmat diturunkan, doa dikabulkan, dan Allah melihat hamba-Nya dengan pandangan yang menyenangkan. Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah Saw bersabda:  

“Datang kepada kamu bulan Ramadhan, bulan berkah. Allah menghamparkan rahmat-Nya kepada kamu, menghapuskan kesalahan, mengabulkan doa, melihat bagaimana kamu saling berlomba dalam kebaikan, membanggakan kamu di depan para malaikat. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang di bulan ini tidak mendapatkan rahmat” (HR. Ath-Thabarani). 

Untuk lebih mengetahui Amaliyah Ramadhan, maka kita harus melihat dan mencontoh amaliyah Rasulullah SAW di bulan Ramadhan. Di bawah ini Amaliyah yang dilakukan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan:

1. Niat Menyambut Ramadlan
Sebelum melaksanakan puasa dan amaliyyah-amaliyyah yang lain, yang patut dilakukan terlebih dahulu ketika masuk bulan Ramadlan adalah niat karena segala amal yang akan dilakukan tergantung dari niatnya. Maka niat ini menjadi hal yang terpenting untuk menata hati kita terlebih dahulu sebelum melangkah melaksanakan segala amal-amal sholihah lainya. Adapun Niat yang dianjurkan oleh Al-Habib Abu Bakar Al-Adeni Al-Masyhur ketika masuk bulan Ramadlan adalah sebagai berikut:

نَوَيْنَا مَانَوَاهُ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالسَلَفُ الصَّالِحُ مِنْ آلِ البَيْتِ الكِرَامِ وَالصَّحَابَه الأَعْلَام
وَنَوَيْنَا القِيَامَ بِحَقِّ الصِيَامِ عَلَى الوَجْهِ الَّذِيْ يُرْضِي المَلِكُ العَلاَّم
وَنَوَيْنَا المُحَافَظَةَ عَلَى القِيَامِ وَحِفْظِ الجَوَارِحِ عَنِ المَعَاصِي وَالآثَامِ
وَنَوَيْنَا تِلَاوَةَ القُرْآنِ وَكَثْرَة الذِكْرِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الأَنَامِ وَنَوَيْنَا تَجَنُّبَ الغِيْبَةِ وَالنَمِيْمَةِ وَالكَذِبِ وَأَسْبَابِ الحَرَامِ
وَنَوَيْنَا كَثْرَةَ الصَّدَقَاتِ وَمُوَاسَاةِ الأَرَامِلِ وَالفُقَرَاءِ وَالأَيْتَامِ
وَنَوَيْنَا كَمَالَ الإِلْتِزَامِ بِآدَابِ الإِسْلَامِ وَالصَّلاةِ فِي الجَمَاعَةِ فِي أَوْقَاتِهَا بِانْتِظَامِ
وَنَوَيْنَا كُلَّ نِيَّةِ صَالِحَةٍ نَوَاهَا عِبَادُ اللهِ الصَّالِحُوْنَ فِي العَشْرِ الأَوَائِلِ وَالأَوَاسِطِ وَالأَوَاخِرِ وَلَيْلَةِ القَدْرِ فِي سَائِرِ اللَيَالِي وَالأَيَّامِ

Kami niat sebagaimana niat Nabi SAW dan para salafuna shalih dari para ahlulbait nabi yang mulia dan para sahabat yang agung,

Kami niat melaksanakan puasa dengan sesempurna mungkin yang membuat ridho raja semesta alam Allah SWT,

Kami niat menjaga sholat tarawih dan menjaga angota badan dari segala maksiat dan dosa,

Kami niat rutin membaca alqur'an dan banyak berdzikir serta sholawat pada nabi muhammad pemimpin manusia dan menjauhi ghibah, adu domba , berdusta dan segala hal yang menyebabkan perkara yang haram dan dosa,

Kami niat banyak bersodaqoh dan menyantuni para janda janda ,orang-orang fakir juga anak anak yatim,

Kami niat menjaga dengan sebaik baiknya akhlak-akhlak yang di ajarkan dalam agama islam serta menjaga sholat jama'ah tepat pada waktunya dengan sempurna,

Kami niat dengan semua niat niat baik yang telah di niatkan para sholihin di 10 pertama, 10 kedua serta 10 terakhir dan malam lailatul qodar juga di setiap malam dan harinya.

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI. 

2. Puasa Ramadlan
Tidak ada amal yang lebih baik yang bisa mendekatkan diri kepada Allah selain berpuasa. Maka di bulan ini orang-orang beriman menjalankan puasa. Bulan ini adalah kasih sayang dan bulan saling berbagi kenikmatan. Puasa dalam istilah ulama kita disebut dengan Syariah Qadimah, atau ajaran yang juga diberlakukan oleh Allah  kepada umatumat terdahulu, bukan hanya umat Rasulullah Muhammad. Dalam firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة : 183)


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqoroh : 184)

Puasa yang diambil dari kata bahasa Arab Shaum atau shiyam bermakna menahan (al-imsaak), dan menahan itulah aktivitas inti dari puasa. Menahan makan dan minum serta segala macam yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam matahari dengan diiringi niat. 

Jika aktivitas menahan ini dapat dilakukan dengan baik, maka seorang muslim memiliki kemampuan pengendalian, yaitu pengendalian diri dari segala hal yang diharamkan Allah. Hal itu senada dengan apa yang diucapkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ halaman 247 sebagai berikut:

الصيام في اللغة الإمساك ويستعمل في كل إمساك يقال صام إذا سكت وفي الشرع إمساك مخصوص عن شيء مخصوص في زمن مخصوص من شخص مخصوص (المجموع ج 6/ ص. 247)


“Shiyam (Shaum/ puasa) artinya adalah menahan diri. Setiap bentuk menahan diri dan diam disebut Puasa. Secara pandangan Syariat, puasa adalah menahan diri dari hal-hal tertentu (yang membatalkan puasa), di masa tertentu (Ramadhan) dan orang tertentu” (Imam AnNawawi, Al-Majmu’ 6/247)

Imam Al- Ghazali membagi tiga tingkatan orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, yaitu:
a. Puasa awam. Ciri- ciri puasa awam antara lain:
• Tidak makan, tidak minum dan tidak bersenggama
• Sahur dan buka puasa tepat waktu dengan menu makanan yang banyak diusahakan dan bervariasi
• Siang hari sibuk mempersiapkan untuk buka puasa dan malam hari sibuk mempersiapkan makan sahur
• Mengisi siang hari dengan jalan- jalan subuh, jalan- jalan sore, bermain, tidur, nonton, mancing dll
• Semakin hari semakin malas makan sahur
• Semakin akhir Ramadhan bukannya semakin memperbanyak ibadah tetapi semakin malas ibadah

b. Puasa Khusus. Ciri- ciri puasa khusus antara lain:
• Tidak makan, minum dan senggama
• Menjaga matanya dari pandangan ma’siyat
• Menjaga lidahnya dari ucapan yang tidak baik
• Menjaga telinganya dari mendengarkan ucapan buruk
• Mencegah anggota tubuhnya dari perbuatan ma’siyat
• Tidak berlebihan dalam sahur dan berbuka puasa
• Hatinya selalu diliputi rasa khauf (takut/ cemas) dan raja (harap)

c. Puasa Khususul khusus (Puasa istimewa). Ciri- ciri puasa ini adalah:
• Puasa lahir dan bathinnya
• Memanfaatkan seluruh waktu untuk beribadah kepada Allah SWT.

Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, setelah Tarawih diajarkan bersama melafalkan niat puasa, sebab sekali lagi wajib hukumnya untuk melakukan niat puasa Ramadhan. Dan jika lupa tidak niat maka puasanya tidak sah. Agar umat Islam tidak lupa maka diajaklah untuk niat secara bersama.

من لم يبيت الصيان قبل طلوع الفجر فلا صيام له (الدار قطني وصححه عن عائشة)


Artinya: “Barangsiapa yang tidak niat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya” (HR Daruquthni, ia menilainya sahih)

Adapun niat puasa Ramadhan sebagai berikut: 

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ (رمضانَ) هَذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لله تعالى لاحول ولا قوة الا بالله العلي العظيم.


Bacaan romadhon bisa dua macam, bisa romadhoni dan romadhona? Namun lebih utama dibaca  kasroh yaitu romadhoni. Lihat penjelasan berikut:

Romadhon adalah isim ghoiru munshorif (karena isim alam yang ada tambahan alif dan nun), yang apabila majrur maka alamatnya dengan fathah, namun apabila menjadi mudhof atau kemasukan Alif-Lam (Al) maka majrurnya isim ghoiru munshorif menggunakan Kasroh menjadi Romadhoni (ni) bukan na.

Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata:

وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِفْ


Artinya: Dan dijerkan dengan Fathah terhadap isim yang tidak menerima tanwin, selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya

Romadlon kalau tidak diidlofahkan (dibaca jer dengan kasroh) maka maknanya fasid, karena niat hanya butuh (dzorf) waktu sekejap pada malam dia niat, bukan setahun. Di dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan:

يقرأ رمضان بالجر بالكسرة لكونه مضافا إلى ما بعده وهو إسم الإشارة


Romadhoni (ni) dibaca jer dengan Kasroh karena keadaannya menjadi mudhof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh. Romadhoni dibaca jer dengan tanda kasroh, karena dimudhofkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (hadzihi)

Isim ghoiru munsharif itu tidak ditanwin dan tidak dikasroh karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi'il. Namun isim ghoiru munshorif ketika dimudhofkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda jer nya pakai kasroh.

Adapun Sunnah-sunnah selama menjalankan puasa sebagai berikut:
a. Segera Berbuka dan Akhirkan Sahur
Apabila telah datang waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena didalamnya terdapat banyak kebaikan. Rosulullah SAW bersabda:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ وأخروا السحور – أخرجه أحمد عن أبي ذر


“Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur” (HR Ahmad No 21350 dari Abu Dzar)” 

Kapan yang dimaksud mengakhirkan Sahur? Dijelaskan dalam hadits berikut:

عن أنس ابن مالك أن نبي الله صلى الله عليه وسلم وزيد بن ثابت تسحرا، فلما فرغا من سحورهما قام نبي الله صلى الله عليه وسلم إلى الصلاة فصلى. قلنا لأنس كم كان بين فراغهما من سحورهما ودخولهما في الصلاة قال قدر ما يقرأ الرجل خمسين آية


Nabi  صلى الله عليه وسلم dan Zaid bin Tsabit dan sahur bersama. Ketika selesai Nabi  صلى الله عليه وسلم berdiri salat. Berapa jarak selesainya sahur dan masuk salat? Yaitu perkiraan orang membaca 50 ayat (HR al-Bukhari)

Dari hadits inilah menunjukkan bahwa dianjurkan masa jeda antara Sahur dan Subuh sekitar 10 menit. Di Indonesia masa jeda ini dikenal dengan istilah Imsak dan diumumkan di masjid dan mushalla, agar umat Islam lebih berhati-hati mengehentikan aktifisat makan-minumnya sebelum Adzan Subuh.

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI.

b. Meninggalkan Perkataan dan Perbuatan Tercela
من لم يدع قول الزور والعلم به فليس به لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه (رواه أحمد والبخارى وأبو داود والترمذي وابن ماجة وابن حبان عن أبي هريرة)


Rasulullah  صلى الله عليه وسلم bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan buruk dan mengamalkannya, maka tidak butuh bagi Allah orang tersebut meninggalkan makanan dan minuman” (HR Ahmad, al-Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

c. Memberi Takjil Buka Puasa
مَنْ فَطَرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ – صحيح النسائى و الترمذي

“Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi)

Amal ibadah mulia ini dapat Anda manfaatkan bersama tetangga atau anak-anak yatim yang bermukim disekitar rumah Anda. Memberikan makanan ini hanya satu contoh yang dapat kita terapkan dalam hal berbagi rezki kepada sesama umat. Hal ini juga perlu dibiasakan, agar setelah selesai bulan Ramadhan, hal ini tidak punah begitu saja.

d. Doa Saat Berbuka Puasa
Saat berbuka puasa adalah waktu mustajabah sehingga dianjurkan berdoa seperti sabda Nabi:

ثلاثة لا ترد دعوتهم .... والصائم حين يفطر


“Ada 3 orang yang tidak ditolak doanya... (salah satunya) orang berpuasa saat berbuka...” (HR Ibnu Hibban)

Adapun doa berbuka sebagai berikut:

يا عظيم يا عظيم أنت إلهي لا إله غيرك إغفر لي الذنب العظيم فإنه لا يغفر الذنب العظيم إلا أنت. اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت وبك آمنت ولك أسلمت وعليك توكلت ورحمتك رجوت وإليك أنبت ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله.

3. Shalat Terawih dan Witir
Amal ibadah yang termasuk dianjurkan dalam hadits ini adalah melaksanakan shalat Tarawih setiap bakda shalat Isya’. Disebut shalat Tarawih karena di dalam melaksanakannya disunnatkan berhenti istirahat (Tarwih) setiap selesai 2 salam yaitu setiap 4 rakaat.

Pada umumnya salat sunah dijelaskan oleh Nabi  صلى الله عليه وسلم berapa rakaatnya, seperti Witir, Dluha, salat Tasbih, salat hari raya, salat gerhana, salat minta hujan dan sebagainya. Namun dalam salat Tarawih ini tidak dijelaskan segamblang salat sunah lain. Namun penetapan Tarawih 20 rakaat ini bersuumber dari riwayat sahih berikut ini:

عن يزيد بن رومان قال (كان الناس يقومون في زمان عمر الخطاب في رمضان بثلاث وعشرين ركعة

“Umat Islam di masa Umar beribadah di malam bulan Ramadhan dengan 23 rakaat” (al-Muwatha’ Malik, 1/115)

عن يحيى بن سعيد القطان (أن عمر بن الخطاب أمر رجلا يصلى بهم عشرين ركعة

“Umar memerintahkan seseroang menjadi imam salat Tarawih dengan umat Islam sebanyak 20 rakaat” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, 2/163). 

عن عبد العزيز بن رفيع قال (كان أبي بن كعب يصلى بالناس في رمضان بالمدينة عشرين ركعة ويوتر بثلاث

“Ubay bin Ka’b menjadi imam Tarawih di bulan Ramadhan di Madinah sebanyak 20 rakaat dan witir 3 rakaat” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, 2/163)

Jika masih ada kelompok yang menggugat keabsahan Tarawih 20 rakaat, maka cukup dibantah dengan pernyataan ulama Salafi, Syaikh Abdullah Alfaqih, berikut: “Secara keseluruhan dari riwayat ini menjadi jelas bahwa 20 rakaat adalah sunat yang unggul dalam Tarawih di zaman Umar bin Khattab. Yang seperti Tarawih ini adalah hal yang populer yang diwariskan dari generasi dan mayoritas umat Islam. Riwayat Yazid bin Rauman dan Yahya Qattan adalah diterima, meski keduanya tidak menjumpai Umar. Sebab keduanya sudah tidak diragukan lagi menerima amalan ini dari sekelompok umat Islam yang menjumpai Umar dan Sahabat. Hal semacam ini tidak perlu sanad, sebab penduduk Madinah secara keseluruhan menjadi sanad Tarawih” (Fatawa Al-Islam 1/6187)

Adapun penetapan Tarawih 8  rakaat ini bersuumber dari riwayat berikut ini:

عن أبي سلمة بن عبد الرحمن أنه سأل عائشة رضي الله عنها كيف كانت صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان فقالت : ما كان يزيد في رمضان ولا في غيرها على إحدى عشرة ركعة (رواه البخاري)


Diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman, sungguh ia bertanya kepada Aisyah RA. : Bagaimanakah sholat Rasullah dibulan Ramadlan?” lalu ia menjawab: “Beliau tidak pernah menambahi di atas 11 rakaat di bulan Ramadlan dan bulan lainya.

4. Baca Surat Pendek
Imam shalat Tarawih umumnya membaca surat at-Takatsur sampai alLahab, dan di rakaat kedua membaca al-Ikhlas. Inilah dalilnya pelaksanaannya.

وفعلها بالقرآن في جميع الشهر أولى وأفضل من تكرير سورة الإخلاص ثلاث مرات في كل ركعة منها ومن تكرير سورة الرحمن أو هل أتى في جميعها ومن تكرير سورة الإخلاص بعد كل سورة من التكاثر إلى المسد كما اعتاده غالب الأئمة بمصر. اهـ برماوي


“Mengerjakan Tarawih dengan mengkhatamkan al-Quran selama 1 bulan lebih utama daripada mengulang-ulang surat al-Ikhlas 3 kali di setiap rakaat, atau mengulang-ulang surat ar-Rahman, atau mengulang surat al-Ikhlas setelah surat at-Takatsur sampai alLahab, sebagaimana yang biasa dilakukan kebanyakan imam di Mesir (Hasyiah al-Jamal 4/325).

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI.

Hal ini berdasarkan ada seorang sahabat yang tiap rakaat membaca surat al-Ikhlas dan disampaikan kepada Rasulullah (HR al-Bukhari).

عن أنس كان رجل (كلثوم بن الهدم) من الأنصار يومهم في مسجد قباء، وكان لكما افتتح سورة يقرأ بها لهم في الصلاة مما يقرأ به افتتح ب (قل هو الله أحد) حتى يفرغ منها، ثم يقرأ سورة أخرى معها، وكان يصنع ذلك في كل ركعة، فكلمه أصحابه فقالو إنك تفتتح بهذه السورة، ثم لا ترى أنها تجزنك حتى تقرأ بأخرى، فإما أن تقرأ بها وإما ان تدعها وتقرأ بأخرى. فقال ما أنا بتاركها، إن أحببتم أن أومكم بذلك فعلت، وإن كرهتم تركتكم. وكانوا يرون أنه من أفضلهم، وكرهوا أن يؤمهم غيره، فلما أتاهم النبي صلى الله عليه وسلم أخبروه الخبر فقال "يا فلان ما يمنعك أن تفعل ما يأمرك به أصحابك وما يحملك على لزوم هذه السورة في كل ركعة" فقال إنى أحبها. فقال "حبك إياهم أدخلك الجنة" (رواه البخاري)


“Bahwa ada seorang laki-laki (Kaltsum bin Hadam) dari Anshor yang menjadi imam di masjid Quba’. Setiap ia membaca surat selalu didahului dengan membaca Surat al-Ikhlas sampai selesai, baru kemudian membaca dengan surat lainnya, dan ia lakukan dalam setiap rakaatnya. Para sahabat yang lain merasa kurang senang dengan hal ini, lalu dihaturkan kepada Rasulullah Saw. Beliau bertanya: “Apa yang menyebabkan kamu membaca surat ini terus-menerus di setiap rakaat?”. Ia menjawab: “Saya senang dengan surat al-Ikhlas”. Nabi menjawab: “Kesenanganmu pada surat itu memasukkanmu ke dalam surga” (HR al-Bukhari No 774)

قال : وفي دليل على جواز تخصيص بعض القرآن بمثل النفس إليه والإستكثار منه ولا يعد ذلك هجرانا لغيره (فتح الباري لابن حجر – ج 3/ ص. 150)


“Hadis ini adalah dalil diperbolehkannya menentukan (membaca) sebagian al-Quran berdasarkan kemauannya sendiri dan memperbanyak membacanya, dan hal ini tidak dianggap sebagai pembiaran terhadap surat yang lain” (Fathul Bari 3/150)

5. Tadarus (Darusan/Baca Al-Qur’an)
Ibadah  puasa  dan  membaca  al-Quran  adalah  dua  ibadah  yang serangkai akan memberi syafaat di akhirat: 

عن عبد الله بن عمر أن رسول الله قال: الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة يقول الصيام : إي رب منعته الطعام والشهوة فشفعنى فيه. ويقول القرآن : منعته النوم بالليل فشفعني فيه قال: فيشفعان له. رواه أحمد والطبراني في الكبير ورجال الطبراني رجال الصحيح)
Rasulullah  ﷺ  bersabda: “Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat  (pertolongan)  pada  seorang  hamba  di  hari  kiamat”.  Puasa  berkata:  “Ya  Tuhanku,  karena  aku  orang  tersebut  menahan  makanan  dan  syahwat.  Berilah  syafaat  bagiku  untuknya”.  Al-Quran  juga  berkata:  “Ya  Tuhanku,  karena  aku  orang  tersebut  menahan  tidak  tidur  di  malam  hari.  Berilah  syafaat  bagiku  untuknya”.  Lalu  keduanya  diterima  syafaatnya  untuk  hamba  tersebut  (HR  Ahmad  dan  Thabrani, perawinya sahih) 

Pelaksanaan  Tadarus  atau  mengaji  al-Quran  di  masjid  selama  Ramadhan sudah dilaksanakan di masa Sayidina Umar:

عن أبي إسحاق الهمداني قال خرج علي بن أبى طالب في أول ليلة من رمضان والقناديل تزهر وكتاب الله يتلى في المساجد فقال نور الله لك ياابن الخطاب في قبرك كما نورت مساجد الله بالقرآن (رواه ابن شاهين)


“Diriwayatkan dari Abi Ishaq al-Hamdani: Ali bin Abi Thalib keluar di  awal  Ramadhan,  lentera  dinyalakan  dan  kitab  Allah    di  baca  di  masjid-masjid.  Ali  berkata:  Semoga  Allah   menerangimu,  wahai Umar dalam kuburmu, sebagaimana engkau telah menerangi masjidmasjid Allah  dengan al-Quran” (Riwayat Ibnu Syahin)

Syeikh Nawawi al-Bantani mengatakan: “Termasuk membaca al-Qur‟an (pada malam Ramadhan) adalah mudarasah (tadarus), yang sering disebut pula dengan idarah. Yakni seseorang membaca pada orang lain. Kemudian orang lain itu membaca pada dirinya. (yang seperti ini tetap sunnah) sekalipun apa yang dibaca (orang tersebut) tidak seperti yang dibaca orang pertama.” (Nihayah alZain, 194-195)

6. Taradhi dan Shalawat di Sela-sela Tarawih
Sudah menjadi sebuah tradisi dan banyak dijumpai di masjid atau mushalla, ketika selesai salam dari shalat Tarawih dikumandangkan bacaan-bacaan shalawat dan doa untuk Khulafa’ ar-Rasyidin. 

Diantara kita ada yang menilai bahwa tradisi tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh nabi. Perlu kita ketahui bahwa membaca shalawat di antara bilangan rakaat salat Tarawih bukan saja menjadi kebiasaan bagi umat Islam di Nusantara, tetapi juga dilakukan oleh sebagian umat Islam dari Yaman, dimana ada banyak ulama Yaman yang berdakwah ke Nusantara ini.

Ada dua  tinjauan  dalam  masalah  ini.  Pertama,  membaca  shalawat  di antara bilangan rakaat salat Tarawih bukan saja  menjadi kebiasaan  bagi  umat  Islam  di  Nusantara,  tetapi  juga  dilakukan  oleh  sebagian  umat  Islam  dari  Yaman.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  fatwa  ulama  Yaman, yaitu Syaikh Ibnu Ziyad (975 H), beliau berkata:

لم يصرح أحد من الأصحاب باستحباب الصلاة على النبي بين تسليمات التراويح لكن الذي يفهم من عموم كلامهم أنه يستحب الدعاء عقب كل صلاة والمراد عقب التسليم وقد صرحوا بأنه يستحب افتتاح الدعاء وختمه بالصلاة على النبي وعلى آله وصحبه. فاستحباب الصلاة حينئذ من هذه الحيثية.


"Tidak  ada  ulama  Syafiiyah  yang  menjelaskan  anjuran  membaca shalawat  kepada  Nabi  ﷺ  diantara  sela-sela  salam  salat  Tarawih. Namun  yang  dapat  dipahami  dari  para  ulama  Syafiiyah  adalah anjuran  membaca  doa  setelah  selesai  salat.  Para  ulama  juga menganjurkan  mengawali  doa  dan  mengakhirinya  dengan  bacaan shalawat  kepada  Rasulullah  ﷺ,  keluarga  dan  para  sahabatnya. Dengan demikian, anjuran membaca shalawat dalam Tarawih adalah dengan melihat faktor tersebut"  (Talkhish al-Fatawa Ibnu Ziyad 94, Hamisy kitab Bughyah)

Kedua, karena larangan melanjutkan salat ke salat berikutnya tanpa dipisah dengan pindah tempat atau ucapan. Seperti hadits:

فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرنا بذلك أن لا توصل صلاة حتى نتكلم أو نخرج (رواه مسلم)


“Rasulullah  ﷺ  memerintahkan  kita  seperti  itu,  yaitu  tidak menyambung ke salat berikutnya hingga kami berkata sesuatu atau keluar dahulu” (HR Muslim)

7. Qunut Salat Witir
Ahli hadis al-Hafidz al-Baihaqi menjelaskan riwayat qunut dalam salat witir setelah separuh kedua bulan Ramadlan dalam kitabnya as-Sunan al-Kubra 2/498, baik yang diriwayatkan dari Sahabat maupun Tabi’in:

– Ali Bin Abi Thalib (Sahabat)

وقد روي عن على بن أبي طالب أنه كان لا يقنت إلا في النصف الآخر من رمضان وكان يقنت بعد الركوع. وقد ذهب بعض أهل العلم إلى هذا وبه يقول الشافعي وأحمد.


“Sungguh  telah  diriwayatkan  dari  Ali  bin  Abi  Thalib  bahwa  beliau tidak  Qunut  kecuali  dalam  separuh  kedua  bulan  Ramadhan,  dan beliau  Qunut  sesudah  rukuk.  Ini  adalah  pendapat  sebagian  ulama, diantaranya al-Syafii dan Ahmad” (Sunan al-Tirmidzi, 2/309)
– Ubay bin Ka’b (Sahabat)
“Dari Muhammad, yaitu Ibnu Sirina, dari sebagian sahabatnya, sesungguhnya Ubay bin Ka‟ab menjadi imam mereka yakni pada bulan Ramadlan dan dia berqunut pada separoh terakhir dari bulan Ramadlan”

“Dari Hasan, sesunggguhnya Umar bin Khatthab mengumpulkan manusia pada ubay bin Ka‟ab dan dia berjamaah bersama mereka dengan dua puluh rakaat pada (setiap) malam dan dia tidak berqunut bersama mereka kecuali pada paroh yang tersisa (dari bulan Ramadlan)”. 

– Abdullah bin Umar (Sahabat)
“Dari Nafi‟, sesungguhnya Ibnu Umar tidak berqunut pada shalat witir kecuali pada separoh terakhir dari bulan Ramadlan”

– Ibnu Sirin (Tabi’in)
“Dari Ibnu Miskin, dia berkata, Ibnu Sirina memakruhkan (membenci) berqunut pada shalat witir kecuali pada paroh terakhir dari bulan Ramadlan” – Qatadah (Tabi’in)

“Dari Qatadah, dia berkata “Qunut itu pada paroh yang terakhir dari bulan Ramadlan”
Berdasarkan riwayat-riwayat diatas banyak madzhab yang menjadikannya sebagai dalil melakukan doa Qunut saat witir Ramadlan separuh kedua. Misalnya Madzhab Syafi’i:

“(Fasal tentang qunut). Qunut disunnahkan setelah bangkit dari ruku‟ pada rakaat kedua dari shalat shubuh, begitupula pada rakaat terakhir dari shalat witir pada paroh terakhir dari bulan Ramadlan” (Raudlah al-Thalibin I/93) Begitu pula Madzhab Maliki:

“Dan tidak disunnahkan berqunut pada witir kecuali pada separoh terakhir dari Ramadlan. Riwayat tersebut dari Ali dan Ubay, itulah pendapat Imam Malik dan Imam Syafi‟i yang dipilih oleh Imam Atsram karena berdasarkan riwayat sesungguhnya Umar mengumpulkan umat Islam pada Ubay bin Ka‟ab, lalu dia shalat bersama mereka sebanyak dua puluh rakaat dan tidak berqunut kecuali pada separoh kedua. Hadits riwayat Abu Dawud” (Syarh al-Kabir li Ibni Qudamah I/719).

Peringatan:
Artikel ini sangat panjang (132 halaman), jika Anda tidak punya cukup waktu membacanya, padahal sangat penting, silakan jeda dulu, lalu download PDF nya DISINI.

8. Memperbanyak shadaqah kepada fakir miskin
Rasulullah SAW bersabda
مَنْ فَطَرَ صَائِمًافَلَهُ مِثْلُ اَجْرِهِ مِنْ غَيْرِاَنْ يَنْقُصَ مِنْ اَجْرِالصَائِمِ شَيْءٌ. رواه احمد عن زيدابن خالد
“Barang siapa yang memberikan makanan kepada orang lain untuk berbuka, niscaya dia memperoleh pahala seperti yang diperoleh oleh orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad dari Zaid bin Khalid). 

Bulan puasa adalah “syahrul jud”, yaitu bulan dimana harus banyak memberi, bershadaqah dan berihsan kepada sesama dan hususnya kepada fakir miskin.

9. Memperbanyak i’tikaf di masjid/ mushalla
baik hanya sekedar i’tikaf saja maupun diiringi dengan ibadah- ibadah lain, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, tasbih,  muhasabah dll. Bahkan Rasulullah SAW terus menerus melakuakan I’tikaf apabila memasuki hari ke 21 Ramadhan sampai datang Iedul Fitri.

كَانَ النَّبِيُّ صلعم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْاَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ تعالى. رواه البخارى ومسلم


“Nabi SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh akhir daripara bulan Ramadhan, sampai beliau diwafatkan oleh Allah Ta’ala.”

Nabi SAW mulai I’tikaf sesudah shalat Subuh. Dalam pendapat lain dikatakan: “Nabi mulai I’tikaf sebelum terbenam matahari pada 10 akhir Ramadhan sampai datang Idul Fitri.

Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

10. Memperbanyak istighfar (minta ampun kepada Allah SWT atas segala dosa kita).
Semakin akhir Ramadhan, Rasulullah SAW semakin banyak ibadah dan istighfar. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Rasulullah istighfar 70 X sehari, dalam riwayat lain 100 kali, padahal Beliau sudah diampuni dosanya dan dijamin masuk syurga. Bagaimana dengan kita ?
Kalimat istighfar pada bulan Ramadhan antara lain:

اَللَهُمَ اِنَكَ عَفْوٌكَرِيْمٌ تُحِبُ الْعَفْوَفَاعْفُ عَنَا
“Ya Allah sesungguhnya Engkau maha Pengampun, Engkau senang akan ampunan, maka ampunilah kami”

11. Berdakwah
Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang bulan Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah karena pastinya suasana Ramadhan sudah sangat terasa dimana-mana dan tiap orang siap menerima nasihat.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran[3] : 104)

Namun pastikan jika Anda memberi nasihat haruslah ada dalilnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.”

12. Umrah
Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya berlipat-lipat. Rasulullah SAW. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Memperbanyak do’a semoga Allah SWT memberikan kekuatan, kelapangan dan kesempatan untuk dapat mengerjakan ibadah puasa
Mudah- mudahan Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga dapat menunaikan ibadah puasa dengan hati yang jujur dan penuh keikhlasan, terjauh dari riya, dan dari segala bentuk penyakit hati yang dapat menghilangkan nilai pahala puasa. Juga kita berdo’a semoga Allah memberikan kehidupan yang baik, keberkahan, kebahagiann dan keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak.

Bulan Ramadah adalah sayyidusysyuhur, penghulu segala macam bulan dengan segala nilai dan berbagai keistimewaan yang terkandung di dalamnya. Maka pantaslah kalau ia kita tempatkan seperti tamu agung yang akan datang di tengah- tengah kita itu kita sambut dengan sambutan yang sangat meriah dan bagus. 

Jangan sampai bulan Ramadhan yang datang itu berlalu begitu saja tanpa memberi makna bagi kehidupan kita. Kesempatan emas itu kita manfaatkan/gunakan dengan sebaik- baiknya, untuk meningkatkan derajat dan martabat kita, karena tahun yang akan datang belum tentu kita akan memperoleh kesempatan yang sama.

Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِيْ مَافِىْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّوْااَنْ تَكُوْنَ السَّنَةُ كُلُّهَارَمَضَانُ


"Seandainya ummatku tahu nilai yang terkandung di dalam bulan Ramadhan, pasti mereka akan meminta (kepada kepada Allah) agar sepanjang tahun dijadikan bulan Ramadhan." [dutaislam.com/ab]

amalan di bulan ramadhan sesuai sunnah | amalan di bulan ramadhan dilipatgandakan | ibadah pada bulan ramadhan | setelah selesai puasa bulan ramadhan amalan apa yang kita kerjakan | puasa ramadhan dan hikmahnya | amalan bulan ramadhan pdf | sunnah puasa ramadhan

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB