Yuk Kenali Kenakalan Aqidah Sesat Hizbut Tahrir, Lalu Jauhi Sedini Mungkin!
Cari Berita

Advertisement

Yuk Kenali Kenakalan Aqidah Sesat Hizbut Tahrir, Lalu Jauhi Sedini Mungkin!

Sabtu, 08 April 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Kalau ingin mengetahui hakekat aqidah dan ajaran HTI yang sebenarnya maka rujuklah pada kitab pendirinya. Berikut ini adalah sebagian nukilan dari isi kitab rujukan kelompok HTI. 

HTI ini didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani, dibangun dari pemikiran ajaran mu'tazilah; satu sekte di luar ahlussunnah yang dibungkus dengan kemasan yang begitu rapi dan telah keluar dari keyakinan mayoritas ulama salaf. Di antara isi penyelewengan ajaran HTI adalah:

Mengingkari qadha dan qadarnya Allah
Dalam kitab al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah juz 1/71-74, an-Nabhani secara vulgar memberikan dua kesimpulan soal qadla qadar Allah. Pertama, semua hal yang berkaitan dengan perbuatan manusia, sama sekali tidak ada kaitannya dengan qadla'nya Allah. Kedua, kesesatan dan hidayah itu datangnya dari dirinya sendiri, bukan dari Allah.

Melihat pernyataan an-Nabhani seperti itu, kita hanya bisa merasa lucu dibuatnya. Karena kalau kita mau mengkaji ulang, ternyata banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadits shahih yang menjelaskan tentang qadha' dan qadar Allah. Dan saya kira tidak perlu untuk mencantumkannya karena terlalu banyak.

Takwil bukan tradisi ulama salaf
Dalam hal mentakwil ayat mutasyâbihat, an-Nabhani memberikan kesan: pertama, di kalangan ulama salaf tidak ada yang ahli di bidang ilmu kalam. Kedua, mengesankan bahwa konsep takwil tidak dikenal pada masa generasi salaf. (Lebih lanjut baca: al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah juz 1/53). 

Mungkin an-Nabhani ingin menutupi sebuah data bahwa generasi salaf banyak yang mempunyai kapabilitas dalam mentakwil ayat mutasyâbihat, semisal shahabat Abdullah bin Abbas, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, Imam Ahmad bin Hanbal,  Imam Bukhari dan lainnya.

Tentang Kemaksuman para Nabi
An-Nabhani mempunyai asumsi bahwa kema'suman Nabi hanya disandang ketika diangkat menjadi Nabi. Dalam artian, para Nabi sebelum diangkat menjadi Nabi, boleh-boleh saja melakukan dosa, sebagaimana layaknya manusia biasa. (baca: al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah juz 1/132).

Hal ini berbeda sama sekali dengan keyakinan mayoritas ulama salaf bahwa kema'suman para nabi telah disandang baik sebelum ataupun setelah diangkat menjadi Nabi, semisal penuturan Syekh Ahmad bin Muhammad ad-Dasuqi (baca: Hasyiyah ‘ala Syarh Ummul-Barahin hlm. 173)

Hizbut Tahrir mengingkari adanya siksa kubur, tawasul dan maulid Nabi
Dalam buku ad-Dausiyyah (kumpulan fatwa Hizbut Tahrir) dan buku Qira’at fi Fikri Hizbut-Tahrir al-Islami halaman 93 dijelaskan, bahwa meyakini adanya siksa kubur adalah haram. Karena yang dibuat landasan hukum adalah Hadits Ahad yang sama sekali tidak meyakinkan. 

Di samping itu dalam buletin al-Khilafah edisi Rabiul Awal,1416 H tertulis menegasan tentang pengingkaran mereka terhadap tawasul dan maulid Nabi. Untuk hal ini, kita tidak perlu resah dengan fatwanya. Karena landasan hukum yang memperbolehkan tentang semua itu banyak kita temukan pada ayat al-Qur’an dan Hadis shahih.

Mereka melecehkan umat Islam
Dalam kitab al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah juz 1/70-74, an-Nabhani juga secara tidak langsung memvonis: pertama, pendapat Ahlussunnah dan Jabriyyah dalam masalah perbutan manusia sebenarnya sama, hanya saja Ahlus-sunnah pintar memanipulasi kata-kata.
Kedua, para muslim sejatinya sejak dulu telah keluar dari ajaran al-Qur’an, Hadits dan shahabat. Sebenarnya apa yang diungkakan oleh an-Nabhani tersebut  merupakan kebohongan besar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Maka, waspadalah selalu terhadap seruan mereka; sampaikan nasihat kepada saudara-saudara kita kaum muslimin agar tidak tertipu dengan propaganda HTI, wahabi, Syi'ah dan paham-paham menyimpang lainnya. [dutaislam.com/ed]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB