Kunjungan Bersama Tim PBNU, Kiai Said Terkesan Masjid Tua di Cina yang Mirip Masjid Indonesia
Cari Berita

Advertisement

Kunjungan Bersama Tim PBNU, Kiai Said Terkesan Masjid Tua di Cina yang Mirip Masjid Indonesia

Kamis, 27 April 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Ketum PBNU memberikan cenderamata kepada Syaikh Maksum, imam Masjid Phoenix, Hangzou, Cina
DutaIslam.Com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA pertama kali berkunjung ke Masjid Phoenix, Kota Hangzhou, Cina. Kehadiran tokoh umat Islam Indonesia ini disambut langsung oleh imam Masjid Phoenix, Syaikh Maksum.

"Selamat datang di Masjid Phoenix, kami senang Anda beserta rombongan menyempatkan bersilaturahmi ke tempat kami," sambut Syaikh Maksum.

Kedua pemimpin umat Islam dari dua negara ini kemudian terlibat diskusi ringan tentang Islam dan kebudayaan. Mulai membicarakan tentang gramatika Arab hingga dakwah Islam di Hangzhou.

"Kami menyelenggarakan pengajian rutin di masjid sekali dalam setiap pekan, diikuti sekitar dua puluh lima jamaah," kata Syaikh Maksum.

Sementara itu, Kiai Said Aqil menjelaskan kedatangannya ke komunitas muslim Hangzhou untuk melihat dari dekat perkembangan dan kondisi umat Islam di Cina.

"Saya optimis masa depan umat Islam di Cina, khususnya di Hangzhou makin baik dan maju. Anda mendapatkan kebebasan beribadah, belajar dan berdakwah di sini," kata Kiai Said Aqil kepada Syaikh Maksum.

Menurut Kiai Said Aqil, dakwah Syaikh Maksum itu merupakan potret kondisi yang baik tentang sosial budaya muslim Cina saat ini. Tantangan ke depan adalah bagaimana umat Islam di Cina bisa fokus menguasai ilmu pengetahuan, sehingga mampu berperan di ranah publik.

Saat ditanya tentang sejauh mana respon dan optimisme masyarakat muslim Hangzhou terhadap aktifitas keislaman di masjid Phoenix, Syaikh Maksum menjelaskan, "masyarakat muslim Hangzhou cukup menikmati kondisi saat ini, bahkan kami bisa berkumpul hingga ribuan orang saat salat Jumat di sini," kata Syaikh Maksum.

Tentang Masjid Zhenjiao di Hangzhou
Disebut juga Masjid Phoenix, tertua kedua setelah masjid Huaisheng di kota Guangzhou yang dibangun tahun 627 M oleh sahabat Saad bin Abi Waqqash sekaligus di masjid itulah beliau dimakamkan. Masjid Zhenjiao dibangun era Dinasti Tang (618-907).

Desain dan arsitektur lingkungan masjid Phoenix sangat mengesankan. Mula-mula jalan raya lalu Anda bisa memasuki gapura kompleks masjid yang cukup asri. Jalan kaki menuju pintu gerbang masjid kira-kira sepanjang 300 meter. Jalannya cukup lebar dengan batu-batu yang tertata rapi. Satu sisi jalan terdapat sungai kecil berair jernih. Toko oleh-oleh yang dirindangi pepohonan yang berderet di bahu kanan-kiri jalan.

Kemudian memasuki pintu gerbang masjid, terdapat bangunan yang kanan-kirinya dihiasi dengan situs budaya dan catatan sejarah masjid. Sedikit ada lorong lalu bersambung dengan halaman masjid yang kanan-kirinya terdapat bangunan yang bisa difungsikan madrasah. Barulah memasuki pintu masjid.

Di pengimaman masjid, tertulis ayat Al-Quran yang masih belum mengalami pemugaran sejak masjid didirikan. Sisi kanannya terdapat mimbar lengkap dengan tongkat "ansitu". Tongkat "ansitu" sudah ditemui rombongan PBNU di dua masjid, yaitu di Shanghai dan Hangzhou.

Imam masjid Phoenix, Syaikh Maksum sangat gembira menyambut kedatangan PBNU. Syaikh Maksum berdiskusi cukup lama dengan Kiai Said Aqil tentang keislaman dan kebudayaan. Kata Kiai Said Aqil lirih ke Kiai Fathoni, "dia alim, padahal belajar ke Mesir cuma tiga bulan".

Kedua kiai beda negara itu membaca teks Arab, membedah nahwiyah-nya, shorof, balaghah, sedikit bantah-bantahan tentu dengan selingan tawa.

Diskusi ringan kedua tokoh muslim Indonesia-Cina ini menguak realitas tentang negeri Cina yang makin menghormati hak warganya menjalankan keyakinan agamanya.

"Bahkan di setiap ibadah sholat Jum'at kami berkumpul hinģga mencapai seribu lima ratus orang, meluber hingga ke jalan raya. Tidak ada masalah di sini," ujar Syaikh Maksum.

Masih tentang kebebasan aktifitas keislaman di Hangzhou, Syaikh Maksum menambahkan, "setiap pekan kami menggelar pengajian rutin di masjid ini yang diikuti masyatakat luas," imbuhnya.


Masjid Xiaotaoyuan di Shanghai
Masjid ini ada di tengah kota Shanghai, Cina. Cukup mudah untuk menemukannya. Dibangun pada tahun 1919 oleh para jamaah yang nama-nama donaturnya diabadikan dalam sebuah prasasti yang terukir indah di dinding masjid.

Berada di pusat kota, masjid Xiaotaoyuan dilengkapi dengan taman cukup luas dengan pepohonan dan bunga yang rindang. Mula-mula terdapat pintu gerbang yang dilengkapi pagar cukup tinggi. Kemudian terdapat taman yang dibelah jalan khusus pejalan kaki.

Kira-kira seratus meter, sampailah di pintu pertama bangunan yang difungsikan sebagai toko souvenir dan kantor. Bangunan pertama ini harus dilewati untuk menuju masjid. Hanya saja keduanya dipisah halaman sepanjang dua puluh meter.

Ketua PBNU Kiai Sulton Fathoni sempat ngobrol dengan Mr. Fan, salah seorang ta'mir masjid Xiaotaoyuan, perihal aktifitas muslim di Shanghai. Tak banyak memang populasi muslim Shanghai dibanding Beijing misalnya, yang populasi muslimnya mencapai 2 juta orang. Mr. Fan pun menunjukkan sudut-sudut masjid yang cukup bersih dan asri.

Foto: Ketua PBNU, HM. Sulthon Fatoni dengan Mr. Fan, takmir masjid Xiaotaoyuan
Masjid ini ternyata mirip dengan masjid di kampung-kampung Indonesia yang dilengkapi mimbar, tongkat "ansitu" untuk khutbah Jum'at dan sholat Ied, cuma tidak ada kentongan dan bedug.

Nanjing
Berikutnya ke kota Nanjing. Ada dua tujuan penting yaitu berkunjung ke Masjid Jing Jue dan ziarah ke makam Laksamana Zheng He, kita sering menulisnya: Cheng Ho.

Cheng Ho merupakan komandan militer Cina yang pernah melakukab tujuh pelayaran keliling dunia dalam waktu 28 tahun (1405-1433), 80 tahun sebelum Vasco de Gama menemukan India dan Columbus menemukan Amerika. Cheng Ho beberapa kali singgah di Nusantara di era Kerajaan Majapahit.

Dari kota Hangzhou, Nanjing kami tempuh dengan Kereta cepat. Cepat "beneran". Jarak 400 kilometer cuma ditempuh satu jam tigapuluh lima menit. Saya merasakan kenyamanan di puncak kecepatan 300 km/jam. Kereta cepat Jakarta-Bandung katanya nanti seperti ini. Sesampai di Nanjing, kami menuju masjid Jing Jue.

Masjid Jingjue dibangun oleh seorang kaisar era Dinasti Ming (1368-1644). Di masjid ini Laksamana Zheng He berperan besar, bahkan keturunannya masih ada hingga sekarang. Masjid Jing Jue sangat artistik. Seperti kebanyakan masjid lainnya di Cina, area masjid Jing Jue terdiri dari beberapa bagian gedung yang khas arsitektur Cina yang difungsikan untuk bermacam kegiatan, seperti pembelajaran, perkantoran, museum dan pusat data kuno.

Masjid Jing Jue lebih lengkap dari sisi dokumentasi kesejarahan dan peradaban keislaman. Misalnya, terdapat satu bagian bangunan untuk ru'yatul hilal. Dari masjid ini juga pernah lahir ulama perempuan yang menulis kitab lebih dari seratus kitab dalam bahasa Arab dan Cina. Beberapa manuskripnya masih tersimpan rapi.

Foto: Ketum PBNU dam rombongan sedang ziarah di makam Cheng Ho, Nanjing Cina
Salah seorang pengurus Ta'mir masjid Jing Jue, Ahmad Jianlong-AN menuturkan, setiap shalat Jum'at tak kurang tujuh ratus jamaah hadir. Pemerintah pun cukup perhatian. Misalnya dengan menerbitkan peraturan tentang ketersediaan makanan halal. Setiap orang Islam juga mendapat subsidi kurang lebih tiga ratus ribu rupiah perbulan untuk jaminan makanan halal.

Pada kesempatan ramah tamah, Ketum PBNU, Kiai Said Aqil mengatakan Islam bisa maju dengan ilmu pengetahuan dan akhlakul karimah. "Mari kita rajut silaturahmi muslim Cina dan Indonesia untuk penguasaan ilmu pengetahuan teknologi dan karakter akhlakul karimah yang kuat," ujarnya. [dutaislam.com/anw/ksf].

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB