Kala Ra Lilur, Wali Jadzab Cicit Syaikhona Kholil, Nyamar Jadi Petani
Cari Berita

Advertisement

Kala Ra Lilur, Wali Jadzab Cicit Syaikhona Kholil, Nyamar Jadi Petani

Minggu, 09 April 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
ra lilur meninggal 2018
Foto Ra Lilur (KH Khalilurrahman)
Oleh Ismael Amin Kholil

DutaIslam.Com - Waktu itu, seorang pengusaha sedang mengadakan hajatan besar-besaran dalam rangka pernikahan anaknya, laiknya orang-orang madura yang memang dikenal kecintaannya yang kuat terhadap ilmu dan ulama. Ia mengundang puluhan alim-ulama dan para kiai dalam acara tersebut (termasuk abahku yang menyaksikan dan menceritakan kejadian ini).

Sementara acara masih berjalan, datang dua orang bersepeda motor memasuki halaman acara, tepat di hadapan para kiai dan ulama. Kontan saja, keduanya langsung menjadi pusat perhatian hadirin. Yang satu pengemudi, satunya lagi adalah lelaki tua, duduk di belakangnya. Lelaki itu memakai peci putih, kaos singlet dan celana sederhana setinggi lutut, laiknya seorang petani. Ia juga membawa senter kecil di tangan.

Saat almarhum KH. Abdullah Schal selesai membaca sholawat dan turun dari panggung, lelaki tua itu segera menaiki panggung. Tak ada satupun yang berani menegur atau menghalanginya. Semua seakan-akan sedang menunggu apa yang akan dilakukan orang ini.

Ia mengambil mic dan mulai berceramah. Subhanallah, dengan bahasa Arab yang fasih ia mulai mengkritik dan menasehati para ulama zaman sekarang yang mulai terlena oleh perkara-perkara duniawi. Sebuah pemandangan yang unik. Di hadapan para kiai dan ulama, seorang kakek berpakaian petani itu nampak bagaikan seorang syaikh yang sedang memberi petuah kepada murid-muridnya.

Selesai berceramah, ia langsung menuju sepeda motornya. Supirnya sudah menunggu. Shabihul bait sampai menangis demi mengejar lelaki tua itu. Ia mencium tangannya lalu memberi sebuah amplop tebal yang entah berapa isinya. Namun lelaki tua itu menggeleng dan menolak mentah-mentah. Ia segera menaiki sepedanya dan beranjak pulang.

Ra Lilur Wafat 10 April 2018

Lelaki tua itu adalah Kiai Kholilurrahman atau yang biasa dipanggil dengan Ra Lilur, salah satu cicit Mbah Kholil Bangkalan yang terkenal sebagai wali jadzab. Mulai saat itu, orang-orang yang dulu hanya mengetahui Ra Lilur sebagai sosok yang nyeleneh, akhirnya mulai mengakui kealiman beliau. Padahal konon beliau hanya pernah mondok selama tiga bulan. 

Meski sulit ditemui, alhamdulillah saya pernah bertemu beliau di kediamannya di desa Banjar (sekitar 15 menit dari rumah). Wajah beliau persis seperti sabda Nabi ketika menerangkan ciri-ciri ulama akhirat, yakni "mereka yang ketika dipandang wajahnya akan mengingatkan kita kepada Allah". 

Bagi saya, beliau adalah sosok yang mewarisi kezuhudan Syaikhona Kholil. Beliau berpakaian seperti itu bukan tanpa alasan. Hanya ingin memberi pesan bahwa semua yang ada di dunia ini akan menuju ke-fana-an. Konon, sambil menangis sesenggukan, beliau pernah berkata (dengan Bahasa Arab) kepada salah satu tamunya:

"Kalau ulama sudah lupa kepada kedudukannya dan mencintai harta serta kemewahan, berat, berat, dihadapan Allah SWT. Dampaknya, mereka akan pecah. Ya, Allah, selamatkanlah mereka". 
  
Aku jadi teringat kisah Syaikhona Kholil, yang saat itu baru mendapat hadiah sarung mewah dari salah satu pencintanya. Beliau justru menangis dan berkata: "aku takut ini akan mengurangi pahalaku kelak di akhirat". 

Ulama akhirat seperti Ra Lilur ibarat paku bumi, yang dengannya Allah masih tetap menjaga bumi ini dari adzab yang sudah menunggu turun akibat dosa-dosa yang telah dilakukan oleh para pendosa seperti kita.

ولولاهم بين الأنام لدكدكت * جبال و أرض لارتكاب الخطيئة 

Artinya: "Andai tiada mereka (para wali) ada di antara para manusia # Maka banyak gunung dan bumi akan gonjang-gonjing akibat perbuatan dosa (manusia)"

Semoga Allah selalu memberi beliau kesehatan dan afiah, memanjangkan umur beliau dan senantiasa mengalirkan barokah beliau kepada kita semua. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB