Indonesia Darurat Media Wahabi Takfiri, Pemerintah Tidak Selektif
Cari Berita

Advertisement

Indonesia Darurat Media Wahabi Takfiri, Pemerintah Tidak Selektif

Minggu, 12 Maret 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Era keterbukaan yang dinikmati bangsa ini ternyata menyisakan sejumlah permasalahan. Derasnya informasi yang diterima masyarakat dengan sangat mudah, pada gilirannya mengancam bangunan kebangsaan kita.

Masyarakat saat ini disuguhkan dengan tayangan televisi berbasis satelit serta relay radio Salafi Wahabi yang muatannya cukup memprihatinkan dan mengancam keutuhan NKRI.

"Ini fakta tak terbantahkan bila program religi stasiun televisi nasional sudah dikuasai oleh paham yang jauh dari paham masyarakat kita, yang toleran dan damai," kata Ahmad Najib AR.

Pernyataan Ketua Pimpinan Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PW LTN NU) Jawa Timur ini disampaikan usai penutupan rapat pleno, Ahad (12/03/2017).

Menurut Gus Najib, sapaan akrabnya, masyarakat saat ini tengah dihadapkan pada suasana yang serba dilematis, "dengan alasan demokrasi, maka masyarakat bisa mengakses sejumlah informasi secara terbuka, termasuk keberadaan radio dan televisi satelit," ungkapnya.

Faktanya, tidak sedikit acara yang disiarkan itu ternyata justru mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, demikian kata Gus Najib melanjutkan.

Dalam lima tahun terakhir, gerakan anti-Wahabi muncul di beberapa daerah seiring dengan menguatnya gerakan antitoleran, radikalisme dan ujaran kebencian.

"Saat ini NKRI berada dalam suasana battle atau pertempuran. Jelas-jelas kalangan Wahabi akan mendirikan negara Islam, dan mereka melakukannya secara terang-terangan," ungkap Hakim Jayli.

Ajaran wahabi, menurut Hakim jayli yang juga aktifis dan pemilik TV9 tersebut memang telah menjadi virus perpecahan di tengah umat di Indonesia. "Mereka suka membidahkan, mesyirikkan dan mengafirkan yang tak segaris dengannya," jelas Hakim. Bahkan menurutnya, tidak sedikit di antara umat Islam yang telah menjadi korban.

Dihadapkan pada situasi sepertinya inilah, Hakim menyebut kehadiran media-media inklusif, moderat dan wasathiyah menjadi penting untuk 'menyelamatkan" wajah Islam Indonesia yang dikenal santun dan menyejukkan.


Gus Najib juga mendesak agar pemerintah melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap media Wahabi tersebut. "Kalau kepada media yang memiliki ijin siar resmi, pemerintah demikian selektif dan ketat, hal serupa juga harus diberikan kepada media seperti televisi maupun radio beraliran Wahabi yang kebanyakan tanpa ijin tersebut," harapnya.

Karena kalau hal ini tidak dilakukan, bukan tidak mungkin integrasi bangsa akan terancam. "Pertaruhannya terlalu mahal, yakni eksistensi NKRI," pungkasnya. [dutaislam.com/@saif_msd]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB