Dahsyatnya Kristenisasi: Bocah Ngaji di Mushalla, Ditanya Siapa Tuhanmu? Dijawab Yesus
Cari Berita

Advertisement

Dahsyatnya Kristenisasi: Bocah Ngaji di Mushalla, Ditanya Siapa Tuhanmu? Dijawab Yesus

Senin, 27 Februari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kiri: Ibu Winarni, warga Payungan, Kaliwungu, Semarang
DutaIslam.Com - Winarni (40) adalah seorang pengajar Al-Qur'an di Taman Pendidikan Al-Qur'an, guru ngaji Desa Payungan Rt. 03 Rw. 01, Kec. Kaliwungu, wilayah Kabupaten Semarang yang masih berbatasan dengan Kab. Boyolali, Jawa Tengah.

Di desa itu, kata Winarni, ada tiga gereja yang sudah berdiri sejak lama, yakni Gereja Bethel, Gereja Jemaat Kerajaan Allah dan Gereja Kristen Jawi. Berkat misionaris yang getol melakukan kristenisasi di desanya, kini ada 100-an warga desa yang konon sudah murtad (pindah agama).

Winarni mengatakan, kegiatan kristenisasi sudah berlangsung sejak lima tahun terakhir di wilayahnya yang mayoritas penghuni perumahan. Gerakan itu makin menguat mulai tahun 2016 lalu. "Kegiatan mereka kadang surut kadang gerak," kata Winarni kepada Dutaislam.com via sambungan telepon, hari ini, Senin (27/02/2017) pagi.

Kegiatan mereka, menurut Winarni, dilakukan dengan pelbagai cara, antara lain dengan menggelar baksi sosial, bantuan kesehatan, dan utamanya dengan les privat. Bukti gerakan mereka di tangan Winarni hanya berupa pengumuman atau pamflet kegiatan bantuan kesehatan gratis.

Soal les privat, para misionaris itu pernah menjemput puluhan anak dengan dua bus bantuan dari Gereja Mororejo. Terjadi tahun 2016. Ia mengetahui hal itu karena para siswa TPA nya, kala itu, tiba-tiba tidak ada yang datang ngaji, "ternyata mereka ikut les dijemput dua bis itu, mas," terangnya.

Materi les privat yang diberikan para misionaris tersebut adalah Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS lalu dilengkapi dengan ajaran Kristen. Wajar jika anak-anak lebih mengenal Yesus daripada Nabinya, Muhammad Saw.

Menurut istri Pak Mas'ud tersebut, Lurah Desa Payungan mengaku tidak tahu adanya kegiatan yang cukup mengganggu kegiatan ngaji di TPA mushallanya itu. Ternyata, anak-anak polos itu dikenalkan dengan ajaran Kristen, bahkan nama Tuhan yang mereka kenal pun, ketika ditanya Winarni kala ngajar mereka di TPA, adalah Yesus, bukan Allah.

Untuk menanggulangi hal itu, Winarni pernah melakukan kegiatan nonton video-video islami yang ia putar di beberapa rumah warga, mushalla, sekolah, hingga tempat lain dimana banyak anak korban kristenisasi itu berkumpul, bermain dan bergaul dengan teman-teman lainnya.

Ia sempat meminjam laptop dan screen layar lebar untuk menyuskseskan penanggulangan kristenisasi di wilayahnya dengan mengajak menonton video-video islami dan lagu-lagu islami serta shalawatan. "Laptopnya pernah lama saya gunakan hingga 5 bulan, mas," terang Winarni.

Winarni yang sehari-hari jualan rengginang di pasar itu sangat peduli untuk menentang gerakan pemurtadan di Payungan. Ia sadar jika daerahnya adalah target kristenisasi mengingat mayoritas warga di desanya adalah muslim abangan yang kurang banyak tahu soal agama, termasuk dirinya juga.

Penasaran, Winarni pernah mengikuti kegiatan yang digelar komunitas gereja di desanya, "ternyata ketika masuk mengikuti kegiatan, masing-masing ditanya, siapa Tuhanmu," ungkap Winarni.

Namun, kepedulian Winarni tersebut, akunya, kurang mendapatkan respon dan bantuan tokoh agama setempat, "curhat saya kurang direspon, mereka hanya mengatakan yang penting umat Islam bersatu, tapi kalau bersatu tanpa bergerak kan juga tidak ada pengaruhnya," ujar ibu satu putra tersebut kepada Dutaislam.com.

Dengan sisa kemampuan yang ada, Winarni terus bertahan untuk mengajar alif ba ta dan mengenalkan agama semampunya kepada 15 murid TPA nya. "TPA yang dekat gereja sekarang sudah ada 9 orang anak, dulunya hanya 4," tandasnya.

Berkat kegigihannya mendidik anak di lingkungan, TPA nya pernah menjuarai lomba shalawatan. Alhamdullillah.

Terus berdakwah, ia tidak bergeming atas tantangan pendeta Gereja Gideon yang pernah mengatakan kalau mampu bertahan mengajar TPA selama sebulan, ia akan selamanya akan bertahan bisa mengajar. Winarni berhasil membuktikannya walau sendirian.

Sejak broadcst terbongkarnya aksi pemurtadan di Payungan itu muncul, Winarni mengaku sering mendapatkan bantuan dari lembaga yang peduli atas gerakan inisiatifnya. "Curhat saya ke mahasiswa IAIN Salatiga yang hari ini (Senin, 27/02/2017) pulang KKN dari desa, ternyata disebar ke WhatsApp, mas, bahkan ada yang menggalang dana untuk kegiatan saya dengan membuka rekening," tegasnya. [dutaislam.com/ ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB